WARNING ⚠️
Cerita ini mengandung unsur LGBT, kekerasan, kata-kata kasar, dan seksualitas. Pembaca diharap bijak.•••
Sebuah motor Kawasaki Ninja H2 yang sedang berada di bawah kendali Marva sedang melaju cepat membelah jalanan ibu kota. Sudah 15 menit berlalu semenjak kedua laki-laki itu meninggalkan apartement yang menurut Navier terasa seperti neraka. Navier menggenggam erat handphone miliknya seraya melihat tampilan wallpaper. Laju motor Marva yang begitu cepat membuat Navier sedikit kesusahan untuk menjaga agar handphone miliknya tak terjatuh.
Setelah perdebatan kecil tadi, Marva akhirnya memberikan handphone milik Navier kembali. Namun, ia tak sempat untuk memeriksanya saat itu juga karena Marva mendesaknya untuk segera berangkat menuju sekolah. Begitu banyak pesan dari orang yang berbeda-beda dan Navier belum sempat membalasnya. Namun, ada dua orang yang harus Navier dahulukan , yaitu orang tuanya.
Satu tangan Navier bergerak mencari nama kontak orang tuanya dengan hati-hati. Sang ibu menjadi nama yang pertama. Anehnya, setelah ia mencari kontak sang ibu, tak ada satupun tanda-tanda bahwa perempuan yang melahirkannya itu mengirimkannya pesan. Hanya ada satu pesan terakhir yang telah Navier kirim, itupun Navier tak merasa bahwa ia lah yang telah mengirimnya. Langsung saja Navier membuka halaman pesan bersama sang ibu karena sudah kelewat penasaran.
•••
Mama
Navier?
17.00Dimana?
17.01Kok belum pulang jam segini?
17.01Navier?
18.00Navier???
18.25Missed call at 18.25
Tap to call backMissed call at 18.35
Tap to call backMissed call at 18.50
Tap to call backMissed call at 19.30
Tap to call backMama
Navier, jangan bikin mama khawatir dong
19.31Navier
Ma maaf, navier lupa ngabarin mama kalau hari ini navier nginep di rumah Marva ya, tadi hp navier lowbat
19.35 ✓ ✓Orang tuanya lagi ke luar negeri, jadi dia pengen ditemenin
19.36 ✓ ✓Mama
Oh gitu, duhh kamu bikin mama khawatir aja
19.36Nginepnya sehari aja ya, gaboleh lebih, besok pulang sekolah langsung pulang
19.36•••
Rasa kecurigaannya tertuju kepada Marva. Siapa lagi kalau bukan ulah laki-laki itu? Pasalnya, semenjak ia meninggalkan kelas Bahasa Mandarin kemarin, ia sama sekali tidak ada memegang handphonenya karena benda itu tertinggal. Ia pun mendengus kesal, seharusnya ia lah yang mengabari sang ibu. Mungkin lebih dari sekedar mengabari, bisa saja meminta pertolongan.
"Pegangan, Navier! Kenapa dilepas terus sih?" Suara bariton Marva yang terdengar samar karena menyatu dengan angin itu sukses mengurungkan niat Navier untuk mengabari sang ibu. "Pegangan!" titah Marva sekali lagi. Merasa diabaikan, Marva melepas satu gas motornya sementara, lalu langsung menarik satu tangan Navier hingga melingkar di pinggangnya, disusul dengan satu tangan Navier.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED LIGHTS
JugendliteraturBXB AREA, PLEASE BE WISE. ••• Kedua sayap berkepak secara bersamaan, masuk ke dalam sangkar yang awalnya terlihat seperti surga. Pada akhirnya, hanya kobaran api yang terlihat. Start : August 20, 2024 Finish :