04. Kotak Bekal

8 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Sazanka sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah dengan totebag Biru muda yang berada di tangan kirinya. Bukan karena ini hari Senin, bukan juga karena ia terlalu bersemangat dan tak sabar untuk belajar, melainkan ada seseorang yang sedang ia tunggu.

Gadis itu menyunggingkan senyuman kecilnya kala netranya menangkap sebuah objek tinggi yang berjalan santai memasuki gerbang sekolah. Dengan langkah kecilnya, ia berlari pelan menghampiri sang Objek.

Tap.

Sazanka melambai ramah saat sang objek menoleh kearah nya.

"Halo Hazel, apa kabar?"

Sedangkan Hazel hanya mengerutkan keningnya, tapi sepertinya itu sekarang sudah bukan menjadi masalah untuk Sazanka, gadis itu dengan santai menyodorkan sebuah Totebag tadi kearah Hazel.

"Apa?"

Senyum Sazanka pudar. "Ambil aja kali, nggak usah tanya kenapa. Tinggal di buka aja terus lihat isinya."

Meskipun agak sedikit ragu, Hazel mengulurkan tangannya untuk meraih totebag dari tangan Sazanka. Namun, tanpa basa-basi lagi pemuda itu langsung melangkah pergi begitu saja.

"Huft... Sabar Sazanka, orangnya emang gitu." Gumam Sazanka pada dirinya sendiri. Netra gadis itu masih mengikuti arah Hazel melangkah, ia pun mulai berjalan menuju kelasnya.

"Oh... Anak jurusan Bahasa." Gadis itu kembali berucap kala melihat Hazel melangkah masuk kedalam kelas 11 BAHASA 2.

"Kok Jurusan Bahasa sih? Padahal perkiraan aku dia anak IPA lho. Muka dia tu kek muka-muka IPA-able yang kayak cowok-cowok cool di Novel gitu, yang suka menang Olimpiade, trus selalu ranking satu padahal nggak pernah belajar, trus kayak badboy yang suka tawuran." Sazanka jadi asik membayangkan karakter-karakter fiksi yang ia baca di novel miliknya, hingga dirinya tak sadar bahwa ia sudah tiba di depan pintu kelasnya.

"Nah! Itu dateng orangnya"

Gadis itu mengerutkan keningnya, ia baru saja menginjakkan kaki di kelas miliknya dan kini teman-temannya sudah memandang kearah dirinya dengan tatapan berbinar.

"Eh? Apa nih? Kenapa?"

Khanaya, sang wakil ketua kelas berjalan mendekat kearahnya.

"Hari ini Lo jadi pembaca UUD di Upacara nanti ya?"

"Hah? Eh kok aku? Bukannya seharusnya Juan?" Ucapnya tak terima.

"Juan nggak masuk, jadi Lo gantiin dia ya?" Ucap Khanaya masih berusaha membujuk sembari memegang tangan Sazanka.

"Yang lain kan banyak, kenapa harus aku?"

"Tolong banget ini, demi kelas kita... Kelas 11 IPA 3."

"Ya tapi kan aku belum latihan sama sekali."

"Ya kan tinggal baca aja."

Sazanka mendesah berat. "Enggak mau ah, Nay. Minta yang lain aja-"

Bel sekolah berbunyi, pertanda semua siswa harus berbaris di lapangan untuk melaksanakan Upacara Bendera.

"Waktu kita nggak banyak, Saz. Kali ini aja, Lo mau ya?"

Lagi, Sazanka mendesah pasrah sembari Khanaya meraih ransel milik Sazanka yang berada di punggungnya lalu meletakkannya di meja milik Sazanka.

"Nih, Lo pegang ini." Ucap Khanaya menyodorkan sebuah teks Undang-undang Dasar 1945 di tangan Sazanka.

"Good Luck!" Lanjutnya.

Dengan langkah lesu, Sazanka berjalan kearah lapangan di mana semua siswa dan guru berkumpul di sana.

"Oke. Kali ini aja." Gumamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAZELIO | Haruto Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang