10th June--Dear Salv

20 5 0
                                    

"Kamu mau ke tempat dia sekarang?"

"Iya."

"Jangan lupa pesenan gua, pake mobil ngambilnya. Kalo lu keujanan, kuenya juga bisa ikut basah."

"IYA! Lu jadi cowok bawel amat sih."

"Dih rese! Minggat lu sono, jadi cewek kok sukanya nge-stalking-in cowok. Mustinya lo yang keren dong, biar dikejer."

"Bo-do amat deh. Ntar kan kalo gua nangis bombay, ada elu yang bakal nemenin gua ujan-ujanan di taman."

Percakapan itu sudah berlangsung lebih dari satu minggu yang lalu. Di hari dimana Salv mengejarnya seraya membawakan payung di hari hujan. Naas bagi Salv yang tertabrak mobil tergelincir akibat hujan.

Dan naas Raya tak berhenti disana. Bukan hanya karena dia kehujanan hari itu.

Lebih buruk.

Naas Raya adalah kehilangan sahabat terbaiknya di muka bumi ini dan di surga kelak.

Karena di bumi Raya sudah jadi orang jahat, dan Salv jadi orang baik. Mereka akan terpisah di dua perhentian yang berbeda.

Kemudian, kesalahan Raya adalah kenaifannya serta ketidak pekaannya. Salv yang selalu mengingatkan baju apa yang pantas dipakai bertemu gebetan Raya. Pemuda berwajah rupawan berhati malaikat, yang meski kata-katanya sering tak disaring, selalu membuat Raya menyadari apa yang kurang dan salah dengan dirinya.

Salvatore sang penyelamatnya.

Sahabat yang selama tiga belas berteman dengannya, jatuh cinta diam-diam dan selalu mendukungnya. Dan mati untuknya. Hanya demi kebodohan seorang Raya.

Raya yang manja, egois, dan jatuh cinta pada pria egois yang sama manjanya dengan dia.

Sebuah kesalahan besar yang mengantarnya pada keadaan yang lebih buruk.

Raya ditolak mentah-mentah karena beragam alasan tak masuk akal. Hal yang selanjutnya membuat Raya pergi ke taman tempat ia dan Salv selalu bermain dari kecil. Dimana kemudian, karena malu dan kesal serta manja, Raya lari dari Salv. Tak ingin diketahui bahwa pilihannya salah.

Bahwa Raya Adiswaha tak selalu benar.

Dan sebenarnya dia hanyalah perempuan egois yang menginginkan segala sesuatu menjadi miliknya.

Maka Raya kini menuai kesalahannya.
Salv yang menyayanginya dengan tulus sudah tidak ada.

Salv dengan senyum sejuta matahari yang selalu mengingatkannya siang malam untuk terus semangat.

Raya membuka tirai jendela, menatap surya yang menusuk mata karena seharian ini ia hanya bergelung di kasur memikirkan Salv.

Dan kini matahari membuatnya dadanya sesak, matanya panas, dan letupan kesedihan membuatnya sulit bernafas. Ia kembali teringat pada Salv.

Jeritannya membahana di kamarnya. Meneriakkan nama Salv.

"Ray, udah makan? Makan gih."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Best Random in Town!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang