Bab.3 - Merawat bos Arogan!

1.3K 100 0
                                    

"Apa Bapak sangat ingin menikah sampai sembarangan menawarkan saya 2 Miliar?" tanya Reyna yang terlihat sedikit kesal.

Andreas dengan cueknya menganggukan kepala, karena bagaimanapun dirinya harus menjadi pewaris resmi kekayaan keluarga Hilton yang telah dibangunnya dengan susah payah.

"Saya harus menikah dalam waktu cepat ini, tawaran 2 Miliar itu belum termasuk dengan biaya hidup yang nantinya akan saya berikan," ucap Andreas membuat Reyna jelas menggelengkan kepalanya menolak.

"Diluar sana masih banyak wanita waras yang akan menerima perjanjian pernikahan semacam ini, kalau saya sudah jelas akan menolaknya karena saya bukan wanita normal," ucap Reyna yang mencoba menahan kesalnya terhadap Andreas.

Pria itu baru saja memberikan gambaran pernikahan tanpa cinta untuk Reyna yang begitu menghargai pentingnya sebuah pernikahan. "Saya hanya akan menikah dengan pria yang saya cintai," ucap Reyna.

Sedangkan Andreas malah tertawa dibuatnya. "Cinta, hal itu hanya akan membuatmu merugi Reyna. Contohnya seperti sekarang ini, kamu berniat membuang kesempatan mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit adikmu hanya karena cinta," ujar Andreas yang nampaknya tak suka dengan adanya sebuah kata cinta di hidupnya.

"Apa sebelumnya Pak Andreas tidak pernah berpacaran?" tanya Reyna membuat bosnya terdiam seraya menelan salivanya.

Reyna tersenyum miring ketika mengetahui kebenarannya. "Saya hanya akan mengingatkan kembali, kamu sedang membutuhkan biaya operasi adikmu dan tidak dapat dipungkiri bahwa biaya tersebut sangatlah besar," ujar Andreas.

"Kamu tidak mungkin bisa meminjam uang dengan jumlah sebesar itu kepada kenalanmu kecuali kamu mau menambah masalah dengan meminjam uang ke   pinjaman non resmi di luar sana," ucap Andreas kembali membuat Reyna seperti kembali disadarkan oleh keadaan.

"Sebaliknya, keuntungan apa yang Bapak dapatkan jika menikahi wanita seperti saya?" tanya Reyna.

Andreas tidak mungkin mengaku pada sekretarisnya bahwa selama ini dirinya tidak memiliki seseorang yang bisa ia percayai khususnya seorang wanita. Andreas membutuhkan wanita dengan cepat, seorang yang masih gadis dan bisa mudah diperdaya olehnya.

"Siapa lagi memangnya kalau bukan kamu, selama ini saya merasa kamu sudah cukup mempelajari semua hal yang saya sukai dan tidak saya sukai," ujar Andreas.

"Reyna, kamu adalah wanita yang paling tepat," ucap Andreas.

Pintu lift terbuka, keduanya kini berpisah dan kembali pada pekerjaan masing-masing sampai pada waktu tertentu pihak rumah sakit terus menghubunginya untuk segera melunasi sisa pembayaran yang semakin menumpuk.

Jam menunjukan pukul 3 sore, satu jam lagi Reyna sudah bisa pulang. Namun alangkah terkejutnya ia ketika mendapatkan sebuah panggilan di interkom yang tak lain adalah dari bosnya.

"Masuk," ucap Andreas pada Reyna sebelum mematikan panggilannya.

Reyna akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan masuk menuju ke ruangan bosnya. "Bawakan barang-barang saya ke dalam mobil," ucap Andreas membuat Reyna menganggukan kepalanya menurut.

Reyna yang merasa bosnya akan segera pulang, ikut membawa tas nya ke lobi jadi wanita itu tidak perlu kembali lagi ke atas untuk mengambil barangnya. "Duduk di depan," ucap Andreas pada Reyna ketika pria itu sudah berada di kursi pengemudi.

Reyna menyerngitkan dahinya. "Bapak tidak berniat mengantar saya pulang bukan?" tanya Reyna dengan tertawaan kecilnya namun Andreas seakan tak mengelak pernyataan tersebut.

Alhasil Reyna masuk ke dalam mobil bosnya yang mulai melaju keluar dari gedung perusahaan. Tidak sampai tiga puluh menit, Andreas ternyata membawa Reyna ke apartemen pria itu.

Sesampainya di depan pintu apartemen, Reyna mendadak mengerem kakinya untuk masuk ke dalam. "Saya menunggu diluar saja," ujar Reyna yang tidak di ambil pusing oleh Andreas.

Namun setelah sekitar sepuluh menit menunggu di luar, Reyna mendengar ada beberapa kegaduhan dari dalam yang membuatnya cukup penasaran. "Apa terjadi sesuatu di dalam?" pikir Reyna.

Reyna yang hendak masuk ke dalam malah ditabrak oleh seseorang dari dalam yang menggunakan pakaian serba hitam. Tak dapat melihatnya lebih jauh lagi, Reyna memilih untuk segera masuk ketika suara rintihan bosnya terdengar semakin jelas.

Reyna menutup mulut dengan keduantangannya saat melihat darah di tangan bosnya. "Pak Andreas!" Teriak Reyna.

Reyna membopong Andreas ke atas sofa dan menyenderkan tubuh bosnya disana. "Apa ada luka lain selain di tangan Bapak?" tanya Reyna seraya meraba tubuh Andreas yang masih terbalut jas.

Andreas menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu ayo saya antar ke rumah sakit," ucap Reyna yang dengan cepat dibalas gelengan oleh Andreas.

"Tidak bisa, jika kakek saya sampai mendengar berita ini bisa saja hal buruk terjadi pada pekerjaan saya," ucap Andreas yang ingin merahasiakan kejadian penusukan barusan.

Andreas bisa saja diturunkan dari tahtanya.

Jika kakeknya tahu ada seseorang yang berusaha mencoba membunuhnya. "Jangan katakan kejadian ini pada siapapun," ucap Andreas.

Reyna mengangguk mengiyakan lalu mulai merawat luka Andreas. "Robekannya cukup besar, sepertinya harus dijahit?" ucap Reyna membuat Andreas menggelengkan kepala menolaknya.

"Bapak takut ya?" goda Reyna membuat Andreas memicingkan matanya dengan tatapan tajam.

Reyna menelan salivanya lalu melanjutkannya membalut luka Andreas seadanya sebelum Andreas memanggil dokter pribadinya. "Kamu tidak pulang?" tanya Andreas.

Reyna menggelengkan kepalanya. "Saya harus memastikan Bapak masih hidup dengan begitu saya bisa pulang dengan tenang," ucap Reyna.

Karena, Reyna tidak mau menjadi pengangguran jika saja bosnya mungkin mati muda karena terbunuh. Sekitar dua puluh menit, seorang pria membuka pintu apartemen Andreas dengan napas tersenggal-senggal.

"Siapa yang berani melakukannya?" tanya pria tersebut sebelum matanya kini terfokus pada Reyna.

Pria tersebut berjalan mendekat seraya melirik Andreas seakan ingin pria itu menjelaskan siapa wanita yang berada bersamanya saat ini. "Kamu merawatnya dengan baik sebelum aku datang," puji pria muda yang nampaknya adalah seorang dokter pribadi dari bosnya.

"Aku harus menjahitnya sedikit," ucap dokter muda itu pada Andreas.

Andreas yang kini nampak pucat pasi semakin dibuat ling-lung ketika mendengar pernyataan itu. "Ken, kamu tahu aku tidak bisa," ujar Andreas seraya menatap mata Ken.

Reyna sedikit terkejut, Andreas yang selama ini ia pikir tak takut dengan apapun kini sedang memohon untuk tidak dijahit pada dokternya. "Saya yakin Bapak pasti bisa, saya melihat Pak Andreas selama ini tidak pernah takut melakukan hal apapun," ujar Reyna membuat Andreas menatap dengan pucat ke arahnya.

"Adik saya juga takut dijahit, tapi saya selalu bilang semua dokter akan menganjurkan hal paling baik untuk pasiennya," ujar Reyna kembali sembari mengambil satu tangan Andreas dan menggenggamnya.

Ken yang melihat Andreas mulai tidak fokus segera menyuntikan obat bius dosis kecil dan membuat Andreas sedikit melenguh.

Sedangkan Reyna mulai merasakan genggaman Andreas yang semakin kuat di tangannya. "Ah," lenguh Andreas ketika tangannya mulai dijahit sekitar dua sampai tiga jahitan.

"Jahitan ini kecil dan akan sulit terlihat," ucap Ken tak ingin Andreas khawatir.

Selesai dari situ, Andreas diberikan beberapa obat seperti antibiotik. "Saya tidak tahu apa arti dirimu untuk Andreas dan begitu juga sebaliknya, tapi tolong rawat dia selama saya tidak disini," ujar Ken.

"Saya Reyna, sekretaris Pak Andreas. Maaf jika saya terlihat terlalu ikut campur, apa sebaiknya Pak Andreas dipindahkan saja dari rumah ini?" tanya Reyna.

"Jam dua pagi ini saya ada penerbangan keluar negri, apa saya bisa menitipkannya ke tempatmu?" tanya Ken membuat Reyna nampak kebingungan.

"Dia bukan tipe orang yang akan menyusahkan, jika mengenalnya dengan baik kamu pasti tahu itu Reyna," ujar Ken sebelum pergi meninggalkan Reyna dan Andreas yang kini tengah tertidur pulas di atas pahanya.

Istri 2 Miliar Ceo Arogan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang