2. Debaran aneh

46 26 14
                                    

Holaa, i'm back👋🏻

Btw, maaf kalo part-part di cerita ini bakal panjang banget nantinya. Soalnya ceritanya sedikit agak rumit, jadi susah kalo mau dipersingkat + akunya belum pro, jadi maapkan ya guys hehe🙏🏻

Happy reading, semoga suka💜

<3 <3 <3

°
°
°
°
°


Sorot dingin yang selalu terpancar dari mata elang itu seolah bisa mengintimidasi siapa saja yang menjadi lawan bicaranya.

Anak yang dulu takut akan banyak hal, takut akan perbuatan sang kakak yang mengoyak tubuh seekor kucing seolah sedang bermain masak-masakan, takut akan kepada papanya yang selalu memukul jika dia tidak menuruti perintah, dan masih banyak ketakutan lainnya.

Kini, anak itu sudah tumbuh sedikit lebih dewasa. Keadaan yang selalu memaksanya untuk melakukan hal-hal keji, membuatnya melalui banyak kesulitan. Tapi sekarang ia memutuskan untuk tidak lagi menjadi anak baik yang ramah, kepribadiannya menjadi jauh lebih dingin, namun tetap perhatian pada sebagian orang yang ia sayangi.

Namun dalam hatinya tetap terukir kalimat, El benci Papa. Seolah kalimat itu sudah abadi dihatinya tanpa bisa dihapus oleh apapun. Meski begitu, ia tetap mematuhi setiap perintah pria yang menurutnya menyebalkan itu, hanya demi mamanya yang hanya boleh ia temui jika ada misi tertentu dari pria yang ia sebut papa.

Mungkin itu sudah menjadi perjanjian dari kedua orang yang dulu sempat berjalan bersama dalam satu ikatan pernikahan itu, pikir El.

Tapi El tetap tidak bisa melakukan hal 'kotor' itu dalam keadaan sadar. Entah bagaimana caranya, setelah melakukan misi, El selalu terkejut karena merasa tidak pernah melakukan itu. Tapi selalu tidak ada orang selain dia ditempat kejadian selama ini. Orang suruhan papanya pun selalu datang beberapa menit setelah kejadian.

Jadi, itu pasti dia kan?

Namun El berusaha tak menghiraukan hal tersebut. Yang penting sekarang ini orang lain tidak tahu, dan yang pasti ia tidak lagi dipukuli papanya.

"El, liat PR. Gue lupa semalem." Remaja yang kini duduk disebelah El itu juga mengenakan seragam SMP yang sama dengan El. Dia Gasa, teman sebangku El.

Tanpa banyak bicara, El menaruh buku catatannya dimeja Gasa.

"Gue pinjem bentar ya." Gasa tersenyum hangat, yang hanya dibalas anggukan oleh El.

Kini, mereka duduk dikelas 7 semester 2. Sebentar lagi mereka naik kelas ke kelas 8, mereka akan menjadi kakak kelas! Setidaknya itu yang selalu diceritakan Gasa dengan semangatnya, karena mereka tidak lagi menjadi adik kelas yang paling kecil di SMP Nusa Indah itu.

"Pulang sekolah, lo mau main ke rumah gue lagi? Gue punya PS baru lho." Celetuk Gasa.

"Gue mau ayam." Balas El.

Gasa tersenyum, "Oke deh, nanti gue minta bunda pesen yang porsi jumbo biar bisa ajak Rena sama bang Ian juga."

"Bang Ian nggak akan bisa." Serobot El.

"Ada les lagi ya?"

El hanya mengangguk.

"Wah gila, apa nggak stres tuh otak bang Ian? Belajar mulu tiap hari, heran."

El tidak menanggapi celotehan Gasa, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya menyelamatkan target papanya malam ini. Sungguh, itu tidak boleh terjadi. Ia harus menghentikan rencana sang papa malam ini juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elbhara DhrulleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang