Awal yang Baru

61 5 3
                                    


Matahari mulai bersinar cerah dengan awan-awan manis yang menghiasi membuat langit di pagi hari ini terlihat sangat indah. Udara yang sejuk serta kupu-kupu yang berterbangan menyambut setiap orang yang sudah bersiap untuk mulai menjalani aktivitasnya. Chila Berlyries merupakan seorang remaja yang berusia 18 Tahun, dan hari ini merupakan hari pertama ia akan masuk sebagai mahasiswa di salah satu kampus terkenal yang telah diinginkannya sejak dahulu. Chila Berlyries atau yang lebih sering dipanggil sebagai Chila merupakan seorang remaja yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Hal yang membedakan Chila dengan orang lain adalah karena kemampuannya untuk melihat mahluk lain atau yang biasa disebut sebagai hantu.

Kemampuan yang Chila miliki ini awalnya tidak Chila sadari, namun semakin bertambahnya umur baru kemudian Chila mulai memahami bahwa dia berbeda dengan kebanyakan orang di dunia ini. Ketika membicarakan mengenai kemampuan yang dimiliki Chila sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan. Namun Chila sempat berusaha ingin menutup kemampuannya tersebut ke pemuka agama yang dipercayainya, tetapi akhirnya Chila mulai menerima takdir serta kemampuan yang dimilikinya. Chila menjalani hari-hari dengan bersikap cuek dan tidak memperdulikan setiap hantu yang ditemuinya walau tidak sedikit dari hantu-hantu tersebut yang mengganggu dan berusaha menarik perhatian Chila. Kehidupan Chila menjadi hambar karena ia tidak memiliki banyak teman. Sejak dulu Chila lebih memilih untuk membatasi diri. Pengalaman buruk yang pernah Chila alami membuatnya cukup trauma dan enggan untuk berteman dengan orang lain agar tidak merasakan rasa kecewa yang sama lagi.

-Chila POV-

Pagi ini aku telah rapi dengan tas serta sepatu yang aku pakai, dan rasanya tidak sabar untuk memulai perkuliahan, bagaimanapun juga belajar jauh lebih menyenangkan daripada sekedar menghabiskan hari-hari dirumah tanpa kegiatan.

Aku memutuskan berjalan turun dan menghampiri Kak Alex dan juga kedua orangtuaku. Aku menyapa mereka singkat kemudian segera memakan sarapanku.

"Kamu udah rapi, Chil?" tanya kak Alex yang merupakan kakakku satu-satunya.

"Udah nih kak, hari ini juga ada kegiatan pengenalan kampus kan jadi aku harus datang pagi," ujarku sambil terus memakan roti berisi selai stroberi didepanku.

"Wah, enak ya anak-anak kuliah jaman sekarang bisa dandan cantik kalau ke kampus, dulu pas jaman mama mah awal-awal masuk kampus malah dikerjain kakak senior dan ikut yang namanya mos, sampe harus kalungin pete sama rambut harus dikepang dua," ujar mama ikut bergabung dalam percakapan aku dan kak Alex.

"Iya, waktu jaman papa juga gitu, malah kita yang cowo-cowo sampe harus joget-joget supaya bisa dapet tanda tangan kakak senior, kalau udah dapet kita baru dibolehin pulang," Ujar papa.

"Ya ampun ma, itu mah kayaknya cuma ada pas jaman dulu deh, kalau jaman sekarang mah kita cuma keliling kampus aja, nggak ada kegiatan yang aneh-aneh gitu" ujar kak Alex menjawab ucapan mama dan papa.

Aku yang melihat percakapan itu hanya tersenyum dan kemudian mengangguk mengiyakan jawaban yang diberikan oleh kak Alex.

"Mah, Pah, aku jalan dulu ya kalau gitu, udah jam 8 nih ternyata," ujarku agak sedikit panik ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 8 sedangkan kita sudah harus berkumpul jam 8.30.

"Kalau gitu sekalian kakak anter aja, kakak juga mau sekalian keluar. Mah, pah, aku sama Chila berangkat dulu ya!" ujar kak Alex.

Setelah berpamitan aku mengikuti kak Alex untuk segera naik ke mobil dan kemudian kak Alex melajukan mobil tersebut menuju ke kampus. Selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kami berdua karena kak Alex sibuk menyetir dan aku hanya memainkan handphoneku.

Sebenarnya aku dan kak Alex berkuliah di kampus yang sama, namun kak Alex merupakan kakak tingkat yang sudah 2 tahun diatas aku dan mereka sedang liburan semesteran. Kak Alex dan teman-teman angkatannya baru memulai perkuliahan seminggu kemudian karena di minggu ini khusus untuk mahasiswa baru yang merupakan angkatanku.

Setelah sampai di parkiran kampus, aku turun dari mobil dan berjalan pelan memasuki area kampus. Kak Alex langsung pergi setelah mengantarku karena ia memiliki janji untuk bertemu dengan temannya. Suasana kampus terasa cukup asing bagiku, terdapat berbagai gedung untuk masing-masing fakultas. Aku melewati taman yang cukup luas dengan berbagai tempat duduk di sekitarnya, kelihatan sepi dan sunyi tapi nyatanya sangat ramai bagiku. Setiap tempat memang terdapat penghuninya, tapi di kampus ini penghuninya terlihat lebih ramai daripada tempat lainnya. Tidak sedikit dari penghuni yang ada berusaha menarik perhatianku dan salah satu yang paling terlihat menyeramkan adalah sosok perempuan yang mengenakan kaos putih panjang dengan luka penuh darah di bagian leher dan juga pergelangan tangannya, kepalanya terlihat seolah akan lepas dari tubuhnya, rambutnya berantakan dan suara rintihan tangisnya terdengar keras.

'Penyesalan karena bunuh diri? Tidak sedikit hantu yang seperti itu.' Pikirku.

Aku tetap berjalan memasuki salah satu gedung yang cukup tinggi, yang diperkirakan sekitar 6 lantai. Berjalan memasuki lorong dengan berbagai macam suara yang mengganggu. Pandangan mataku tiba-tiba terarah pada hantu anak kecil yang asik berlarian di sepanjang koridor. Hantu berwujud anak kecil laki-laki berusia sekitar 8 tahun yang berjalan ke arahku kemudian tersenyum kecil kepadaku.

'Aneh sekali ada hantu anak kecil di kampus.' Ucapku dalam hati, namun sambil membalas senyuman hantu kecil tersebut dengan senyum tipis yang singkat.

Kemudian aku melanjutkan jalanku menuju mading yang ada di tengah lorong, aku melihat berbagai kertas yang ditempel di mading dan melihat daftar mahasiswa baru. Aku mencari nama ku dan melihat beberapa nama lainnya. Aku melanjutkan perjalananku kembali melewati lorong tersebut dan akhirnya tiba di sebuah lapangan luas yang telah dipenuhi oleh berbagai orang. Suasana lapangan saat ini sangat ramai dan terdengar beberapa orang yang berteriak mencari kelompoknya. Aku berjalan menuju seseorang perempuan yang memegang papan kayu bertuliskan angka 5 yang merupakan nomor kelompokku.

Aku ikut bergabung dalam barisan dan hanya diam sambil melihat orang-orang disekitarku yang sibuk berkenalan satu sama lain. Pandangan mataku tertarik dengan seorang wanita berambut pendek yang terlihat imut dengan penampilannya terburu-buru berlari ke arahku.

"Syukurlah aku belum telat!" Ujarnya dengan keringat yang mengalir di dahinya serta dengan nafasnya yang terburu-buru.

Aku melihat ke arahnya sekilas dan berusaha untuk tidak memperdulikannya.

"Hai! Kenalin nama aku Renny Celista, aku juga kelompok 5. Kamu bisa panggil aku Ren. Semoga kita bisa jadi temen deket ya!" Ujarnya tiba-tiba menyapaku sambil mengulurkan tangan kanannya disertai dengan senyum lebarnya.

Aku menjabat tangannya dan memberikan senyum tipis untuk menyapanya secara singkat.

"Iya, salam kenal ya Ren," Ujarku tanpa berniat untuk menyebutkan namaku.

"Nama kamu siapa?" Tanyanya lagi dengan senyum manis yang masih menghiasi.

"Aku Chila Berlyries, kamu bisa panggil aku Chila," Ujarku yang terpaksa menjawab pertanyaannya.

Aku melihatnya mengangguk dan kemudian menatapku dengan mata berbinar. Sejujurnya aku merasa tidak memerlukan teman di perkuliahan ini, tapi aku merasa ada yang berbeda dari Ren. Aku seolah bisa merasakan ketulusan dari Ren untuk berteman denganku. Aku melihat sekilas ke arah belakang Ren dan melihat sosok penjaga yang menjaganya. Aura yang dikeluarkan oleh Ren terlihat cerah dan baik.

'Mungkin tidak ada salahnya bagiku untuk kembali membuka diri?' Tapi sejujurnya aku sangat ragu apakah aku bisa berteman dengan seseorang lagi? Bagiku manusia bisa lebih menyeramkan daripada hantu yang selama ini aku temui. Hatiku rasanya belum siap untuk kembali berteman, tapi aura dan ketulusan dari Ren sangat terasa dan membuatku bimbang saat ini.

Tidak terasa waktu berjalan cepat dan waktu pengenalan kampus pun telah selesai untuk hari ini, tetapi kami masih memiliki 2 hari lagi untuk pelaksanaan pengenalan kampus. Selama kegiatan Ren banyak berbicara dan selalu terlihat ceria hingga tanpa sadar aku ikut tersenyum dengan tingkahnya yang lucu dan semangatnya yang selalu membara.

"Chila, Aku pulang duluan ya! Sampai jumpa besok," Ujarnya kemudian setelah kami tiba di parkiran kampus.

"Oke Ren, See you!" Ujarku sambil melambaikan tanganku padanya.

Aku melihat mobil Ren telah melaju dan aku menunggu sekitar 10 menit sebelum kak Alex menjemputku. Kemudian kami bergegas untuk pulang ke rumah. 

I'm not an Ordinary GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang