2. Manis

36 9 4
                                    

Andra baru saja sampai di tempat kos. Begitu mobil yang ia kendarai telah terparkir rapi, ia segera turun. Sebelum pergi ke kamarnya, Andra menyempatkan diri untuk mampir ke kamar sepupunya untuk menyampaikan apa yang tadi telah di jelaskan oleh si pengemudi motor. Meski sebenarnya ia sedikit tidak yakin apa yang di sampaikannya nanti akan sama persis.

Andra mengetuk pintu kamar. Tak lama pintu terbuka menampakkan sepupunya dengan setelan rumahan dengan rambut sedikit acak-acakan.

“Kenapa sih tadi pagi di-telepon-in enggak di angkat-angkat?” sungut Andra sedikit sebal dengan sepupunya.

“Ketiduran, Dek. Sini masuk dulu. Tadi tukang bengkelnya bilang apa aja?” ajak laki-laki di ambang pintu, namanya Ando Pracoyo Dinata.

Wajah Andra yang tadinya terlihat sebal langsung berubah 180 derajat. Laki-laki itu tersenyum lebar pada sepupunya. Melihat gelagat Andra yang sudah sangat Ando hafal di luar kepala membuatnya hanya mampu menghembuskan napas.

“Lupa hehehe.”

Tuh kan! Bener dugaan Ando, sepupunya ini pasti lupa.

“Seingat kamu aja. Apa katanya?”

“Nanti deh aku ingat-ingat lagi. Aku beneran lupa,” kata Andra mencoba bernegosiasi.

“Yaudah, Abang bayar berapa ke kamu?” tanya Ando.

“Setengahnya aja, lagian yang pakai mobil enggak cuman Bang Do aja. Aku juga sering pakai mobil itu,” jawab Andra. “Aku ke kamar, ya, capek banget.”

Ando mengangguk kemudian mengusap kepala sepupunya penuh kasih sayang. “Jangan lupa makan.”

“Iya bawel!” seru Andra. Laki-laki itu pergi menuju ke kamarnya.

*****

“Bang udah beres semua. Gue cabut duluan ya,” pamit Ical diikuti pegawai lainnya.

“Oke. Thanks, ya. Lo semua hati-hati baliknya,” pesannya.

Bengkel baru saja di tutup. Tepat pada pukul setengah delapan malam. Sebelum ikut beranjak pulang, sang empunya mengecek terlebih dahulu data transaksi pada hari ini. Ini aneh, tapi ini sudah menjadi kebiasaannya—menyuruh para pegawai untuk menulis transaksi agar tidak terjadi kekeliruan. Simpelnya begitu.

Setelah dirasa semuanya beres. Ia mulai membereskan barangnya. Bersiap untuk pulang. Namun, langkah kakinya terhenti tepat di ruang tunggu. Di meja sana tergeletak sebuah buku yang amat sangat ia ingat siapa pemiliknya. Maka, tanpa ragu ia mengambil buku itu, membidik buku itu dengan kamera ponsel, kemudian mengetikkan pesan pada sang empunya buku.

*****

Aroma buah apel yang manis dan segar menguar, mengisi seluruh isi penjuru ruangan kamar kos berukuran 3×4 yang sudah Andra sewa selama kuliah 4 semester.  

Berbicara soal Andra, laki-laki itu baru saja selesai membersihkan diri dan kini tengah berjongkok di depan extension stop kontak. Memainkan ponselnya yang tengah di charger. Tidak ada yang spesial sebenarnya, Andra hanya menggulir beranda sosial medianya saja. Maklum, Andra jomlo.

Ting!

Andra terpaku. Bingung ketika mendapati notifikasi dari si pengemudi motor. Bukannya urusan keduanya telah selesai. Untuk apa si pengemudi motor menghubunginya lagi?

 Untuk apa si pengemudi motor menghubunginya lagi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀 : 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐚, 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐞, 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang