Prolog

73 15 6
                                    

Langit muram sejak pagi, tidak ada cahaya selain awan kelabu yang menangis kecil. Begitupula wajah Jimin yang sama muramnya saat menatap layar komputernya yang berisi grafik garis tak beraturan.

Tangannya terus menggeser mouse, sedangkan tangannya yang lain sibuk menekan tombol-tombol di keyboard nya. Namun raut wajahnya tak berubah, ada yang tidak sejalan dengan hatinya. Musik yang ia buat kali ini belum sempurna, masih ada sedikit kekurangan, tapi Jimin masih belum bisa menemukannya.

Padahal semua lagu dalam album barunya harus selesai Minggu ini, karena ia harus segera merekamnya dan membuat music video untuk comeback-nya yang tinggal beberapa minggu lagi.

"Hai, apa kau sedang sibuk?" Manajernya masuk kedalam ruangan lalu menepuk pundaknya yang menimbulkan raut kecut diwajah Jimin. "Apa ada masalah?" Pria bernama Hoseok itu sudah hafal dengan macam-macam ekspresi wajah Jimin. Dan kali ini ia menebak Jimin sedang mengalami masalah.

"Ada beberapa part yang tidak enak didengar, aku harus memperbaikinya segera." Jimin sudah kembali menghadap layar komputernya.

"Oke, aku mengerti." Sang manajer mengangguk, namun ia tidak langsung pergi. "Tapi aku boleh meminta waktumu 5 menit saja. Aku ingin kamu mengenal staf barumu hari ini."

Jimin mendongak ke manajernya sekilas, lalu menjawab dengan anggukan. Hoseok lalu mengundang beberapa staf baru yang ia rekrut beberapa waktu lalu.

"Ada 5 staf baru, 3 staylish untuk membantu Haewon dan 2 staf laki-laki untuk menjadi asisten manajer dan supirmu."

"Perkenalkan nama saya Jimin. Saya mohon bantuan dan kerjasama kalian ya?" Jimin mengawali perkenalan itu, matanya menatap satu-persatu staf yang akan bekerjasama dengannya, tentu saja dengan senyum ramah untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka. Namun tatapannya berhenti pada sosok gadis yang berdiri dipaling ujung.

Sebenarnya tidak ada yang aneh apalagi istimewa dari gadis itu, justru terlihat sangat biasa untuk dikatakan sebagai stylish. Karena gadis itu hanya mengenakan t-shirt hitam yang ditutupi baju flanel berwarna abu yang dipadukan dengan celana jeans hitam sederhana. Rambutnya digerai sebahu yang sepertinya hanya disisir acak dengan tangan. Sangat tidak mencerminkan profesi yang ia miliki saat ini. Namun Jimin bisa melihat kecantikan yang alami dari gadis itu, yang masih persis sama seperti dulu. Tapi ia tidak bisa memastikan apakah itu dia, atau orang lain.

Jimin masih mengamati dengan bimbang, membuat gadis itu menunduk gugup. Aku tidak salah lihat kan? Batin Jimin setelah lama menatap gadis itu. Gadis yang tidak ingin ia lihat lagi sampai kapanpun.

Namun anehnya dadanya mulai berdegup kencang, ada perasaan aneh yang menggelitik ulu hatinya. Perasaan yang sudah lama ia singkirkan kini kembali berdesir. Kemarahan yang lama padam kembali memercik nyala.

Meski ragu, Jimin memberanikan diri bertanya, "apa kamu mengenalku?"

Gadis itu sedikit mengangkat wajahnya, ada raut gugup jelas terulas. Tapi sialnya beberapa detik kemudian, bibirnya tertarik ke sudut membentuk senyuman yang cerah. "Emm, tentu saja."

Untuk beberapa saat Jimin terdiam, ada perasaan kaget, sekaligus lega memenuhi dadanya. Tapi ia juga tidak bisa menutupi rasa muak setelahnya terlebih saat senyum gadis itu terulas cukup lama.

Apa benar dia adalah gadis itu?

Jimin masih ragu, jika benar gadis itu adalah gadis yang sama, maka ia harus mendengar apa yang harus ia dengar waktu itu.

Gadis itu diam sejenak, membuat jantung Jimin bergemuruh penuh harap."Anda Park Jimin, artis nomer satu di Korea."

Disebut artis nomer satu di Korea tidak membuat wajah Jimin mencerah. Justru ia semakin tajam menatap gadis itu. "Namamu siapa?"

Bad To Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang