"Bangun pemalas!" Revolt membangunkan Irene yang masih setia tidur dengan bantal lepeknya.
Saat Irene membuka mata,dia terpekik kaget melihat dosen yang baru ditemuinya kemarin bisa masuk ke rumah bahkan ke kamarnya.
Apa ibu tidak marah lelaki dewasa masuk ke kamarku? Fikiran itu sekelebat terngiang di telinga Irene.
"Ibumu yang menyuruhku membangunkanmu"seakan tau apa yang di suarakan kepala Irene,Revolt menjawab dengan tenangnya. Seolah benar-benar ibunya tidak marah pada lelaki itu.
Setahu Irene saat di Indonesia ibunya pasti marah kalau ada lelaki masuk ke dalam kamarnya. Ah ini membuatnya bingung seolah olah ibunya menjadi 180 derajat berbeda setelah pindah ke Las Vegas.
Tanpa berbicara,Irene turun dari kasurnya. Berjalan menuju kamar mandi yang telah disediakan di dalam kamarnya.
"Hm" Revolt berdeham berat,ketika ia ingin memberi tau apa yang ia lihat dari Irene. Namun lidahnya seolah kelu dan hanya dehamanlah yang bisa ia keluarkan.
Irene yang tak mengerti arti dehaman Revolt malah berbalik memunggungi pintu kamar mandi yang telah ia buka.
Dan seketika mata Revolt melotot sempurna.
"K.k.kau tak memberiku morning kiss?" Suara Revolt berubah benar benar serak. Dan bodohnya malah kalimat itu yang keluar dari mulut Revolt.
Irene mengernyitkan alisnya dalam-dalam.
"Bahkan hanya ayahku yang selalu minta morning kiss dariku. Tidak ada lelaki lain yang meminta itu padaku,karena ayah bilang gak boleh ada cium-cium peluk-peluk sebelum nikah." Irene berujar dengan polosnya.
Revolt hanya mampu menelan ludahnya susah payah. Ia bahkan ingin tertawa sekeras-kerasnya. Namun rasa sakit yang harus ia tahan mengurungkan niatnya untuk tertawa.
Bagi pria itu, kalimat yang dikeluarkan Irene sangatlah menggelikan diumur Irene yang sudah dewasa,masih diberi wejangan bagi anak TK? Bahkan disini anak TK sekalipun mungkin sudah tau mencium lawan jenis.
"Hm" sekali lagi Revolt mencoba membasahi kerongkangan yang terasa mencekatnya.
"Ini morning kissku,em morning kiss kita." Saat Revolt mendekat ke arah Irene ia memajukan wajahnya dan mencium kening Irene.
Seorang Revolt yang bahkan sangat ahli di atas ehem ranjang,takluk dengan seorang gadis dewasa yang terperangkap dengan didikan bagi anak bawang.
Jika saja dia tak sekatar-ketir sekarang dia bahkan mampu. Padahal kesempatan tepat di depan matanya,fokus mata yang tak teralihkan dari bibir yang belum pernah di cicipi itu,tetap tak mengembalikan nyalinya yang seketika menciut dan hanya berani mencium kening Irene yang masih bertaut.
***
"masuk saja kedalam! Irene masih tidur. Coba kau bangunkan dia" Pagi ini aku bersemangat sekali untuk mengajak kencan perempuan. Biasanya aku sangat malas mengajak perempuan kencan,yah karena yang aku tuju di hotelnya bukan sesi kencanya. Dan sekarang aku disini dirumah gadis baru yang sekolah ditempat aku mengajar. Ini terlalu pagi jam setengah tujuh wajar saja jika gadis itu belum bangun,inikan weekend.
"Baiklah" tanpa menunggu lagi aku berjalan mencari kamar gadis itu.
Saat aku menemukan pintu bertempelkan sticker ninja turtle. Aku tak yakin jika ini kamar gadis itu,dari penampilanya saja dia terlihat sangat feminim.
Aku membuka pintu ternyata memang benar ini kamar gadis itu,semuanya bernuansa ninja turtle bahkan walpaper dindingpun ninja turtle.
Gadis itu neringkuk seperti kucing yang kedinginan,di bawah selimut tebalnya.
"Bangun pemalas!" Aku menggoyangkan tubuhnya yang kecil. Sampai akhirnya dia terbangun dengan ekspresi kaget.
Aku tau apa yang ada di kepalanya "ibumu yang menyuruhku membangunkanmu" dengan tenang aku menyeruakan suaraku kembali.
Membuatnya sedikit merileks.
Dia sama sekali tak ada niatan untuk menjawab omonganku.
Terlihat gerakanya yang pelan menyibak selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Aku membelalakan mataku. Gadis itu! Apa dia bermaksud menggodaku?
Aku meneguk liurku sendiri,membasahi tenggorokku yang bahkan serasa begitu kering untuk bisa berbicara hanya dehaman yang mampu keluar dari mulutku yang seketika kelu.
Dan dehamanku membuatnya berbalik. Oh.. dia membalik! DIA DIA BENAR BENAR MEMBUATKU KAKU,membunuhku dengan caranya.
Gadis itu mematung dan bertanya mengapa seolah dia sama sekali tak merasakan apapun.
"K.k.kau tak memberiku morning kiss?" Bukan. Bukan itu yang kumaksud. Salah itu sama sekali tidak ada di fikiranku dan tanpa izin mulut ini meluncurkan dengan mudahnya. Mulut bodoh.
" Bahkan hanya ayahku yang selalu minta morning kiss dariku. Tidak ada lelaki lain yang meminta itu padaku,karena ayah bilang gak boleh ada cium-cium peluk-peluk sebelum nikah."
Apa dia selugu itu? Bahkan aku ingin tertawa keras mendengarnya. Di dunia yang bahkan sekarang sudah bebas ini masih ada yang seperti dia?
Saat tawaku akan pecah mataku kembali beralih menatapnya.
Sial dan hanya dehaman yang mampu keluar.
Langkahku terayun kearahnya. Dan tanpa skenario bibir ini menciumnya. Mencium keningnya. Seorang Revolt hanya mampu mencium kening? Oh bahkan ini sangat memalukan bagiku! Kenapa kau tak langsung mencium bibirnya yang penuh itu?
Saat aku masih berkecamuk kesal,gadis itu terlihat memerah dan berjalan memasuki toilet.
"Ya ampun" setelah menghilang di balik toilet, jeritanya terdengar melengking syok dan penuh kepanikan.
seketika itu pula aku tertawa terbahak-bahak. Membayangkan dia yang pasti tangah ketar ketir karena malu.
***
Sedari tadi Irene hanya menatap sepatunya yang bahkan terlihat sangat menarik dibanding pria yang sepuluh kali lipat lebih menarik tampan dan sangat mempesona disampingnya.
Pipinya memerah bahkan terasa panas menahan malu yang bahkan sangat memalukan baginya. Sungguh di acara kencanya yang pertama kali memberinya memori yang sangat amat memalukan. Ingin sekali dia tenggelam seketika agar tak melihat sinar geli di mata Revolt yang menangkapnya melakukan hal yang membuatnya sangat malu.
Namun seketika fikiranya tentang malu yang ia alami menguap seketika mengingat pemikiranya yang menganggap ini adalah sebuah kencan.
Apakah itu mungkin seorang Revolt yang sempurna dimatanya itu mengajak kencan.
Segera ia menggelengkan kepalanya keras-keras menghalau semua fikiran itu. Mungkin saja lelaki ini ingin mengenalnya lebih lagi. Fikirnya menyemangati.
"Apa kau pusing?" Revolt mengernyit saat menyaksikan gadis itu menggelengkan kepalanya keras keras. Apa dia sakit?
"Tidak" dia mengelak dengan cantik hingga Revolt percaya begitu saja.
"Aku tau kau memikirkan yang tadi." Revolt menghela nafasnya.dan melanjutkan
"Sudahlah lupakan"
Lihatlah bahkan Revolt sama sekali tidak merasakan hal lain,dia begitu cuek dengan kejadian tadi pagi yang membuat Irene ketar-ketir.
Jikasaja Irene tau jika Revolt bahkan belum bisa menetralkan semua.
Semua yang telah gadis itu hidupkan.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Itu
Randomsiswa SMA yang terlibat cinta dengan dosen di negara baru tempat tingal yang bebas akan pergaulan