29. Rakel Ragastya

56.1K 4.9K 339
                                    

malah komen spam, mending komen tiap paragraf deh biar keliatan lebih hidup ini cerita.

emang kalian ga mau dapet dobel atau tripel up dari aku? mood penulis tuh ditentuin sama pembacanya, kalian antusias maka penulis juga antusias.

dan sejauh ini hampir 70% pembaca ku adalah sider, dan makasih banyak buat kalian-kalian yang selalu vote dan menyempatkan diri untuk berkomentar.

aku ga tau atau gimana ya, apakah karena kalian tidak tahu bagaimana caranya menghargai penulis atau karena kalian tidak tahu bagaimana lelahnya menulis?

jika tidak suka cerita ini kan bisa tinggal keluar, tetapi kenapa masih saja lanjut di bab ini tapi tidak mau memberi vote dan komentar?

padahal rencananya aku mau selesaikan cerita ini dengan dobel up setiap hari, tetapi karena kebanyakan sider mood aku tuh jadi hilang!

aaaaaaa, pengen nangisssssss

***

"Helga harus menerima hukuman karena telah berusaha membunuh Camellia dulu, aku ingin membuatnya menderita." Jawab Aarazka sebelum Duke Glitzy ingin bertanya.

Apa?

Duke Glitzy segera berdiri dari duduknya untuk menghadap kaisar, ingin mendengar lebih jelas perkataan Aarazka tersebut.

"Dulu?" Tukas Duke Glitzy mengulangi, tidak ingin salah mendengar karena hal ini sudah berkaitan dengan putri tercintanya.

Aarazka mengalihkan tatapannya pada Duke Glitzy yang sekaligus adalah ayah mertuanya, ia mengangguk pelan membenarkan pertanyaan Duke Glitzy.

"Mohon maaf atas kelancangan saya, tetapi sesuatu hal yang sudah berkaitan erat dengan putri saya pasti akan saya tuntaskan walau dengan cara tak hormat. Boleh saya tahu maksud perkataan Anda itu, Yang Mulia?" Ujar Duke Glitzy meminta penjelasan, ia tidak menerima pernyataan dari satu sisi saja, ia ingin melihat dua pernyataan dengan jelas.

Aarazka menghela napas sebentar, lalu melirik Atlair yang masih berdiri kokoh di sampingnya.

Mengerti akan tatapan Aarazka, Atlair membalas menatap Aarazka dengan alis terangkat seolah menantang. "Kau tidak bisa mengusirku, atau saat ini juga aku mengusulkan untuk perang." Ujar Atlair dengan sangat entengnya.

Kemudian Altair beralih pada pedang yang masih berjarak beberapa sentimeter di lehernya, dengan kesal Atlair menepis pedang itu hingga terpental dan jatuh. Lalu menatap Rezel dengan marah, "aku ampuni akan sikap lancangmu kali ini. Tetapi tidak ada pengampunan untuk perbuatan yang kedua." Ujarnya pada Rezel.

"Mohon jelaskan Yang Mulia." Ucap Duke Glitzy tak sabaran, ia benar-benar tidak peduli akan pertikaian Atlair dan Rezel, juga tidak peduli bahwa Atlair akan mengadakan perang. Saat ini yang sangat ia khawatirkan hanyalah putrinya, putri semata wayangnya yang telah jatuh sakit karena percobaan pembunuhan oleh seorang wanita yang identitasnya disembunyikan oleh kaisar sendiri, suami dari anaknya sendiri.

"Bisu? atau tidak tahu harus mencari alasan apa lagi tentang wanita simpananmu itu?" Cecar Atlair dengan kesal karena keterdiaman Aarazka sejak tadi.

Aarazka lagi-lagi menghela napas, lalu melirik beberapa pelayan dan dokter kerajaan serta Rezel. Rezel yang mengerti akan kode tersebut mengangguk lalu berjalan keluar diikuti oleh yang lainnya meninggalkan kamar permaisuri. Hanya tersisa Aarazka, Atlair, dan Duke Glitzy saja saat ini dalam suasana tegang. Terlebih Duke Glitzy yang tidak sabaran menunggu jawaban Aarazka dan Atlair yang sudah marah sedari tadi.

Suddenly I became the Empress [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang