[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN]
Bagian 1 | Mengerti
SATU kata, dingin. Ini terlalu dingin. Aku merasa udara yang kata orang sejuk itu keluar dari mesin pendingin dan langsung masuk ke dalam seluruh bagian badanku—yang sedang telanjang. Ya, aku telanjang. Meski masih ada sehelai kain tipis menutupi tubuhku yang polos, aku tetap merasa aku sedang dalam keadaan telanjang.
Bayangkan, aku sendirian tergeletak di suatu tempat tidur kecil yang datar. Lalu beberapa orang berjubah hijau kini sedang mengerumuniku. Iya, benar sekali. Mereka mengerumuniku. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Rasanya aku ingin menangis. Hanya dengan membayangkan apa yang akan terjadi dalam berjam-jam ke depan saja, jantungku seperti lari maraton, berdegup tak menentu.
"Bagaimana? Sudah siap?" tanya salah satu orang di sampingku dengan ramah.
Seriously, no. Rasanya ingin kabur. Mencabut semua jarum yang menempel di tubuhku, mencabut semua kabel yang menyambung ke mesin-mesin aneh itu, bangun, berdiri, lalu lari secepat-cepatnya menuju pintu keluar. Masa bodoh dengan semua orang yang akan melihatku aneh karena hampir telanjang. Aku hanya akan memikirkan diriku sendiri, tidak ada waktu untuk yang lain.
Tapi ... tubuhku serasa terpaku. Terpaku kuat oleh ketidakberdayaan diriku sendiri. Aku ... pasrah.
Masih dalam keadaan berpikir, aku mulai merasa kehilangan akalku sendiri. Rasanya seperti pusing. Pandanganku mengabur dan aku seperti melihat banyangan-bayangan. Setelah itu ... aku tak lagi sadar apapun.
.
.
-
When I'm gone
When I'm gone
You're gonna miss me when I'm gone
You're gonna miss me by my hair
You're gonna miss me everywhere
Oh, you're gonna miss me when I'm gone
(When I'm Gone - Anna Kendrick)
Suara merdu Anna Kendrick mengalun indah di Cafe Aroma siang ini. Lagu itu seperti berputar-putar di kepalaku—entah karena apa. Padahal jelas sekali pikiranku penuh. Penuh dengan hal-hal menyebalkan dan sangat jauh dari kata menyenangkan. Bukan lagi sedih, aku sudah sampai ke tahap kesal.
"Kata dokter, aku harus operasi ..." Aku meminum es jeruk di hadapaku. "lagi," lanjutku memulai percakapan dengannya.
Sempat kulihat orang yang aku ajak bicara itu berhenti meneguk minuman hangatnya. Beberapa detik kemudian dia seperti sedang berusaha ... hmm, tersenyum. "Aku udah denger," ucapnya pelan menanggapi pernyataanku.
Aku mendelik. "Ibu cerita ke kamu, Dim?" tanyaku padanya yang dia balas dengan anggukan kecil. "Lagi? Ibu cerita ke kamu lagi?" tanyaku dengan nada yang meninggi.
Tak ada jawaban lain yang aku dengar. Dia—Dimar—kembali sibuk meneguk minumannya. Dia seperti mengabaikanku yang sekarang sedang menggeleng karena sikap ibu. Ibu selalu terlalu bercerita banyak hal pada Dimar, yang terkadang sering menganggap Dimar ini seolah adalah pacarku. Kenyataannya, Dimar hanyalah seorang sahabat yang cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radelusi [4/4 End]
Short Story[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN] Bagiku, semesta hanya berpihak pada mereka. Keadilan itu tidak nyata, hanya delusi orang beruntung se...