PREVIEW 1

14.4K 150 10
                                    


Aku Alif. Baru saja berumur 17 tahun, tinggal di pinggiran kota bersama Bapak ku, Beni. Kami hanya tinggal berdua di rumah kontrakan yang tidak terlalu besar akibat kondisi ekonomi. Mama ku pergi meninggalkan kami dan memilih pria lain saat aku baru masuk SMP dengan alasan Bapak gak punya pekerjaan tetap dan gak mau hidup serba kekurangan. Bapak ku memang bukan orang yang berkecukupan. Bahkan sekarang saudara saudara nya tidak peduli dengan kami karena kondisi yang serba pas pasan. Sekarang bapak kerja sebagai kuli bangunan yang kadang bisa Full mendapat job dengan penghasilan tidak besar, kadang juga tidak ada pekerjaan sama sekali karena dia hanya mengikuti job yang diterima oleh mandor.

Selama ini untung nya aku sekolah dengan gratis dan mendapat sedikit bantuan karena kemampuan ku. Hubungan ku dengan bapak selama ini karena hanya kami berdua terlihat benar benar baik baik saja. Tentu saja karena aku yang cukup pandai mengurus rumah dan keuangan. Bapak gak menuntut aku untuk bekerja karena dia tahu sekarang belum waktu nya. Meskipun prestasi ku cukup, aku tidak sama sekali memiliki impian untuk melanjutkan studi karena mengingat kondisi kami sekarang. Aku gak mau membebankan bapak lebih lagi. Itu yang kupikirkan.

Secara fisik, tubuh ku cukup tinggi meskipun bapak lebih tinggi dan lebih besar dari fisik ku. Dia memiliki darah keturunan "londo" dari ayah kakek nya. Tentu saja karena generasi kesekian, menjadikan Bapak terlihat lebih ke pribumi meskipun postur nya lebih besar dari orang orang disini. Aku sering kali kasian dengan nya karena suatu hari pernah aku bertanya karena kedekatan kami, kenapa dia tidak juga mencari pengganti Mama. Katanya percuma karena sekarang wanita gak ada yang hanya mau hidup bermodalkan cinta. Semua butuh kepastian masa depan. Aku tahu di umur nya yang sudah 45 ini rasa nya masih memiliki hasrat seksual, tapi harus kandas karena kondisi ekonomi nya. Bahkan terkadang kami masih harus menunggak membayar kontrakan akibat pekerjaan nya yang tidak menentu penghasilan nya. Tapi meskipun begitu, aku sangat mengagumi bapak. Dia benar benar sosok yang ku bangga kan selama ini karena kerja kerasnya membesarkan ku seorang diri. Mungkin dari kondisi ini juga yang menyebabkan ku merasakan sebuah perbedaan dalam ketertarikan terhadap lawan jenis.

Sejak ditinggal ibu, aku mulai tidak percaya lagi dengan seorang wanita, apalagi untuk menjalin hubungan serius. Disaat masa teman teman ku sibuk pacaran karena baru saja mendapatkan puber nya, aku lebih memilih untuk fokus pada sekolah ku, mengurus rumah, juga jogging. Iya, hobiku olahraga. 2 hari sekali setidak nya aku jogging Di Taman kota dekat dari kontrakan kami. Menurut hemat ku, jogging dapat mendistraksi pikiran ku terhadap hal hal lain meskipun terkadang hal hal lainnya malah muncul disaat yang sama. Aku mulai menyadari ketertarikan ku terhadap sesama jenis. Itu dimulai sekitar 2 tahun setelah kepergian ibu. Mungkin di tahun pertama hanya sebatas hilang nya kepercayaan ku kepada wanita. Tapi lama lama berkembang menjadi seperti ini.

Setiap sore ketika jogging, biasa ku habiskan 1 hingga 2 jam, dan dalam masa itu juga, terkadang keberuntungan datang. Keberuntungan melihat beberapa pria yang bisa menarik perhatian ku. Aku suka memandangi dengan sembunyi sembunyi beberapa pria yang menurutku menarik. Biasanya adalah yang umurnya lebih diatas ku. Entah kenapa melihat mereka dengan saat olahraga, dengan pakaian celana pendek, dan baju tanpa lengan dapat benar benar membuat pikiran ku buyar. Aku bisa dengan sengaja mengikuti trek lari jika menemukan orang yang suka agar dapat memandangi nya dari belakang. Meskipun semua kulakukan tidak lebih dari itu. Aku paham ini tidak boleh dilakukan dan tidak pernah dianggap normal di negara ini, jadi semua hanya sebatas aku mengagumi mereka sesaat dan mungkin jika itu juga tidak cukup, aku menuntaskan semua nya dirumah. Sama seperti remaja pada umum nya. Aku juga melakukan "ritual" itu dikamar mandi jika sudah tidak tahan.

Setahun terakhir seperti nya aku merasakan sebuah keanehan dalam diriku. Entah kenapa bapak yang selama ini tidak menarik perhatian ku malah terjadi sebalik nya.
Memang sebelumnya aku menyukai pria yang umur nya di atas ku, tapi tidak pernah terpikir ku untuk melihat bapak sebagai "orang itu". Semua dimulai karena disebuah minggu pagi, bapak sedang memperbaiki jemuran kain kami di belakang kontrakan, dan dia melakukan nya tanpa menggunakan baju dan hanya celana pendek. Aku memang membantu nya, tapi awal nya dia memakai kaos sampai ketika terasa gerah dan aku diminta mengambil minum, ternyata dia sudah tidak menggunakan baju lagi.

"nanti baju nya kotor. Sayang masih pagi lif"

Aku terpelongo melihat itu. Tapi untung nya bisa sadar dengan cepat. Selama pekerjaan itu aku melihat postur badan bapak yang selama ini tidak pernah ku perhatikan dengan jelas meskipun kami satu rumah. Iya, kontrakan yang kami gunakan juga memiliki 2 kamar, sehingga kami memiliki area privat masing masing. Badan nya dengan limpahan keringat yang membaluri di seluruh kulit, lengan yang terbentuk otot akibat pekerjaan sehari hari nya, dada yang menyembul dan padat serta perut yang dalam kategori besar tapi tidak buncit itu sukses membuat ku menelan liur berkali kali. Apalagi saat tangan nya naik ke atas, bulu ketek nya memberikan 1000% tambahan kegagahan nya. Tidak terlalu lebat, tapi bukan tipis, sepertinya dia merawat nya dengan baik. Bahkan pagi itu aku juga berkesempatan berdiri sangat dekat dengan Bapak saat membantu memegang kayu yang sedang dia ikat dengan kawat. Aroma badan nya jantan sekali. Aku tidak bisa bilang itu aroma yang bau, tapi bukan wangi parfum. Aroma sabun dengan keringat sempurna membawa ku mendapatkan ereksi pagi hari yang untung dapat disembunyikan karena celana dalam ku yang ketat.

Sejak saat itu aku mulai melihat bapak bukan hanya sebagai figur seorang ayah, tapi seorang Pria dewasa. Bahkan tidak jarang aku mulai masturbasi dengan membayangkan tubuh kekar nya.

Buku 21 - GAY STORY - AKU MILIK BAPAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang