#10 (TAMAT)

16 2 3
                                    

Author pov

Langit terlihat sudah gelap ketika Arkan menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung kostan.

Dengan langkah lebar-lebar ia bertanya pada pasangan yang tengah bercengkrama di halaman depan gedung itu.

" permisi, apa di antara kalian ada yang mengenal Quitta ? "

" Dyra Quitta ? "

" Ya "

" Dia udah berangkat ke Yogyakarta, dari habis Maghrib tadi, buru-buru, katanya dia harus cepat balik ke kampungnya, mungkin setengah jam lagi keretanya berangkat " jelas wanita manis dengan rambut coklat itu.

Mendengar jawaban itu Arkan tampak kecewa, kesedihan amat kentara dari sorot matanya, membuat gadis manis yang baru saja berbincang dengannya itu bisa langsung menyadarinya.

" Apa ada hal yang penting ? " suara gadis bernama Lia itu memecah keheningan Arkan.

"Ya, sangat penting" tatap Arkan nanar.

" Dyra pergi terburu-buru dengan linangan air mata. Aku gak tau apa masalahnya dan aku juga gak mau dia menjelaskan apa yang dia gak mau orang lain tau. Yang jelas aku harap anda bisa membantunya menyelesaikan apapun yang tengah di hadapi sahabatku itu ", Lia diam sejenak, menatap Arkan dengan wajah memohon. Lalu mengambil gawainya, mengetikan sesuatu lalu mengarahkan layar gawainya ke wajah Arkan agar pria itu bisa melihat apa yang ia ketik, " Ini alam Dyra di Yogyakarta, kalau-kalau anda tak menemukannya di stasiun nanti. Catatlah, temui dia! Aku hanya berharap kau bisa menyelesaikan setiap kesulitan apapun yang tengah dihadapinya kini".

Arkan dengan cepat mengambil gawainya mencatat alamat yang di berikan Lia dengan teliti.

" Aku pasti. Pasti akan menyelesaikan semuanya. Terima kasih! " ucap Arkan ketika ia selesai mencatat alamat Quitta lalu dengan cepat ia berlari menuju mobilnya.

Arkan melajukan mobilnya menuju stasiun kereta api. Berharap wanita itu masih berada di sana, karna akan sulit menjelaskan semua ke salah pahaman yang terjadi antara mereka bila ia sudah tiba di rumahnya.

Hampir 45 menit waktu yang di habiskan Arkan membelah padatnya jalan raya. Ia tahu bahwa mustahil Quitta masih berada di stasiun. Dari apa yang di katakan Lia, harusnya keretanya sudah berangkat sekitar 15 menit yang lalu.

Meski sulit, hanya tinggal satu cara untuk menemui Quitta, meski akan sulit, tapi Arkan enggan menyerah. Bukan hanya karna kini ada buah cinta mereka yang bersemai, tetapi juga karna Arkan sepenuhnya sudah menyadari bahwa entah sejak kapan dia mulai menjatuhkan hatinya pada Quitta, yang pasti ketika ia mulai tak mampu membantah keinginan gadis itu saat itu ia telah menjatuhkan seluruh hatinya pada wanita yang kini sangat ia temui, tapi karna perasaannya yang untuk Dipo juga bukan hal sepele, Arkan berusaha terus menyangkal perasaannya pada Quitta.

Arkan langsung ke loket dan membeli tiket menuju ke Yogyakarta sekitar dua jam lagi. Saat ini itu adalah keberangkatan tercepat.

Setelah mendapatkan tiket ia masuk berjalan lebih dalam ke stasiun. Ada deretan kursi kosong di hadapannya. Matanya menyisir setiap kursi panjang dengan senderan besi itu, ia menimbang di mana sebaiknya ia duduk dengan keadaannya yang kacau saat ini, kursi dengan pencahayaan yang temaram mungkin lebih baik, ia pun melihat ke kursi-kursi yang berada di sudut, hingga matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal, sosok wanita yang sedari tadi ia cari, wanita yang dari tadi terus menerus bertandang dipikirannya.

Hatinya yang memang sudah semrawut sejak lama kini terasa semakin sakit, semakin hancur ketika melihat wanitanya tertunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tau dengan pasti, saat ini Quitta tengah menangis. Benar-benar hal yang sangat menyakitkan melihat wanitanya begitu putus asa sendirian karena masalah yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya.

Straight With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang