Bab I Salah

12 1 0
                                    

"Kamu jahat!!, aku ga mau ketemu kamu lagi! Kenapa kamu jahat beruang??" Okta berlari menjauhiku sembari menangis. Tamparan keras di pipi kiriku masih terasa panas. Badai rasa bersalah menyapu habis diriku yang berdiri mematung dan kaku, melihat sosok Okta berlari menjauhiku. Aku masih bengong melihat kenyataan ini.

"Shit!!, bodoh...bodoh...bodoh....kenapa aku begitu gegabah, merusak makhluk seindah Okta." Gemuruh bathinku berkecamuk mencarut marutkan diriku.

"Okta.... Maaf...Marmut plisss...aku salah ya aku salah!! " Aku berlari mengejarnya tapi terlambat, Okta berlari memasuki mobil jemputannya. Pintu mobil dibanting keras mengagetkan aku dan juga papanya yang menjemput. Kulihat samar dibalik kaca film, Okta menangis tersedu, memeluk papanya. Aku yang tertunduk dan dilihat seantero penghuni sekolah yang saat itu belum pulang. Mereka menatapku tajam seolah menghakimiku. Ish, langitpun digelayuti mendung seolah siap menjadi background suasana hatiku.

Setengah jam lalu, aku masih bersama Okta disudut kelasnya. Kami bersendau saling lempar candaan. Yah, Okta gadis putih dan sedikit berisi yang berhasil menumbuhkan bibit kasih dikisah hidupku. Tiga bulan yang lalu aku menyatakan rasaku kepadanya dan tersambut sempurna dengan dirinya.Selama ini Okta pun merasa ada rasa denganku. Yah, beruang adalah panggilan sayang untukku darinya dan aku memanggilnya marmut karena putih dan gemoynya Okta mirip pet jenis marmut, ngegemesin.

Dan entah kenapa seharian ini aku seperti terhipnotis nafsuku akan dirinya.
Semua awalnya baik-baik saja hingga aku melakukan kesalahan fatal kepadanya karena setan hinggap di otakku. Tangannya yang lembut kali ini mendarat sempurna di pipiku, gara-gara sikapku.

Aku masih sempat cek handphone ku seluruh akses komunikasiku ke Okta terblokir hari ini.

"Ah sudahlah, mungkin dia lagi emosi" Aku mencoba menghibur diri di dalam hati.

"Knapa ryan?" tanya sobatku Kiki sedikit mengagetkanku.

"Okta bisa seemosional gitu. Jarang anak pendiem seperti dia nangis dan marah.Jangan-jangan Kamu putusin atau hubunganmu dengan  Jeni telah resmi" Kiki melanjutkan tanyanya sambil menggaetku masuk di kelas Okta.

Beberapa teman Okta yang penasaran kembali masuk kelasnya dan pura-pura berkegiatan hanya untuk menguping percakapanku dengan Kiki. Fyi, Jeni adalah teman sekelasku di kelas XI dimana gelagatnya seperti menyukaiku sedangkan Okta adalah adik kelasku.

Sebenarnya aku adalah anak baru, di SMA ini dan baru pindah di tahun ajaran baru ini. Aku ketemu Okta secara tak sengaja saat aku niat cabut sekolah terus malah hampir ke gep guru BK. Pada akhirnya aku ngumpet di UKS biar ga ketangkap. Di UKS inilah aku melihat Okta sedang berbaring anggun sambil tiduran. Dengan Kiki  aku bertemu pada peristiwa ini juga. Karena Kiki juga cabut saat itu. Kalo inget peristiwa itu ingin  rasanya tertawa. Teman baik dan pacar ketemu di UKS hahahha

"Aku salah ki, sama dia. Fatal dan aku bodoh" Aku jawab sambil duduk di kursi Okta. Cewek terbaik yang akhir-akhir ini meluluh lantakkan rasaku. Kewarasanku diguncang olehnya.

"Hayoo kamu apain?" Kiki berseloroh
"Ah, entahlah. Manusia bego, aku ini." Jawabku singkat.
"Selesaikan badai ini brother, ingat pria dicipta untuk berjuang sampai akhir. Tunjukkan siapa kamu."Kiki menyemangatiku
" Ssst...jangan bersedih nih aku punya pil buat penenang...kalo minum satu sampai tiga ada surga diotakmu... Kalo mau mati aku punya satu strip. Wakakakaka" Kiki berbisik sambil memasukkan pil sebesar kancing bayi berwarna pink itu. Kedalam Sakuku

"Buat kamu sahabatku free... " Bisiknya kembali.
"Kalo lain kali discount" Jawabnya

Ku kernyitkan dahiku sebagai tanda bingungku...
"Jangan khawatir kalo kamu ga mau beri ke aku lagi saja. Mahal nih barang soalnya" Jelas Kiki di ujung telingaku
Aku hanya mengangguk dan diam, karena fokusku adalah bagaimana membuat marmutku ga marah.

Tepian HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang