Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen ya ^_^
Karena kini, Yura-nya sedang tidak baik-baik saja.
Riuh suara teriakan dan nyanyian diluar tidak mengganggu sama sekali aktifitas dua orang yang masih duduk tenang tanpa suara.
Revin kini duduk tepat disamping Yura. Mereka seolah tidak punya kata-kata lain yang bisa mereka katakan selain diam dan bernafas.
Kesunyian ruangan tidak menjamin kesunyian di kepala mereka masing-masing. Di dalam kepala Yura kini tengah berputar kejadian beberapa waktu lalu. Sahut menyahut suara staff yang melerai mereka. Suara teriakan penonton yang kaget menyaksikan kejadian itu terekam baik di kepala Yura.
Malu.
Yura rasa ia tidak punya muka lagi untuk tampil di depan layar kaca. Dia takut penggemar enggan lagi mendukungnya sehabis ini. Ia takut produser menghentikan kontrak dramanya karena tidak mau repot-repot meng-gaji aktris bermasalah. Ia takut dengan kontrak kerja nya yang tengah dan yang akan berjalan. Takut karir yang baru ia rintis harus tandas dalam waktu semalam. Ia takut.
Tatapan Yura kosong. Memori tentang perjalanan karirnya terputar begitu saja di kepala. Menimbulkan berbagai pertanyaan yang mengganggu nya. Ia yakin, malam ini dia tidak bisa tidur dengan mudah.
Revin menyadari itu kini menolehkan kepalanya kesamping.
“Berhenti memikirkannya Yura.”
Mengerejapkan matanya sejenak. Yura menundukan kepalanya, manrik nafas dalam. “Menurutmu…. Apa mereka akan membenciku?” pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Yura.
“Apa aku… masih bisa dimaafkan?”
“Haruskah aku lepaskan saja drama nya?”
“Apa aku akan di cencel dari dunia entertiment setelah ini?”“Revin…. Apa kesalahanku begitu besar…. Sampai dia harus mempermalukanku di depan umum?”
Semua pertanyaan yang ada di kepala Yura keluar satu persatu. Dengan dan tanpa sadar Yura telah meminta Revin untuk membantunya keluar dari permasalahannya yang lain.
“Aku tak punya satu pun jawaban yang bisa ku katakan, yang bisa menenangkanmu. Aku juga tidak tau bagaimana situasi di luar sana. Yang pasti, beritamu akan menjadi topik hangat oleh media.” Jelas Revin.
Yura melirik sinis kearah Revin. Benar dugaan awalnya, kalau berbagi dengan Revin bukan lah hal yang benar.
“Kau hanya harus berharap, agar apapun yang terjadi pada dunia mu nanti…”
Kalimat Revin menggantung begitu saja.
“….Apa?” tanya Yura. Berharap setidaknya ada satu kalimat Revin yang bisa membantu dia agar lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
People
General FictionKita tidak pernah mempunyai sesuatu yang dapat kita katakan selain teriakan dan bantingan pintu. Terlalu sungkan rasanya jika menyebutnya sebagai sebuah hubungan, karena kita tidak pernah terhubung. Sesuatu yang diawali dengan kesalahan, akan terus...