Cut 3

8 2 0
                                    

--- Selamat membaca ---

Dalam gemerlapnya dunia entertaiment menyimpan banyak bayangan hitam dan gelap. Kepalsuan, kecurangan, ketidak adilan semuanya terasa begitu normal. Kadangkala bayangan hitam lebih besar dari pada cahaya itu sendiri.

Misteri yang tersimpan dalam industri ini begitu menyeramkan. Apa yang kalian lihat di layar sangat jauh berbeda dengan kenyataan di balik panggung.

Penindasan antar anggota grup, peselisihan dengan penyanyi lain, kekerasan yang dilakukan staff pada artisnya, perilaku semena-mena artis yang sedang naik daun, terasa biasa saja.

Mereka hanya akan baik dan bertegur sapa diatas panggung, di depan para penggemarnya. Menutupi luka pukulan dibalik pakaian mahal yang dikenakan, tersenyum dengan manis seakan-akan sebelumnya tidak ada air mata yang melunturkan riasannya.

Dunia ini palsu, Revin setuju akan hal itu.

Terlihat seperti fatamorgana. Seakan-akan apa yang mereka coba bangun adalah nyata. Padahal topeng ada dimana-mana.

Persaingan juga terasa sangat memuakkan. Seperti hidup dan mati. Siapa saja yang bertahan dia yang menang. Benar, siapa saja yang bertahan dan tetap hidup dia yang menang.

Revin sendiri sudah kenal bagaiamana dunia entertaiment bergerak, dia sudah tahu celah mana yang bisa dilewati untuk selamat, meski tak jarang pulang dengan berbagai goresan yang menganga.

Diawali dengan kecintaannya pada musik mengantarkan Revin pada kerasnya dunia. Padahal Revin hanya ingin musik untuk hidupnya. Tapi tidak dengan dunia, dunia tidak suka musik, santapan yang disukai dunia adalah dirinya sendiri.

"Apa agensi masih betah bungkam atas kasus ku kak?" tanya Revin pada manager Bagas.

Suara itu terdengar di sela-sela ramainya suara pada ruang tunggu Revin.

Stylist yang masih asik memainkan rambut Revin dengan menggunakan alat-alat yang menghasilkan panas itu seolah tak perduli dengan apapun kecuali dengan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Manager Bagas mendekat dengan secangkir kopi panas dan menaruhnya di meja. "Kurasa mereka tidak akan gegabah mengambil keputusan, kasusmu cukup besar, bahaya jika itu keluar, yang akan hancur bukan cuma karirmu, tapi perusahaan juga."

Revin menatap dirinya pada pantulan kaca. "Tapi kurasa mereka cukup gegabah dalam menanganiku." kini Revin mengalihkan bola matanya pada manager Bagas yang berada tepat disampingnya.

PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang