20. Meja nomor 20

409 53 9
                                    

Jam berganti hari, hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Selama satu bulan lamanya Agatha berada di Surabaya karena ada pekerjaan yang benar benar tidak bisa ia tinggalkan. Yudhistira benar benar menguras emosi dan tenaganya sebulan ini. Surat Resignnya memang di Acc hanya saja Yudhistira meminta perjanjian baru pada Agatha untuk menyelesaikan proyeknya di Surabaya.

Agatha hanyalah Sekretaris biasa yang mengurus semua keperluan dinas atau pekerjaan Yudhistira. Namun tidak terfikir olehnya bahwa bosnya itu akan memberikan pekerjaan diluar dugaannya. Proyek ini memang bukan proyek besar, hanya saja bagi Agatha ini proyek sangat rumit. Bagaimana ia harus mengembangkan perusahaan yang telah ditutup selama satu tahun lalu.

Kini pekerjaannya sudah selesai, perusahaan yang bergerak di bidang ekspor - impor itu sudah mulai bergerak dan sisanya Yudhistria hanya memantau saja. Untungnya juga Agatha bisa mengerjakannya.

Kedua kaki jenjang Agatha kini berdiri didepan ruangan Yudhistira, ia menghela napas panjang. Pasti Yudhistira memberikan pekerjaan baru untuk menghalanginya agar ia tidak keluar dari perusahaan ini. Kalau boleh jujur sebenarnya Agatha sudah nyaman di perusahaan sekarang, hanya saja sikap Yudhistira sedikit membuatnya tidak nyaman ditambah hatinya kini benar benar sudah hancur.

Dengan keyakinan dan keberanian yang ia miliki, Agatha mengetuk pintu Yudhistira dan kemudian langsung membuka knop pintu itu. Disana tepatnya dimeja Yudhistira, pria itu tengah memeriksa berkas dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Namun atensinya teralihkan saat aroma Blueberry menyapa hidungnya.

Dengan ragu Agatha langsung menghampiri Yudhistira dan duduk didepannya. Yudhistira langsung melepaskan kacamatanya dan menutup map berwarna biru tua itu.

"Pak?"

"Kenapa?"

"Emm—mengenai—surat resign saja. Sudah tidak saya mulai besok—"

"Ah! Soal itu—" Yudhistira mencari sesuatu di laci mejanya. Kemudian dia menyodorkan sebuah kotak cincin berwarna biru tua itu pada Agatha, "Buat kamu." Katanya.

Agatha langsung membuka kotak tersebut dan kedua matanya menatap sebuah cincin emas dengan permarta berwarna putih. "Ini apa pak?"

"Cincin."

"Saya tahu—maksudnya apa?"

"Kasarnya, saya melamar kamu. Tapi kalau kamu nggak mau anggap aja itu sebuah kado, kenang kenangan." Jelas Yudhistira.

Inilah yang Agatha tidak suka. Yudhistira selalu memberikannya barang barang seperti ini. Bukannya Agatha tidak mau menerimanya, ia takut tidak bisa menjaga apapun pemberian Yudhistira padanya. Termasuk hati Yudhistria.

"Bapak nggak usah berlebihan—" Agatha menutup kotak itu dan memberikannya kembali pada Yudhistira, "Ini sama sekali enggak ada hubungannya sama kerjaan—maaf sebelumnya saya belum bisa menerima."

"Kenapa?"

"Saya takut tidak bisa menjaga barang itu—termasuk saya takut nggak bisa menjaga hati bapak." Ucap Agatha.

Sorot mata Agatha masih sama saat pertama kali ia bertemu dengannya. Teduh dan sangat menarik. Awalnya Yudhistira memang biasa saja namun lama kelamaan entah apa yang Agatha lakukan ia bisa menarik hatinya. Dulu hati Yudhistira mati, dan kini hidup kembali oleh Agatha. Dan sialnya ia juga yang mematahkannya.

"Jadi jawabannya, saya masih belum bisa pak. Saya masih mau sendiri dulu." Jawabnya.

Harusnya dari awal Yudhistira tahu bahwa hati Agatha sangat sulit untuk ia tempati. Sekarang disana mungkin nama Jeno masih ada dan Agatha sendiri sedang berusaha untuk menghapus nama keramat itu dari hati Agatha. Dan itu pasti perlu waktu yang entah berapa lama yang Agatha butuhkan.

Midnight Rain | Lee Jeno x Yoo Karina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang