Enjoy my new story, guys💞
°
°
°
°
°<3 <3 <3
10 tahun yang lalu..
Prangg.
Bug.
Suara pecahan gelas dan segala benda pecah belah saling bersahutan dengan suara pukulan yang terdengar tidak main-main.
Suasana ruang keluarga yang harusnya hangat dan nyaman, kini berubah mengerikan dan sangat berantakan.
"Aku mau cerai, Mas! Aku nggak tahan hidup tersiksa kayak gini." Sang istri yang wajahnya terdapat luka memar dibeberapa bagian itu berderai air mata sambil menahan nyeri di sekujur tubuhnya, juga dihatinya.
"Kamu pikir kamu siapa, berani ngatur-ngatur hidup saya! Kamu nggak lebih dari sekedar perantara penghasil keturunan saya!" Bentakan itu disertai dengan tamparan kuat yang dilayangkan sang suami pada wanita yang seharusnya ia anggap sebagai istri.
"Aku cuma nggak mau punya suami pembunuh!" Teriak sang istri histeris.
"Memang kenapa kalo saya pembunuh? Kamu mau jadi korban selanjutnya?" Sang suami menyeringai sambil menjambak kuat rambut istrinya.
"Mas, sakit.." lirih sang istri. "Udah, aku mohon."
Sang suami langsung membanting tubuh istrinya ke lantai.
"Kemasi barang kamu sekarang. Jangan pernah menampakkan diri dihadapan saya lagi. Perceraian biar saya yang urus, anak-anak biar jadi urusan saya." Keputusan itu terdengar mutlak, tidak bisa diganggu gugat.
"Mas? Aku mohon, setidaknya biarin El ikut sama aku." Wanita itu berlutut sambil memohon dikaki pria berusia 30 tahunan itu.
"Kamu mau jadi korban saya selanjutnya atau pergi dengan tenang tanpa membawa satu anakpun?" Tanya pria itu yang kini ikut berlutut, mensejajarkan wajahnya dengan wajah lawan bicaranya.
"Mas, aku-"
"Saya ambil katana dulu."
"Iya, aku pergi. Tapi aku mohon, jangan jadiin anak-anak sebagai generasi penerus kamu, Mas. Tolong jangan jadiin mereka monster juga." Wanita itu memohon lirih dengan penampilannya yang sudah sangat berantakan.
Sementara pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu hanya tersenyum simpul, seolah meremehkan wanita dihadapannya. Pria itu berbalik hendak pergi meninggalkan ruang keluarga yang sudah kacau, namun langkahnya terhenti dan kembali berbalik menatap wanita yang masih berlutut lesu itu.
"Ini, tutup mulut kamu. Jangan sampai apa yang kamu lihat bocor kemana-mana. Atau kamu akan tau akibatnya." Pria itu melempar amplop panjang yang sepertinya terisi penuh pada wanita itu, kemudian pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan.
Wanita itu terduduk lemas, semakin terisak hingga ruang keluarga itu penuh dengan gema suara tangisnya.
Sementara balita berusia 4 tahun yang sejak tadi bersembunyi dibalik lemari yang berisi berbagai macam souvernir itu hanya diam, tidak tahu kedua orang tuanya itu sedang membahas apa.
Yang ia tahu, ibunya terluka karena sang ayah memukulnya berkali-kali. Ayahnya jahat, dan ibunya terluka. Hanya itu yang diketahui bocah tersebut.
El benci Papa!
°°°
2 tahun kemudian.
"Kak Ian lagi apa?" Anak kecil berusia 6 tahun itu bertanya polos pada sang kakak yang kini memunggunginya sambil berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elbhara Dhrulley
Teen Fiction"Gue cuma pengen bebas." °°°°°°°°°°°°° "Kalo Papa nggak mau punya anak, KENAPA DULU ADAIN EL DIDUNIA INI?!" "El cuma pengen hidup normal." °°°°°°°°°°°°° "Lo tau seberapa menderitanya gue waktu itu?! Dan itu semua gara-gara lo, El!!" °°°°°°°°°°°°° "E...