"Apa dulu kita sepasang kekasih?" tebak Jongsuk tiba-tiba.
Saat itu mereka sudah kembali ke resor setelah mengunjungi pusat perbelanjaan dan berbelanja berbagai suvenir yang dijual di sana. Keduanya duduk bersisian di depan televisi yang kini menayangkan drama favorit Jieun dan wanita itu memaksanya untuk menemaninya menonton entah untuk alasan apa karena drama yang ditayangkan bahkan sudah di pertengahan episode dan dia tidak perlu berusaha menebak alur drama tersebut karena Jieun dengan senang hati menjelaskan setiap karakter dan alur cerita yang ada di drama itu.
"Oh?" tanya Jieun seraya menoleh melihatnya sekilas sebelum matanya kembali melihat pada drama yang masih ditayangkan pada televisi. Satu tangannya sibuk menyuapkan mulutnya snack tortila yang ada di dalam pelukan tangannya.
Jongsuk menatapnya jengkel. Begitu jelas jika Jieun tidak sepenuhnya memperhatikan dirinya. Jongsuk mencoba bersabar dan mengulang kembali pertanyaannya.
"Um...kita pernah." ucap Jieun dengan sedikit jeda yang diambilnya untuk berpikir.
Jongsuk menaikkan alisnya menatap Jieun seolah menagih kelanjutan ucapannya. Kata pernah, sedikit ambigu baginya. Berarti mereka memang ada hubungan lebih seperti yang diduganya, tapi kata itu, membuatnya menduga jika hubungan mereka telah berakhir. Lantas kenapa seolah dirinya tidak membenarkan dugaan itu dan justru memikirkan tentang hubungan mereka yang mungkin menggantung karena suatu hal?
"Lalu, foto di liontin itu adalah foto saat kita pacaran?" tanyanya lagi.
"Hm." balas Jieun tak acuh.
Jongsuk merasa tidak puas akan jawaban itu. Dia hendak memanggil Jieun saat Jieun tidak berniat memberikan penjelasan tambahan, namun telunjuk Jieun menahan niatnya untuk berbicara.
"Sst jangan ganggu aku. Kau bisa bertanya nanti setelah drama ini selesai Yeobo." ucap wanita itu tanpa berniat mengalihkan pandangannya pada televisi. Tangan Jieun yang semula berada di depan mulutnya, telah kembali menyuapkan tortila ke dalam mulutnya.
Ada hal aneh yang dirasakannya mendengar panggilan Yeobo yang disebutkan Jieun. Terdengar asing di telinganya namun anehnya tidak membuatnya tidak nyaman.
Jongsuk tidak lagi mencoba mengajak Jieun berbicara. Membiarkan Jieun menikmati tayangan dramanya sementara dia menyibukkan diri dengan cincin putih yang memiliki berlian kecil di tengahnya. Cincin yang lebih sederhana ketimbang dari cincin pernikahannya bersama Yoonjung yang terlihat mewah dengan hiasan berlian yang melingkari di sepanjang cincin. Sialnya, dia mengakui jika dirinya lebih menyukai kesederhanaan yang ada pada cincin yang dikenakannya sekarang. Sederhana namun tetap terlihat indah baginya. Dia mungkin bisa beralasan jika cincin pernikahannya dengan Yoonjung ialah pilihan istri dan mertuanya, bukan dirinya. Namun fakta bahwa cincin yang diberikan Jieun justru begitu pas dengan seleranya, membuatnya terusik.
Lee Jieun. 180914. Ialah tulisan yang terukir di lingkar dalam cincin itu. Membuatnya lagi-lagi berkerut ketika otaknya mencerna tanggal tersebut. 14 september 2018? Jika dihitung-hitung, itu sudah lima tahun lamanya dan tanggal itu adalah hari ulang tahunnya yang ke dua puluh sembilan. Jika dipikirkan lagi, dia baru sadar jika cincin ini terlalu istimewa untuk sekedar disebut sebagai cincin biasa dan lagi, dia ingat betul jika cincin yang dikenakan Jieun memiliki ukiran tanggal yang sama pada lingkar dalam cincin namun dengan namanya yang tertulis. Hal itu jelas menunjukkan jika cincin itu jelas dibuat untuk keduanya.
"Yeobo..."
Bukan Jieun yang memanggil namun Jongsuk. Pria itu kini memusatkan pandangannya pada Jieun dan menatap diam wanita itu. Sementara Jieun mengernyit menatapnya bingung setelah panggilan lain yang disebutkan oleh Jongsuk. Panggilan Jongsuk berhasil menyita perhatian Jieun sepenuhnya pada drama yang sedang ditontonnya. Panggilan itu terlampau aneh bagi Jongsuk yang biasa memanggilnya Jieun atau Lee Jieun sejak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking Back What's Mine
FanfictionJieun tidak merasa salah. Dia hanya ingin mengambil apa yang seharusnya miliknya, bahkan ketika harus menghancurkan suatu hubungan. Dia tidak peduli atas pendapat buruk orang lain tentang dirinya yang dianggap sebagai parasit, karena dia tahu benar...