Bab 12

105 21 15
                                    

Qiara dan Ian berjalan menyusuri rerumputan hijau yang dihiasi banyak batu bernama. Qiara berjalan seraya membawa sebuket bunga di tangannya Bunga yang dia beli sebelum datang ke tempat ini.

"Ini tempatnya Qia, hati-hati." Ian menuntun Qiara menuruni tangga kecil agar tak tersandung bebatuan.

"Sepertinya ada yang habis berkunjung." Qiara menunjuk sebuket bunga mawar merah segar yang tergeletak di atas nisan.

"Mungkin keluarga Chris yang datang," sahut Ian.

Qiara mengangguk lalu duduk di sebelah nisan bertuliskan nama seorang laki-laki. Laki-laki bernama Chris Bong Ramadhan yang meninggal 2 tahun yang lalu.

Qiara mengucapkan salam, lalu dia dan Ian menengadahkan tangan untuk mendoakan mendiang Chris. Qiara berdoa sangat khusyuk. Dia sungguh berharap Chris bisa bahagia di alam kuburnya.

Setelah berdoa Qiara pun terdiam. Dia memandangi batu nisan dengan mata berkaca-kaca, dan menumpahkan semua kerinduannya seolah Chris berada di hadapannya.

Chris, aku kangen sama kamu. Kemarin adalah ulang tahun kedua aku tanpa kamu.

Oh, iya Chris hari ini Tara ngasih aku hadiah. Tara suka sama aku, tapi aku belum bisa buka hatiku untuk siapa pun kecuali kamu dan .....

Qiara menghela nafas. Chris boleh enggak jika aku jatuh cinta dengan yang lain? Kamu bakal marah enggak sama aku Chris?

Ian yang juga mencoba tegar mulainmenyodorkan tisu ke arah Qiara yang sudah berlinang air mata. "Jangan nangis, tangisan lo enggak akan bikin Chris balik. Yang bisa lo lakuin sekarang hanyalah mendoakan semoga Chris dilapangkan di alam kuburnya."

Ian mengusap nisan Chris. "Lo yang tenang di sana ya Chris. Mulai sekarang gue akan jagain Qiara kok. Karena Qiara udah jadi adik gue, dan gue udah baikan sama dia."

"Gue janji akan memastikan Qiara bahagia bersama laki-laki yang tepat dan sebaik lo."

Ian beralih menatap Qiara yang ada di seberangnya. "Udah jangan nangis, apa perlu gue bantu seka air mata lo?"

Qiara menggeleng seraya menghapus air matanya. "Enggak perlu gue bisa sendiri."

"Lo kalau masih mau di sini enggak apa-apa, gue mau ke mobil dulu bawa payung. Kayaknya udah mau hujan nih," ucap Ian sambil menunjuk langit yang memang mulai berawan.

"Enggak kok, kita balik aja sekarang. Yang penting gue udah berdoa buat Chris."

"Ya udah ayo." Ian bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Qiara.

"Gue bisa sendiri kok Ian."

"Gue enggak mau lo jatuh, kalau jatuh ntar lo luka dan gue dituduh sebagai kakak yang enggak becus jagain adiknya."

"Ya udah bentar dulu."

Qiara kembali berdoa, lalu mengusap nisan Chris sebelum beranjak pergi.

Aku pulang dulu ya Chris ... semoga kamu tenang di sana ... semoga tempatmu di lapangan dan diterangkan Chris ... a-aku sayang dan cinta sama kamu ... kamu akan tetap jadi cinta pertama di hatiku Chris.

Qiara tak kuasa menahan tangis ketika mengucapkan kata perpisahan itu. Mendadak hatinya sesak dan dia sadar kalau dia begitu merindukan belaian hangat dan kecupan manis di keningnya yang selalu Chris lakukan setiap  mengantarnya pulang.

Isak tangis kembali lolos dari bibir Qiara. Membuat Ian merasa iba, Ian juga merasa sangat kehilangan Chris. Tapi rasa kehilangan itu pasti tak sesakit yang Qiara rasakan. Qiara harus kehilangan sosok yang mencintainya secara tiba-tiba, dan semua itu terjadi karena Ian.

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang