WARNING ⚠️
Cerita ini mengandung unsur LGBT, kekerasan, kata-kata kasar, dan seksualitas. Pembaca diharap bijak.•••
Marva
Gue udah keluar kelas
12.40Laoshi ari masih di kelas? Kalau engga, gue mau balik aja ke kelas dulu
12.40Navier
Ngga sih, lagi ke ruang guru sebentar buat ngambil laptop
12.40 ✓ ✓Tapi sekelas dapet jam tambahan, pada ngga ngerjain pr semua
12.41 ✓ ✓Lo tau kan betapa galaknya laoshi ari?? Sekarang aja dikasih tugas kelompok dan harus dikumpul hari ini
12.41 ✓ ✓Marva
Kelompok sama siapa? Ada Ethan??"Navier
Engga, cewe semua kok
12.41 ✓ ✓Marva
Oke, berarti kita ga bisa ke kantin bareng dong?Navier
Iya, udah dulu ya
12.42 ✓ ✓•••
"Nav, taruh handphone lo dulu! Bantuin kita biar cepet selesai!" Suara bisikan kesal itu sukses membuat Navier yang awalnya asik memainkan ponselnya menjadi memusatkan perhatiannya kembali kepada satu kertas dengan tulisan huruf-huruf mandarin. Hanya sebuah cengiran yang terukir di wajah Navier, ada sedikit rasa bersalah di dalam relung hatinya karena ia merasa tidak berkontribusi apapun. Padahal, tak sampai 5 menit ia berkutat dengan benda pipih itu.
"Mana yang belum selesai? Biar gue kerjain!" Dengan percaya diri, Navier mengatakan hal itu tanpa ragu. Andai saja Navier tahu bahwa masih banyak hal yang harus dikerjakan. Pasti, ia akan dengan cepat menarik ucapannya barusan.
"Sok banget lo! Masih banyak yang harus dicari. Lo bantuin Ethan aja buat cari kata kerja!" Tatapan perempuan yang ada di hadapan Navier tampak tak bersahabat. Lantas, ia berdiri dan hendak menukar tempat duduknya bersama Navier. "Pindah lo monyet, biar lebih gampang," ucap perempuan itu dan langsung dituruti oleh Navier.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Navier telah mendaratkan dirinya di atas kursi yang entah kenapa terasa goyang. Sebuah decakan sebal pun lolos dari bibirnya. "Yaelah, ini mah lo nyari enak doang karna kursinya goyang!" sindir Navier, ia memutar kedua bola matanya malas.
"Eh babi hutan! Kalau lo nggak gue tegur dan nggak gue kasih kerjaan, lo pasti bakal tetep mainin handphone lo kan? Ngapain sih lo? Chatan sama pacar?" kesal perempuan itu dengan panjang lebar. Ia mengacungkan kepalan tangannya ke arah Navier. Seakan-akan, ia ingin menghabisi nyawa Navier detik itu juga.
Kedua alis Navier mengeryit mendengar penuturan dari perempuan yang ada di hadapannya. Perasaan heran mendominasi dirinya, perempuan itu terlalu membawa serius dengan perkataannya. "Santai dong anjir! Gue cuma-" Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, suara laki-laki terdengar memotong.
"Navier, Cening, udah-udah! Kalau kalian adu mulut, ini tugas nggak bakalan selesai-selesai!" Ethan, laki-laki yang duduk tepat di sebelah Navier mencoba menenangkan kedua lawan jenis yang sedang terlibat konflik peperangan itu. Satu tangannya mengelus-elus punggung Navier, berusaha meredakan emosinya yang sedang membara.
Mencoba untuk mengalah, Navier mengembuskan napas kasar. Sebelum benar-benar kembali fokus dengan kertas-kertas yang tergeletak di atas meja, Navier melayangkan sebuah tatapan tajam ke arah Cening. Setelah merasa puas dan lega, Navier kembali memusatkan perhatiannya kepada satu hal yang harus ia cari untuk menuntaskan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED LIGHTS
Teen FictionBXB AREA, PLEASE BE WISE. ••• Kedua sayap berkepak secara bersamaan, masuk ke dalam sangkar yang awalnya terlihat seperti surga. Pada akhirnya, hanya kobaran api yang terlihat. Start : August 20, 2024 Finish :