Namanya Raden Andra Bratajaya. Mahasiswa semester 4 jurusan Sastra Indonesia. Hobinya sudah pasti gampang orang tebak. Yappp betul sekali, apalagi kalau bukan membaca buku atau menulis cerita fiksi.
Sore ini bersama sahabatnya, Patrisia Anindita, mereka berdua tengah berada di toko buku. Mencari novel berlatar kan sejarah yang perlu mereka kaji untuk tugas kuliah dari Pak Santoso. Kalau boleh jujur, mereka sebenarnya sudah cukup muak dan lelah harus terus mengkaji, tapi mau bagaimana lagi?
"Kayaknya gue mau mengkaji novel Cantik itu Luka karyanya Eka Kurniawan aja deh," seru Andra menatap buku bersampul hijau, dengan keterangan edisi 20 tahun.
"Kalau gitu, gue novel Pulang-nya Bu Leila aja deh." Patrisia menyahut.
Keduanya telah memutuskan. Mereka pun lantas berjalan ke kasir untuk membayar buku yang telah di pilih. Selesai sudah urusan mereka di toko buku, sekarang tinggal urusan perut.
"Makan udon yuk?" ajak Patrisia ketika mereka telah menaiki eskalator menuju lantai di mana tempat makanan di jual.
"Suhsi aja enggak sih?" sahut Andra. "Gue makan mi terus. Takut usus gue keriting." Candanya, menyegir lebar.
"Boleh. Gue jadi kepingin makan sahsimi. Udah lama enggak makan itu," putus Patrisia. Mereka segera menuju ke tempat restoran sushi.
******
"Dra, lo jadi ngambil mobil sore ini?" tanya Patrisia di sela-sela mengunyah sashimi.
"Astaga!" Reaksi ini, Patrisia sudah sangat hafal. Tentu saja sahabatnya ini lupa tentang mobilnya. Bukan, tepatnya mobil milik sepupunya yang di bawa ke bengkel oleh si pengemudi motor yang tidak sengaja di temuinya pagi tadi.
"Lo tuh kebiasaan anjirrr, lupa mulu jadi orang," omel Patrisia sedikit jengah dengan sifat pelupa Andra.
"Ya namanya juga manusia, pasti ada lupanya kali," bela Andra tak terima.
"Lu mah lupanya setiap hari. Buat makan aja lu kadang lupa, Nyet! Untung lu punya sahabat secantik dan seperhatian kayak gue ini. Bayangin kalau lu gak ada gue. Udah tewas mengenaskan kayaknya lo di kosan karena gak makan," seru Patrisia panjang lebar.
Ini salah satu hal yang amat Andra syukuri dihidupnya. Bertemu Patrisia dan menjadi sahabat dari perempuan itu. Mungkin jika bukan Patrisia, di kampus Andra tidak akan pernah memiliki satu pun teman. Ah, hal itu mengingatkannya pada kejadian di masa lalu.
"Gue hubungin Abang bengkelnya dulu kalau gitu, buat mastiin udah selesai atau belum," ucap Andra, menyalakan ponselnya, membuka kontak dan mengetikan sebuah nama di kolom pencarian. Beberapa saat kemudian, jari jemari lentik Andra mulai menari-nari di atas layar ponselnya.
"Gimana?" tanya Patrisia begitu Andra telah menaruh ponselnya kembali.
"Udah selesai katanya. Selesai makan gue mau langsung ambil mobilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 : 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐚, 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐞, 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧 || NOMIN
Romance[𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐂𝐎𝐏𝐘 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘!] _.𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀._ Andra dan Andre bukan saudara kembar, tapi mereka berdua merupakan sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai. Keduanya juga memiliki sebuah ketakutan yang s...