PROLOG

103 14 11
                                    

“Loh, kok mati?” seru seorang pria yang tengah mengemudikan mobil Honda Brio berwarna putih. Untung saja mobilnya berhenti tepat di tepi jalan. Jadi, tidak akan mengganggu pengendara lain yang melintas.
Pria itu melepas seatbelt yang melekat pada tubuhnya, membuka pintu, lantas segera keluar dari dalam mobil.

“Duhhh ... ini kenapa lagi?” keluhnya sembari mengecek beberapa bagian sudut mobil. Siapa tahu masalahnya ada di ban. Bisa saja, kan?

Ck! Kenapa pake enggak aktif segala sih!” Pria itu menghela napas. Kesal bukan main. Bukan apa-apa, hari ini dia ada kelas jam 10 pagi. Dan sialnya selain kesiangan, mobil yang dikendarainya malah mogok di tengah jalan, sedang waktu terus berjalan maju, bukan mundur.

Hal sial lainnya, hari ini merupakan jadwal mengajar Pak Susanto, dosen yang terkenal killer dijurusannya. Jujur, dia tidak siap untuk itu. Mengingat dia ini merupakan salah satu mahasiswa yang terkenal tepat waktu dan tidak pernah boleh kuliah, namun sepertinya dia akan mencoret predikat tersebut pada hari ini.

Lu masih di mana, Nyet? Pak Susanto udah masuk,” kata seorang perempuan di ujung sana, namanya Patrisia.

“Mobil gue mogok,” jawabnya. Ia melihat ke arah mobil, lalu merotasikan pandangannya berharap ada yang bisa membantu dirinya.

Kok bisa mogok?

“Gue juga enggak tahu.”

Coba cek bensinnya bego!

“Oh, iya!” Refleks pria itu menepuk dahinya.

Hadeuhhh ....” Temannya itu—Patrisia—menghela napas di ujung sana.

“Bensinnya penuh,” katanya sembari mengecek indikator bensin.

Yaudah deh lo tipsen aja kalau gitu. Aman, tuh dosen nggak bakal sadar juga kalau ada mahasiswa yang nggak hadir.” Final Patrisia di sebrang sana. Setelah mendapat jawaban ‘oke’ dari lawan bicaranya, Patrisia pun mematikan sambungan telepon tersebut.

“Mobilnya kenapa?”

Aawww!

Sorry, gue ngagetin, ya?” ucap seseorang. “Lu nggak papa?”

It’s okay,” katanya.

Seseorang itu menepikan motornya kemudian mulai mengecek mobil mogok tersebut tanpa di minta. Awalnya ingin di protes oleh sang empunya. Akan tetapi karena melihat pria itu sepertinya mengerti soal permobilan jadi ia biarkan.

“Mobil lo?” tanya si pengemudi motor.

“Bukan. Ini mobil sepupu gue,” jawab si pengemudi mobil.

“Akinya harus di ganti. Kalau mau di ganti sekarang gue bisa telepon temen gue buat ambil nih mobil,” tawar si pengemudi motor.

Setelah di setujui oleh sang empunya mobil, si pengemudi motor segera menelepon temannya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit teman si pengemudi motor kini sudah berada di lokasi tujuan menggunakan mobil lainnya untuk menarik mobil mogok itu.

“Nanti sore kira-kira selesai enggak?” tanya si pengemudi mobil.

“Selesai, kok.”

Si pengemudi mobil mengangguk, lalu berkata, “Boleh minta kontak lo? Biar nanti kalau gue mau ambil mobilnya, gue bisa hubungin lo dulu.”

Thanks, ya. Nanti sore setelah selesai kuliah, gue bakal langsung hubungin lo,” kata si pengemudi mobil.

Oke,” jawab si pengemudi motor, singkat. “Kayaknya kita satu kampus. Lo mau bareng?”

“Enggak papa emang?”




𝐀 : 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐚, 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐞, 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang