33. He's The Guy

920 57 10
                                    

Hari pertama Auilla dikabarkan masuk rumah sakit setelah insiden kecelakaan di area wisata Summerville, Rae tidak langsung pergi ke tempat di mana gadis itu dirawat, melainkan pergi ke study room milik G untuk pertama kalinya sesuai seperti apa yang sudah direncanakan olehnya dan Auilla.

"Nanti kita lihat ruangan itu sama-sama."

Gadis itu mengangguk. "Tapi, semisal gue kenapa-kenapa dari sana---"

"Don't say that!"

"Just in case aja, semisal tempat itu memang jadi jebakan buat lo gak menutup kemungkinan kalau gue juga bisa celaka."

"Tuh kan, kita ke sana berdua aja deh, La!"

"NO! Kalau kita sama-sama pergi ke sana, terus kita celaka bareng-bareng, nanti yang jagain kartunya siapa?"

Rae dengan wajah tak terimanya menatap Quinn, Noah, dan Nael secara berganti-gantian. Hari ini masih terlalu pagi untuk membicarakan omong kosong yang mereka pikir akan dengan gampang mengelabui pikirannya. Rae bersedekap. Quinn pagi itu menariknya secara paksa untuk masuk ke dalam ruang belajar gadis itu untuk kembali bicara seperti hari-hari sebelumnya. Sebelum ia dan Auilla sama-sama membuat kesepakatan berdua untuk mencaritahu sendiri siapa pembunuh Gabriel dan apa penyebab ia dibunuh.

"Gue tahu lo---"

"Apa?" Rae memotong kalimat Quinn cepat. "Kalian udah tahu kalau kartu itu ada sama gue sekarang? Terus kalian mau gue serahin kartu itu?" tanyanya sarkas.

Quinn meneguk ludah. Ia benci mengakui ini, tetapi apa yang dikatakan Kiar tentang siapa pemilik kartu Gabriel memang seratus persen benar.

Semalam, sekitar 30 menit sebelum jam 12, Kiar mendatangi mereka di Arctic Golf atas permintaan Quinn untuk bicara mengenai kekeliruan yang terjadi di antara mereka.

“Lo salah paham. Kita gak melakukan apapun seperti yang lo pikir.” Quinn sama-sama mengucapkan kalimat yang sama di hadapan Kiar maupun di hadapan Rae.

Berbeda dengan Kiar yang membalasnya santai seolah-olah dia memang sudah tahu seluruhnya, Rae secara terang-terangan menunjukkan ekspresi wajah tak percaya yang dibuat seangkuh mungkin untuk menjelaskan perasaan kecewanya dengan dramatis. “Emang kalian pikir apa yang ada di pikiran gue sekarang?”

“Lo mungkin berpikir kalau salah satu di antara kita atau kita bertiga adalah pelaku pembunuhan G.”

“Enggak. Gue gak berpikir kalian pembunuhnya, tapi kalian memang dalang di balik hilangnya G, ‘kan?” Rae berkata santai meski tatapan matanya masih tak ingin kalah tajam dengan sebilah pedang seorang pendekar. Auilla sudah menceritakan bagian Hesa dan keterlibatan teman-temannya dalam merencanakan sebuah tindak kejahatan yang berakhir menewaskan kekasihnya. Sungguh, Rae tidak akan pernah melupakan kejadian ini dalam seumur hidupnya setelah ini.

Quinn menarik napas panjang untuk kembali angkat suara mewakili kedua laki-laki di sofa panjang. Gadis itu nampak seperti seorang juru bicara yang dibayar untuk membela mereka. “Ya. Kita memang menyembunyikan G and act like innocent waktu berita dia hilang tersebar gitu aja. Gue mau kartu itu. Tapi, bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi gue.”

“Terus untuk apa? Kepentingan pribadi kalian bertiga?”

“Re,” panggil Noah dengan suara yang terdengar sedikit memohon. “Gue mau lo dengerin kita kali ini aja. Kita melakukan itu untuk kebaikan G.”

Tawa Rae menyembur, mengejek, mencibir kalimat yang terdengar sangat lucu di telinganya. “Kalau untuk kebaikan dia harusnya sekarang dia baik-baik aja. Gak mati.”

“Itu di luar kendali kita!” bentak Quinn.

“Semuanya ada di luar kendali lo dari awal! Tapi kenapa lo bersikap seolah-olah lo bisa ngendaliin semuanya?!” Rae balas membentak lebih keras. Laki-laki itu sampai berdiri dari tempatnya untuk menuding-nuding wajah Quinn yang sama kesalnya.

Noah ikut berdiri. Takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap keduanya. Takut Quinn terluka atas ini.

“Bisa gak sih, Re, sekali aja lo gak memperkeruh keadaan dengan sifat temperamen lo ini?" tanya Nael dengan wajah lelah dan kesal yang sekaligus terlihat memuakkan di mata Rae.

"Gue gak ngomong sama pengkhianat kayak lo!"

"Pengkhianat apa? Menurut lo gue beneran selingkuh sama G di belakang Willa, terus lo bilang gue pengkhianat?" Kedua laki-laki itu saling beradu tatap dengan Noah yang setia mengawasi mereka takut adu tatap itu tiba-tiba berubah menjadi adu jotos. Melihat kemampuan beladiri Nael yang sudah jauh lebih berkembang dari pada sebelumnya, Rae jelas bukan apa-apa. "Ngaca!"

Buktinya Rae langsung jatuh terduduk di sofa waktu Nael dengan kencang mendorong selangkanya menjauh.

"Lo tahu berapa nominal uang yang ada di dalam G's Card itu?" Quinn kembali bersuara setelah suasana di sana kian mereda.

"Pernah mikir gak lo itu uangnya dari mana?" sambung Nael masih dengan aura yang sama marahnya.

Rae menggertakkan gigi. Ia sebelumnya tahu pertanyaan paling penting setelah ia melihat ada begitu banyak angka nol dalam nominalnya adalah dari mana asalnya semua itu. Tetapi Rae selalu memilih buta. Rae juga ikut menulikan telinga seolah ia menginginkan harta terlarang itu.

"Uang itu milik sistem Saintama. Dan kartu yang lo pegang sekarang itu adalah kartu VVIP. G punya akses gak terbatas di sekolah ini, termasuk untuk menerima hasil pembagian uang dari pelanggaran sistem."

"Kenapa bisa sebanyak itu? Karena G merasa gak cukup dengan apa yang dia terima. G mulai serakah atas sistem Saintama, dia korupsi dana sistem entah seperti apa caranya."

Rae mencerna kalimat-kalimat itu dengan bibir terkatup rapat. "Jadi ...?"

"Jadi kalau G gak segera berhenti dari ide gilanya itu, Saintama bisa bahaya. Dan setelah seisi Saintama tahu kalau G penyebabnya, Summerville juga bahaya." Quinn terlihat lebih frustasi.

"Bukan cuma Saintama dan Summerville aja, tapi The 4our dan Arctic juga bisa ikut terseret. Kita gak pengen uang itu untuk kita, kita cuman pengen uang itu dikembalikan dan digunakan sebagaimana mestinya."

"Gimana caranya kalian kepikiran buat nyulik dia?"

Quinn dan Noah berganti-gantian menceritakan kronologi cerita versi mereka. Tidak berniat menculik atau menganiaya Gabriel apalagi sampai mencelakainya dan membunuh. Quinn hanya menyembunyikan dia di suatu tempat yang tak diketahui. Ia ingin Gabriel menyerah dan memberikan kartunya dengan sedikit paksaan setelah cara halus tak mempan.

"But, ya ... something happens di luar kemauan kita. Ada seseorang yang mencelakai G di luar kendali kita."

"Seseorang?"

Quinn mengangguk. "Kita masih belum tahu siapa orang itu."

Rae menatap lekat-lekat ekspresi ketiga manusia di depannya satu persatu. Mencari-cari celah kebohongan yang sialnya tidak ada. "Orang yang kalian maksud itu Hesa. Dia yang menyelinap masuk ke sana dan melakukan apa yang sekarang ada dalam pikiran kita. Dia juga orang yang sama yang udah menyebarkan video gue dan Yssabelle di kelab."

"Hesa ... pembunuhnya."

***

END

***

Bekasi, 30 Agustus 2023

Who Killed My G? (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang