TUMPANGAN

1 0 0
                                    


      Aku menghentikan mobilku saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah sambil mendengarkan lagu yang masuk dengan sopan kedalam telingaku.

"Aku juga suka lagu ini! "Ujar seseorang yang duduk disampingku.

" AAAAAAAAA!!!!! hantuuuuuuu!!!!!!! "Jerit ku membuka pintu mobil. Dia menahan lenganku.

" LEPASKAN AKU! KUMOHON! JANGAN MENAHANKU! "jeritku hampir menangis.

" Mobilku mogok diujung sana"

"Bohong! Kau hantu! "

"Jika aku hantu, aku tidak mungkin bisa memegang tanganmu seperti tadi! Kumohon beri aku tumpangan! " Ujarnya.

"Tidak aku tidak mau mengantarmu! Cepat keluar! "

TIN! TIN! TIN! Lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.klakson mobil belakangku membuatku terkejut. Dia menyeringai. Aku mendengus kesal lalu menginjak gas.

Hening.

"Kau suka lagu ini? " Tanyanya memecahkan keheningan.

"Aku tidak mau bicara padamu"

Dia tersenyum. Aneh.

"One memiliki kekuatan besar karena, jika bukan karena ambiguitas yang dibawanya. Keindahan dalam musiknya berarti ia memiliki kemarahan dan luka dan kehangatan dan menyembuhkan di saat yang sama."

"Lagu ini kerap dikatakan sebagai kisah tentang band yang mengalami krisis, pernikahan yang berada di ambang kehancuran, hubungan ayah dan anak laki-laki yang bermasalah, sebuah negara yang bersatu kembali, dan pertikaian batin dengan Tuhan, dan mungkin saja lagu ini adalah semuanya itu."

"Diamlah! Kau sudah bicara sejak tadi! Kepalaku pusing! "

Lagi lagi dia tersenyum dan mengacak acak rambutku. Aku mendengus kesal. Dia gila.

"Didepan sana adalah rumahku. Lalu dimana aku harus menurunkanmu? "Tanyaku malas.

" Disini saja"

"Hah? Apa? Disini? Dimana rumahmu? Disekitar sini? "

"Kau ingin mampir? " Tanyanya.

"Cepat turun! Aku ingin pulang! "


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Edbert EdricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang