1.2

83 10 0
                                    

"Po... Nong Apo!"

Ketukan di pintu kondonya memaksa Apo untuk membuka mata. Kepalanya berdenyut nyeri ketika cahaya matahari yang menyengat menyapa indra penglihatannya. Ia mengereyit saat merasakan betapa lembab tempat tidurnya. Seberapa banyak dirinya berkeringat semalam?

Dirinya baru terlelap selama beberapa menit setelah shift kerjanya usai saat ia merasakan luka di bahunya terasa seperti terbakar yang membuatnya terjaga seketika. Semakin lama rasa sakitnya bertambah hebat. Rasanya seperti ditusuk oleh pisau tumpul yang kemudian ditarik paksa di sepanjang lukanya, direnggangkan, lalu disiram dengan campuran cuka dan garam. Tidak ada yang dapat dirinya lakukan selain bergelung memeluk dirinya sendiri di atas tempat tidur dengan cucuran keringat dingin dan air mata. Apo kira dirinya akan mati ketika ia rasakan setiap tarikan nafasnya begitu mencekik dan menambah rasa sakit pada lukanya. Saat itu terasa begitu lama hingga akhirnya tubuhnya menyerah atas semua rasa sakit yang diterimanya. Apo jatuh tak sadarkan diri di atas ranjangnya. Beruntung dirinya masih dapat terbangun beberapa jam kemudian.

"Nong Apo di rumah?!"

"Tunggu sebentar mae!" Apo bergegas bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Di depan sudah ada mae Tum, wanita paruh baya yang bertugas menjaga kondo dan mengingatkan para penghuni untuk tidak terlambat membayar uang sewa. Melihat gelagat mae Tum, sepertinya kali ini Apo berada dalam masalah.

"Nong Apo baru bangun? Tumben sekali."

Apo tertawa kikuk. Memang tidak biasanya Apo bangun saat matahari sudah berada di puncak kepala. "Ada apa mae?"

"Eum... Mae minta maaf, tapi baru saja Khun Chao berkunjung. Dia tau kalau mae menyembunyikan jika nong Apo menunggak membayar dua bulan terakhir. Dia mau nong Apo membayar langsung padanya mulai sekarang."

Kan benar dia dalam masalah. Dua bulan terakhir adalah masa liburan dimana tentu saja dia tidak akan punya murid yang menggunakan jasa les privatnya. Pendapatan dari pekerjaannya di minimarket jelas saja tidak mencukupi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin tinggi saja. Ditambah sekarang dirinya tidak lagi mempunyai beasiswa. Harusnya dia benar-benar mati saja semalam. Biarkan hari ini menjadi hari dimana orang akan menangisi dirinya daripada menjadi hari dimana sewa kondonya akan ditagih.

"Tidak apa-apa mae, salah Po yang tidak bisa membayar tepat waktu. Po akan bayar siang ini, mae tidak perlu khawatir."

"Mae akan mengirim nomor rekening khun Chao nanti ya." Mae Tum menepuk pelan lengan Apo sebagai gestur memberi semangat kepada pemuda manis itu sebelum melangkah pergi meninggalkan Apo yang masih betah bersandar pada bingkai pintu. 

Atensi Apo teralihkan kala dirinya mendengar suara ribut langkah kaki dari arah koridor. Itu May, berjalan cepat -hampir berlari- menuju tempat Apo berdiri. Sepatu kets gadis itu yang tidak ingin Apo bayangkan berapa harganya terdengar semakin nyaring menghampiri tempatnya berdiri. Apo mengganjal pintu kamarnya dengan sandal karet lusuh yang semestinya sudah dirinya buang beberapa hari yang lalu. Menyisakan cukup ruang agar May dapat lewat sementara dirinya menyiapkan telinga untuk mendengarkan entah apa yang akan sahabat tersayangnya itu celotehkan kepadanya.

"Kenapa tidak menjaab telefon ku?!"

"Maaf, Po baru bangun." Apo berjalan kearah ranjang. Tangannya dengan sigap melepas ujung sprei dari setiap sudut tempat tidurnya serta memungut selimut yang tergeletak menyedihkan di lantai lalu meletakan semuanya di sebelah keranjang cuciannya yang hampir penuh. "Apapun yang May pikirkan, itu tidak tejadi." Pandangan menyelidik dari May membuat Apo merasa perlu menjelaskan dirinya. Sedangkan May di ujung ruangan menghela nafas kecewa.

"Aku kira kau sudah bisa bermimpi soal pria panas lainnya." Apo mendengus. Tentu saja Apo pernah bermimpi tentang pria panas. Tetapi tidak akan sampai mengotori tempat tidurnya. "Kalau begitu, jelaskan." May meletakan kantong plastik yang sedari tadi dibawanya ke meja, membuka sebungkus susu kacang dan memindahkan isinya kedalam mangkuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang