Prolog
Suara jarum jam memenuhi ruangan yang hanya diterangi dari cahaya bulan, suara isakan dan hembusan napas terdengar di sepasang telinga laki-laki dengan badan yang bergetar.
Isakan yang kecil mulai menjadi tangisan sedu dan menyayat hati bagi yang mendengar, yang menangis pun mulai menarik rambutnya dengan kuat sambil diiringi tangisan.
"Aaaa!!!!"
Jeritan demi jeritan semakin terdengar dan benturan kepala dengan dinding terdengar jelas.
Dua insan berbeda jenis itu duduk di atas tempat tidur, seorang gadis dan laki-laki yang diantaranya menangis sedu. Jeritan tiba-tiba terdengar semakin kuat dan memekakkan telinga.
Jeritan yang tak berhenti itu tiba tiba berhenti dan digantikan oleh tatapan kosong seolah-olah meminta Tuhan untuk menjemput dirinya, ia lelah.
"Jangan melamun.. aku gak mau terjadi sesuatu.."
Salah satu dari mereka berkata dengan pelan, tepatnya laki-laki itu berucap pada gadis dihadapannya.
Laki-laki itu menatap sedu gadis di depannya, "Ai.."
Gadis yang dipanggil 'Ai' itupun tak menjawab dan hanya mempertahankan tatapan kosongnya, raganya hidup tapi jiwanya entah kemana, gadis itu tidak kehilangan tapi ia merasa ada yang hilang.
Laki-laki itu ingin menyerah tapi dia tidak mau kehilangan lagi, dia harus mempertahankan gadisnya. Cukup kemarin dia kehilangan gadisnya, untuk sekarang ia tak mau.
"Bersyukur Ai, tolong lihat aku, aku ada disini," tuturnya lembut.
Gadis itu akhirnya menatap laki-laki di depannya, "kalau bisa milih, aku lebih baik terlahir kembali daripada seperti ini."
***
To be continued.
14, September 23.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG TANPA EPILOG
Teen FictionDON'T REPOST MY STORY! Bntu vote yaa! Ini asli pikiran sndrii "Stop nyalahin Tuhan, karena yang salah dan menjijikkan di sini itu lo bukan Tuhan."