"Revisi."
Satu kata dari pria di hadapannya itu membuat Reyna mendongak. Setengah mati ia berusaha menekan amarah yang sejak tadi sudah ditahan.
"Lagi, Pak?" tanya Reyna tak percaya. Demi Tuhan, sekarang sudah hampir pukul sebelas malam dan dia masih terjebak di kantor dengan bos paling tidak punya hati nurani ini!
Tak ada jawaban dari Andreas. Pria arogan itu hanya mengedik ke arah pintu, mengusir Reyna dari ruangannya tanpa banyak kata.
Reyna menghela napas kasar dan berbalik ke arah mejanya sendiri. Suara ketikan pada keyboard menggema memenuhi ruangan yang sudah sangat sepi itu.
Kalau bukan karena harus menghidupi diri sendiri dan adiknya, Reyna tidak akan mau jadi orang gila kerja seperti bosnya itu!
Reyna memang beruntung bisa bekerja di Hilton House, salah satu perusahaan terkuat dan berpengaruh di negara ini. Sialnya, ia menjadi sekretaris calon pewaris perusahaan, Andreas Hilton. Pria tampan yang tak pernah tersenyum itu benar-benar membuat Reyna harus menambah stok kesabarannya setiap hari.
Reyna lantas memeriksa pesan yang ia kirimkan pada Dario beberapa waktu lalu. Ia terpaksa membatalkan janjinya untuk merayakan ulang tahun kekasihnya itu karena harus lembur bersama bosnya.
Sedang merenungi nasibnya yang gagal berkencan malam ini, suara langkah kaki bosnya dari dalam membuat Reyna beranjak dari kursi kerjanya.
"Kamu sudah boleh pulang," ucap Andreas membuat Reyna mengernyit selama beberapa detik.
Tapi setelah itu Reyna langsung tersenyum senang, tandanya ia masih punya kesempatan untuk bertemu dengan kekasihnya malam ini.
"Terima kasih, Pak," sahut Reyna. Setelah memastikan Andreas pulang, Reyna tak mau membuang waktu lagi. Wanita itu berlari mencari taksi untuk membeli kue ulang tahun dan tak lupa menyiapkan kado untuk kekasihnya.
Reyna akan memberikan surprise kepada Dario dengan mendatanginya secara langsung ke apartemen pria itu.
Sekitar jam dua belas malam, Reyna berhasil sampai di depan apartemen Dario. Wanita itu memencet pasword pintu apartemen kekasihnya dan masuk perlahan agar tak ketahuan Dario.
Namun, matanya langsung memicing saat ada sepasang sepatu tinggi yang sudah pasti milik seorang wanita berada tepat di samping sepatu kerja kekasihnya.
'Lagi ada tamu?' Reyna bertanya-tanya dalam hati dengan gelisah.
Firasat Reyna semakin tidak enak ketika suara lenguhan dari dalam kamar mulai terdengar hingga ke telinganya. Jantungnya kini berdegup begitu kencang karena takut kalau apa yang sempat terbersit di pikirannya menjelma nyata.
Reyna mendorong pintu kamar yang tidak tertutup sempurna dengan pelan. Ia langsung mendekap mulut karena terkejut dengan apa yang ia temukan.
Dario-nya tengah bercinta dengan wanita lain...
"Ah... Dario... apa Reyna benar-benar tidak akan datang?" ujar wanita itu di tengah desahannya, membuat Reyna mulai bertanya-tanya karena suara itu terdengar sangat familiar.
"Mnggsh... uhmngh... mnghshugh!" lenguh keduanya saling membalas.
"Tenang saja. Dia pasti masih sibuk bekerja. Reyna tidak mungkin datang malam ini," ucap Dario seraya melenguh nikmat, dengan terus memuji tubuh wanita yang kini sedang digagahinya.
Seakan telah mati rasa dan tak mau nampak semakin bodoh meratapi semua ini, dengan cepat Reyna memasuki kamar Dario sembari membawa kue yang sempat ia beli lalu melemparkan kue itu tepat di wajah pria brengsek tersebut.
Tapi seolah belum cukup hancur, Reyna kembali dibuat kaget kala dirinya melihat wanita yang sedang bercinta dengan Dario ternyata teman dekatnya sendiri.
Air matanya terjatuh karena tak dapat terbendung lagi.
"Mari kita akhiri hubungan ini," ujar Reyna sebelum memutuskan keluar dari kamar menjijikkan itu.
Dario buru-buru menggunakan pakaian seadanya lalu mengejar Reyna, yang akhirnya tertangkap juga di depan pintu apartemen.
"Reyna dengarkan aku dulu, aku bisa menjelaskan semuanya," kata Dario dengan suara memohon.
Tapi Reyna sudah lebih dulu menampar pipi Dario cukup kencang.
"Jangan pernah menyentuhku lagi dengan tangan kotormu!" ujar Reyna sembari pergi meninggalkan kediaman kekasihnya sambil bercucuran air mata.
Keesokan harinya, Reyna muncul dengan mata bengkak di kantor. "Selamat pagi Pak Andreas," sapa gadis itu ketika melihat bosnya yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
Meja kerja Reyna yang berada persis di hadapan ruangan Andreas membuat wanita itu lebih mudah memantau pergerakan bosnya.
Reyna kembali berdiri saat seorang yang tidak dikenalinya menghampiri. "Saya kuasa hukum keluarga Hilton, apa bisa bertemu dengan Pak Andreas sekarang juga?" tanya pria paruh baya tersebut yang terus menerus melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya.
"Silakan ikut saya," ujar Reyna sebelum mengentuk pintu ruangan bosnya terlebih dahulu sebelum membawa masuk pria paruh baya tersebut.
"Pak Andreas, ada yang ingin bertemu Bapak," ucap Reyna membuat Andreas menaikan satu alisnya sebelum menatap tajam pria paruh baya yang dibawanya.
"Haruskah saya membawanya pergi lagi?" tanya Reyna seraya mengarahkan ibu jari ke pintu keluar kepada Andreas yang menggelengkan kepala lalu menyuruhnya untuk membuatkan kopi.
Reyna mengangguk mengerti lalu pergi meninggalkan ruangan bosnya, namun baru saja dirinya melangkah keluar dari ruangan tersebut ponselnya bergetar ketika mendapati kembali pesan dari mantannya.
"Dasar bajingan. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa memaafkanmu," ucap Reyna seraya memblokir nomor mantan kekasihnya itu, belum lagi hatinya masih terasa panas mengingat kejadian semalam.
Di dalam ruangan, Andreas yang telah mengenal betul siapa pria di hadapannya saat ini hanya bisa menerka-nerka tentang masalah apa yang akan datang kepadanya."Katakan ada urusan apa. Jangan buang waktu berhargaku," ujar Andreas datar.
"Saya tahu Pak Andreas sangat sibuk, jadi saya akan langsung ke intinya." Pria itu mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya. "Di dalam sini tertulis bahwa Andreas Hilton, ditetapkan bisa mewariskan perusahaan dengan syarat dalam kurun waktu satu tahun harus memiliki seorang pewaris juga pasangan hidup yang saling mencintai."
Pria tua itu menyodorkan kertas berisikan wasiat milik kakeknya atas dasar syarat yang harus Andreas penuhi jika ingin menjadi pewaris seluruh harta kekayaan keluarga Hilton.
Andreas nampak diam dan mencoba mencerna, kepalanya mulai berputar mencari ide tentang bagaimana cara agar dirinya mendapatkan sebuah pasangan dan keturunan dalam waktu sesingkat itu.
"Begitulah isi dari wasiat kakek Pak Andreas jika Bapak tertarik ingin mengambil alih perusahaan seutuhnya," ucap kuasa hukum itu pada Andreas kembali.
"Saingan di dalam keluarga Bapak cukup banyak, mendapatkan wasiat seperti ini seperti mendapat sebuah peti emas. Tidak semua cucu beliau bisa mendapatkan kesempatan ini. Pak Andreas adalah satu-satunya," jelas pria itu lagi.
Reyna yang baru saja masuk ke dalam ruangan bosnya bisa merasakan atmosfer yang tidak enak.
"Tamu Bapak sudah mau pergi?" tanya Reyna saat melihat kuasa hukum keluarga Hilton itu sudah membereskan barang-barangnya.
Reyna memberikan hormat pada pria tua yang langsung keluar dari ruangan setelah berpamitan pada Andreas.
Melihat bosnya hanya terdiam, Reyna pun memutuskan untuk ikut pamit. "Kalau begitu saya akan keluar sekarang," ucap Reyna.
"Tunggu, berdiri di hadapan saya sekarang," titah Andreas, membuat Reyna yang baru saja membalikan tubuhnya harus kembali berputar menghadap bosnya.
Reyna berdiri tepat di hadapan Andreas seraya menunggu bosnya untuk kembali berbicara kepadanya. Andreas menatap manik mata Reyna tanpa mengucapkan sepatah kata selama beberapa waktu.
Reyna sampai gugup dibuatnya. Karena entah mengapa... tatapan itu terlihat berbeda dari biasanya.
"Istri. Saya membutuhkan istri sekarang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri 2 Miliar Ceo Arogan!
Romance21+ Terjebak menikah dengan bos sendiri untuk bisa melunasi sisa hutang keluarganya, Reyna mau tidak mau menerima kerjasama kontrak menjadi istri 2 Miliar Ceo Arogan di perusahaan ternama Hilton House. "Andreas Hilton, kamu bisa mewarisi seluruh ha...