03

75 12 1
                                    

Jongsuk tidak perlu berpikir dua kali untuknya mendatangi kantor milik Jieun keesokan harinya. Hal terakhir yang akan dilakukannya jika saja ia tidak memiliki kepentingan dengan wanita itu. Ia dengan cepat mencari wanita itu, menanyakan resepsionis dimana ruangan Jieun berada dan dia juga tidak perlu basa basi ketika ia mendapat jawaban dari pria di balik meja yang merupakan sekretaris Jieun bahwa Lee Jieun ada di dalam ruangannya. Ia langsung melangkah cepat menuju ruangan yang ditujukan tanpa mengucapkan apapun dan membuka pintu itu cepat, lalu menghampiri Jieun yang telah berdiri terkejut atas kehadirannya.

"Apa yang-"

"Jelaskan padaku ini apa." titah Jongsuk cepat seraya menyodorkan sebuah kalung liontin berikut foto yang didapatkannya kemarin.

Sekretaris Jieun mengekor mengejarnya, nyaria bersuara, "Maafkan aku-" sebelum kalimat itu terjeda saat Jieun menaikkan tangannya. Wanita itu memberikan isyarat pada sekretarisnya untuk meninggalkan keduanya melalui gerak mata. Sang sekretaris yang memahami langsung bungkam dan menunduk sopan sebelum menutup pintu ruangan itu rapat untuk memberikan ruang bagi atasannya.

Perhatian Jieun kembali pada Jongsuk yang masih menanti jawabannya. Ia berdeham seraya memperbaiki ekspresinya kembali dan bersedekap menatap pria di hadapannya dengan angkuh saat ia berkata, "Kukira kau benci denganku hingga tidak ingin menemuiku lagi?"

"Jawab saja pertanyaanku nona Lee." ucap Jongsuk dengan sedikit penekanan. Ada ketidaksabaran yang jelas terlihat di baliknya. Pria itu sudah cukup sabar menghadapi wanita tersebut selama beberapa minggu belakangan dan jika saja dia tidak memiliki urusan dengan wanita ini, mungkin ia akan memilih menjauh dan menjaga jarak dari wanita gila yang selalu menawarkan hal yang tidak masuk akal itu.

"Sejujurnya aku benci bertemu dengan orang yang sudah menolakku, tapi khusus untukmu aku akan mengecualikan. Tawaran lamaku masih berlaku, aku akan menjelaskan padamu jika kau mau tinggal bersamaku selama tujuh hari. Itupun jika kau meminta menambah hari aku tidak keberatan." ucap Jieun mengerling genit pada kalimat terakhir yang sengaja ditambahkannya.

Jongsuk berusaha menahan kerisihannya melihat tingkah wanita di depannya. Ia menarik kalung liontin itu dan menyimpannya kembali di sakunya lalu mengangguk cepat dan menjawab, "Baiklah, aku setuju."

Jieun tersenyum puas dan menepuk tangannya keras. "Baguslah. Persiapkanlah barang-barang malam ini. Aku akan mengurus segalanya dari memesan tiket pesawat hingga akomodasi lainnya. Kita akan bertemu di bandara besok pagi. Aku akan mengirimkan pesan nanti." ujarnya begitu cepat.

Jongsuk menatap heran pada Jieun. Ia tidak salah dengar bukan tadi?

"Pesawat? Tunggu, jadi maksudmu kita pergi ke luar kota atau negeri? Bukan di Seoul?" tanyanya ulang.

"Aku tidak pernah bilang kita akan tinggal di Seoul. Lagipula tidakkah lebih seru untuk liburan di lain tempat kan sayang? Tidak ada orang lain yang mengganggu, selain kita berdua." Jieun mendekatkan wajahnya, membelai wajah itu menggoda. Dan Jongsuk memundurkan tubuhnya cepat, merasa tidak nyaman atas keagresifan yang selalu ditunjukkan Jieun.

"Kirimkan saja aku pesan nanti. Aku perlu memberitahu sekertarisku untuk mengatur jadwalku seminggu ke depan." ucap Jongsuk.

Jieun mengangguk cepat dan senyum lebar yang masih menghias di wajahnya, ia berujar, "Tentu. Kalau begitu... Sampai jumpa lagi, Lee Jongsuk-ssi."

.

"Kita satu kamar?" tanya Jongsuk saat mereka tiba di kamar penginapan yang dipesan Jieun. Dia berpikir jika resort yang disewakan Jieun memiliki dua kamar yang mungkin akan mereka tinggali secara terpisah, tapi tidak, wanita itu hanya menunjukkan satu kamar luas dengan satu tempat tidur yang tentunya untuk ditempati mereka berdua.

Taking Back What's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang