Prolog (gue bukan monster)

100 45 70
                                    

Welcome to my new story<3

°
°
°
°
°
<3 <3 <3

Gue bukan monster. Gue manusia biasa.

Kalimat itu selalu terngiang dibenak remaja lelaki yang kini tengah menatap kosong belati dengan darah yang masih menetes dibagian ujungnya.

Kalimat tadi masih ia ulang berkali-kali, berharap ia segera sadar dari mimpi buruk yang kini seolah nyata didepannya.

Tidak. Ini nyata!

Sontak tangannya gemetar hebat hingga belati yang semula ia pegang dengan erat, kini terjatuh menimbulkan bunyi nyaring karena menghantam lantai berlapis semen.

Hatinya bergejolak marah dan kecewa. Ia menatap nanar kedua jasad suami istri didepannya yang terkapar dengan keadaan yang jauh dari kata baik. Kedua jasad itu seolah telah disiksa habis-habisan dengan banyak luka disekujur tubuhnya dan darah yang terus mengalir deras.

Apa ini perbuatannya? Tidak kan? Ini bukan perbuatannya kan?

Remaja itu terus bertanya dengan getir dalam benaknya, masih berharap ini hanya mimpi buruk.

"Tuan, tugas anda selesai. Anda bisa kembali. Biar saya yang mengurus sisanya."

Remaja lelaki itu menoleh perlahan pada pria kekar layaknya tukang pukul dengan pakaian serba hitam, sama seperti dirinya yang juga memakai baju serba hitam. Sepertinya pria itu baru saja tiba di lokasi tersebut.

Remaja lelaki itu menatap getir pria kekar itu, dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.

"Apa gue baru aja bunuh orang?" Tanya remaja itu dengan tatapan yang kembali mengarah pada kedua jasad didepannya.

Pria yang terlihat seperti berumur 30-an itu hanya diam, seolah mengiyakan apa yang baru saja remaja itu tanyakan.

Remaja itu tertawa getir dengan air mata yang kini menetes satu persatu dari mata elangnya yang kadang terkesan dingin.

"Lagi?" Tanya remaja itu lagi.

Pria berusia 30 an itu hanya diam, seolah enggan menjawab pertanyaan tuan mudanya.

"Sebaiknya tuan segera pergi, sebelum ada patroli satu jam lagi. Sisanya biar saya yang membereskan."

"Sampe kapan gue terus ngelakuin ini?" Remaja itu mulai terisak, suaranya terdengar parau.

"Gue pengen bebas.." lirihnya, "Tolong, bebasin gue, om." Mohonnya pada pria kekar berusia 30 tahun itu.

"Maaf, tuan."

Pria itu buru-buru menyeret tuan mudanya untuk segera masuk ke dalam mobil yang telah ia siapkan didepan gerbang pabrik terbengkalai yang baru saja menjadi saksi bisu pembunuhan brutal yang dilakukan oleh remaja SMP berusia 14 tahun.

"Om, tolong.." remaja itu masih berusaha memohon dari balik kaca mobil yang terbuka setengahnya.

"Tuan akan baik-baik saja." Pria itu berusaha tersenyum ramah, tapi justru terlihat semakin mengerikan dengan banyak bekas luka diwajahnya.

Mobil itu langsung melesat cepat, membelah jalanan ibu kota yang lengang karena ini masih jam 1 dini hari.

Remaja itu kembali terisak, ingin bebas dari semua hal gelap yang kini terpaksa ia lakukan. Meski dalam keadaan tidak sadar, itu tetap dirinya, bukan orang lain.

Kembali ia camkan dalam hati, Gue bukan monster, gue manusia biasa.

Namun tanpa anak itu sadari, seorang gadis yang seusianya tengah bersembunyi dibalik tumpukan barang usang di salah satu sudut pabrik tersebut. Gadis itu menyaksikan dengan jelas apa yang remaja lelaki itu lakukan sejak awal.

Mati-matian gadis itu menahan tangis yang tak kuasa ia tahan. Ia merasa sangat marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa karena takut. Bukan ini yang dia mau.

<3 <3 <3

°
°
°
Hai, guys, apa kabar?


Kali ini aku bawa cerita baru nihh

Gimana nih prolognya menurut kalian? Nice or bad? Atau amazing?


Kalian tebak sendiri aja lah ya, gimana kelanjutannya nanti wkwk

⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak!!⚠️

See u on the next part👋🏻

Thanks for reading:)

Elbhara DhrulleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang