Jongsuk terbangun oleh suara isakan di pagi buta. Ia mengernyitkan dahinya dan menoleh pada sumber suara di sampingnya. Punggung kecil yang bertegar tampak membelakanginya dan dia tidak perlu berpikir lebih lama untuknya menebak jika sumber suara itu dari Jieun.
Ia setengah bangkit dan menarik bahu Jieun untuknya dapat melihat wajah basah dari wanita tersebut. Wanita itu terkesiap dan mengalihkan pandangan darinya namun dalam seperkian detik itu Jongsuk telah menangkap bagaimana luka itu memenuhi pada mata bulat yang telah memerah. Hatinya sakit melihatnya. Dia tidak tahu seberapa lama Jieun menangis namun mata yang sedikit membengkak itu memberikannya petunjuk jika Jieun telah cukup lama menangis.
"Katakan padaku. Apa kau menyesal melakukannya bersamaku?" tanya Jongsuk pelan. Jieun menggeleng lambat namun mata itu enggan membalas tatap pada matanya.
Jongsuk membalik tubuh Jieun menghadapnya sepenuhnya dan menangkup wajah basah itu dalam tangan besarnya untuknya mengusap setiap buliran air mata yang belum juga berhenti.
"Jika memang tidak, katakan padaku. Apa yang membuatmu menangis?" tanyanya kembali.
Mata itu mulai beralih menatapnya dan kening itu berkerut perlahan diikuti bibir yang bergetar seiring buliran air mata itu kembali mengalir deras oleh isakan yang mengeras. Jongsuk mengerut sedih melihatnya. Ia mendekap tubuh itu erat dan membelai lembut pada kepala Jieun dalam usahanya menenangkannya.
"Bisakah Oppa mengatakan kau mencintaiku?" pinta Jieun lambat di antara isakannya yang teredam.
Jongsuk mengangguk dan berujar, "Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu di dalam lubuk hatiku."
"Apa kau menangis karena aku masih tidak dapat mengingatmu?" tanyanya kemudian yang mana membuat Jieun mengangguk membenarkan.
Hati Jongsuk memberat. Ada rasa sedih, marah dan sesal. Perasaan campur aduk yang disebabkan oleh ketidakberdayaannya mengingat kenangan mereka. Setelah banyak hal baru yang diketahuinya tentang kebenaran hubungan mereka maupun status Jieun yang masih merupakan istrinya, ingatannya tidak dapat mengenang apapun. Ia merasa sesal namun tidak dapat berbuat banyak saat pertanyaan terakhir Jieun sebelum ia terlelap tampaknya membuat wanita itu sedih. Pertanyaan yang menanyakan ingatannya dan dia tidak bisa berkata banyak selain dari kata maaf yang terucap.
"Maafkan aku, sebanyak aku mencoba mengingatmu tapi usahaku selalu sia-sia. Aku hanya dapat mempercayai hatiku yang justru dapat mengenalimu sebagai pemilik jelasnya. Aku harap kau dapat mengingat itu. Tidak satupun, bahkan Yoonjung yang dapat memberi pengaruh besar hanya dengan menceritakan kenangannya bersamaku, selain kau."
"Aku minta maaf karena aku sempat mendorongmu pergi. Aku berusaha keras menepis semua reaksi aneh pada hatiku setiap kali bersamamu. Aku merasa menjadi orang yang brengsek setelah kehadiranmu yang justru begitu mudah menarik segala perhatianku. Aku terganggu ketika hatiku merasakan sakit yang tidak kuketahui sebabnya ketika aku memikirkanmu. Hingga aku menemukan liontin dan foto itu, aku baru berani mengambil keputusan untuk menemuimu kembali dan menerima tawaranmu. Aku berusaha menebak akan reaksi lain yang terjadi pada tubuhku saat bersamamu dan tebakanku benar setelah aku menyentuhmu."
"Memang apa hubungannya jika kau sudah menyentuhku?" tanya Jieun kemudian. Wanita itu total teralihkan dari perasaan sedihnya oleh cerita yang dibagi Jongsuk. Ada pertanyaan besar yang muncul pada kalimat akhir yang diujarkan Jongsuk hingga membuatnya akhirnya melontarkan pertanyaan setelah beberapa saat.
Jongsuk melepas rengkuhannya lalu mendorong tubuh Jieun pelan untuk mempertemukan pandangan mereka dan berujar, "Ada. Aku tidak bisa melakukan hal yang lebih jauh kecuali aku merasa ikatan yang kuat dengan orang tersebut. Kau bisa menebak tentang aku dan Yoonjung, hubungan kami terbilang hanya bersifat status karena nyatanya aku tidak merasakan apapun padanya dan tidak dapat menyentuhnya lebih jauh dari sekedar ciuman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking Back What's Mine
FanfictionJieun tidak merasa salah. Dia hanya ingin mengambil apa yang seharusnya miliknya, bahkan ketika harus menghancurkan suatu hubungan. Dia tidak peduli atas pendapat buruk orang lain tentang dirinya yang dianggap sebagai parasit, karena dia tahu benar...