08xxxxxxxxxx : Rencana kita enggak sesuai rencana. Ian enggak terluka, tetapi justru Qiara yang terluka. Perempuan itu terluka parah karena melindungi Ian.
Laki-laki berambut coklat yang tengah menikmati segelas kopi itu membaca pesan di ponselnya, lalu menghubungi sang pengirim pesan. Seraya menunggu panggilan diangkat, laki-laki itu beranjak berdiri ke dekat jendela. Sembari menyeringai dia melihat pemandangan lampu kelap kelip dari berbagai gedung tinggi yang ada di sekitar apartemen tempatnya tinggal.
"Kenapa bisa begitu? Seharusnya sekarang Qiara ada di rumah sakit, sedang menunggui ayahnya?" Laki-laki bermata hazel itu langsung bertanya saat panggilan tersambung.
Suara dibalik telepon pun menjelaskan apa yang terjadi, dia menjelaskan dengan terbata. Orang suruhan itu nampaknya takut karena mengira sang pemberi perintah akan memarahinya.
Namun, ternyata laki-laki misterius itu tak marah sama sekali. Senyum seringainya malah semakin lebar. "Lo tenang aja, gue enggak akan marah kok."
Laki-laki yang mengenakan kaos turtle neck berwarna hitam itu melangkah ke sudut lain yang ada di apartemennya. Matanya tertuju ke arah sebuah papan hitam yang ditempeli beberapa foto yang dipenuhi coretan.
"Target gue bukan cuma Ian kok. Qiara juga termasuk target yang ingin gue hancurkan. Gue bakal pastiin mereka hancur dan tak berdaya persis seperti apa yang Chris rasakan!"
......
Ian mengerjapkan matanya seraya meringis. Dia merasakan sakit mendera di beberapa bagian tubuhnya.
"Uhh ... gue kenapa? Gue dimana?" Ian mencoba membuka matanya semakin lebar.
Ian melihat sekelilingnya, dia melihat tirai coklat ada di sekelilingnya, juga selang infus yang terpasang di tangannya. "Gue di rumah sakit? Gue kenapa bisa masuk rumah sakit?"
Ian mengangkat tubuh dan duduk dengan perlahan. Dia menunduk untuk mengingat apa yang terjadi. "Apa yang udah terjadi?"
Iam memejamkan mata untuk mengingat. Hingga beberapa menit dia kembali teringat kalau dirinya baru saja diserang oleh anggota The Dragon, dan juga Qiara terluka karena melindungi dirinya.
"Qiara? Sekarang keadaan dia bagaimana?"
Buru-buru Ian menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Dia hendak turun dari ranjang tempatnya dirawat, dan saat bersamaan seorang perawat berhijab muncul dari balik tirai.
"Loh, kakak mau kemana?"
"Saya mau nyari temen saya Sus ... seingat saya dia juga terluka."
"Keadaan dia baik-baik aja kan Sus?"
Suster itu memicingkan mata, dia nampak mengingat-ingat. "Kalau enggak salah ada dua orang yang turut masuk rumah sakit karena kasus pemukulan di apartemen Royal Plaza. Ada satu laki-laki lagi dan perempuan."
"Nah, itu yang perempuan bagaimana keadaannya?" Ian bertanya dengan penuh kekhawatiran.
"Kedua orang itu masuk ruang ICU karena kondisinya cukup parah dan belum sadarkan diri."
"ICU?" Ian nampak kaget. "Saya harus kesana Sus."
Ian melangkah turun, tetapi ternyata tubuhnya terlalu lemah untuk sekedar melangkah
"Kakak lebih baik istirahat saja dulu. Kondisi kakak juga masih dalam pemulihan," ucap sang suster menasehati.
"Saya ingin ketemu Qiara Sus. Saya harus ketemu dia."
"Saya mohon bantu saya ketemu dengan adik saya."
Suster itu menghela nafas, dan diam sesaat. Hingga akhirnya dia mengangguk karena Ian terus memohon. "Baiklah saya akan antar kakak ke ruang ICU menggunakan kursi roda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Qiara, My Stepsister (TERBIT)
Teen FictionIan dan Qiara merupakan musuh bebuyutan di kampus juga di dunia balap motor liar. Ian yang merupakan ketua Black Lion membenci Qiara yang merupakan petinggi geng motor The Dragon karena kedua geng motor itu selalu berseteru dan rasa benci Ian semaki...