13. Carvan Family

116 43 70
                                    

Hallo semua
Apa kabarnya nih?

Absen dulu dong kalian bacanya kapan

Jangan lupa vote dan komen ya
Itu ngartis jadi jangan sampai kelupaan

Spam love birunya dong
Ramein setiap paragraf

Happy reading

:_CARVANDELA HIGH SCHOOL_:.

Keluarga, apa itu keluarga? Apa keluarga itu penting? -Jevan Nondra Carvan

Gemerlap lampu jalanan redup, tampak temaram. Langit malam dengan beribu bintang, perlahan ditutupi dengan awan. Langit menangis. Hujan deras turun dengan lebatnya. Air terus turun, membasahi tanah gembur dan rerumputan hijau. Sementara angin berembus dengan kencangnya seakan turut hanyut membelenggu dan mengikat tubuh seorang laki-laki, yang kini berdiri di depan pintu rumahnya.

Ia menundukkan kepalanya. Tak berani ia angkat. Ditelannya salavinanya dengan susah payah. Ia hembuskan nafas gusar lalu ia pegang knop pintu, bersiap-siap untuk masuk. Kali ini ia kembali dengan melewatkan sebuah acara bisnis penting. Jika ia sudah melakukan itu, berarti akan ada konsekuensi dan hukuman baginya.

Saat masuk, ia masih menunduk dalam. Ia sama sekali tidak berani mengangkat kepala karena takut bertatapan dengan sang papa. Ia berjalan di lantai marmer. Langkahnya semakin cepat untuk menuju kamarnya. Perjalanannya lancar, sampai sesuatu menghentikan langkahnya.

"Jevan."

Suara dingin dan serak basah. Ia menoleh ke kanan. Ada sang ayahanda tercinta yang tengah duduk di sofa dengan memegang sebuah gelas kaca berisi bir dan memangku sebuah laptop hitam.

Dengan berat hati, akhirnya Jevan memberhentikan langkahnya. Sedikit mata Jevan melirik ke arloji mahal warna hitam yang kini tengah ia kenakan. Selain ia melewatkan acara penting itu, ia juga pulang terlalu larut.

Jevan dalam masalah. Jevan baru kembali dan menginjakkan kakinya di kediaman keluarga Carvan saat jam menunjukkan pukul 03.05 pagi. Itu juga ia masih berharap untuk berkeliaran lebih lama lagi, karena ia benci rumahnya.

Ctar!

Sebuah gelas kaca berisi minuman keras, terbang bebas di angkasa dan tepat mengenai kening mulus Jevan. Darah segar  warna merah pekat tampak mengalir keluar perlahan-lahan. Jevan tak meringis. Ia hanya diam tak berkutik, walau nyeri begitu terasa.

Harusnya Jevan tahu, kedatangannya di kediaman ini membuat masalah. Lihat saja sekarang, keningnya terasa retak dan kepalanya pusing seperti ingin pecah karena lemparan gelas kaca dari orang yang ia panggil dengan sebutan papa.

"Kau dari mana? Berkeliaran di jalanan? Balapan? Mabuk-mabukan?" sembur sang papa tak kenal ampun dengan mata yang menyorot nyalang. Padahal tak ada dari satupun kata itu yang Jevan lakukan. Ia hanya bersenang-senang bersama temannya. Ia hanya barbeque-an bersama temannya.

Akhirnya, Jevan mengangkat kepalanya. Jevan menoleh dengan raut wajah datar. Segala rasa sakit telah di coba dan cicipi secara satu demi satu saat ia bernapas di kediaman ini. Lemparan gelas seperti ini sudah sering ia dapatkan dari papa tercinta. Walau sudah sering, rasa sakit ya tetap saja sakit. Tidak ada kata terbiasa, atas rasa sakit itu.

"Bukannya bisa nanya dan bicara baik-baik ke Jevan, pa?"

"Oh, ya? Bicara baik-baik? Untuk apa aku melakukannya? Tidak perlu banyak basa-basi, kau tidak pulang, apa yang kau lakukan? membuat kekacauan? Merusak nama baik ku?!" tukas sang papa dengan bentakan di akhir kalimat.

CARVANDELA HIGH SCHOOL (Revisi Setelah Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang