Leads Us Closer

15 2 0
                                    

Said, "I'm fine, " but it wasn't true. I don't wanna keep secrets just to keep you.

***

TW: Sexual Harrasment

"Gue sebenernya punya banyak pertanyaan deh buat lo." Changbin menoleh ke arah Darla yang duduk di sampingnya. Gadis itu menjatuhkan puntung rokoknya yang sudah habis. Bara apinya yang kemerahan menyala terang di antara kegelapan malam yang menyelimuti mereka.

Darla dan Changbin tidak sengaja bertemu di kampus hari ini. Hari sudah malam, keduanya sama-sama baru selesai dengan kegiatan kemahasiswaan yang cukup padat. Mereka memutuskan untuk berbincang sejenak di taman kampus sebelum pulang.

Tapi waktu yang sejenak itu lama-lama bertambah semakin panjang karena Changbin dan Darla menikmati kehadiran satu sama lain. Darla sudah menghabiskan tiga batang rokok, dan Changbin yang sudah berhenti merokok itu telah menghabiskan satu kaleng bir.

"Tapi ini yang paling bikin gue penasaran." Lanjut lelaki itu. "Lo kenapa suka tiba-tiba nangis?"

Gadis itu terkekeh. "Kalo jawabannya karena memang gue cengeng gimana?"

"Pasti ada triggernya kan?"

"Triggernya ya karena gue sedih."

"Kalo gitu apa yang buat lo suka tiba-tiba sedih?"

Changbin masih menatapnya lekat-lekat menunggu jawaban. Gadis itu menimang-nimang jawaban logis yang bisa ia sampaikan kepada orang seperti Changbin. Cukup lama, sehingga membuat Changbin merasa tidak enak.

"Kalo nggak nyaman gak papa deh, jangan dijawab." Changbin buru-buru mengalihkan pandangannya pada minuman kaleng di tangannya. "Sorry."

"Gue masih sakit hati sama Chris."

Changbin terdiam. Ia merasa benar-benar salah bertanya.

Jawaban itu sebenarnya jujur walaupun tidak sepenuhnya benar. Ada hal lain yang tidak akan bisa diceritakan kepada Changbin karena terlalu kompleks.

"Tapi gak apa-apa kok, Bin. Kayaknya karena faktor sensitif aja lagi dateng bulan. Besok-besok juga balik normal lagi."

Changbin mengangguk. "Oke kalo emang lo gak kenapa-napa."

Ada perasaan hangat di dalam dadanya saat diberi perhatian lebih oleh Changbin. Namun ia berusaha tidak menaruh harapan. Memiliki seseorang untuk bercerita saja sudah cukup baginya.

Dua bulan lalu, gadis itu baru saja putus dari mantannya, Chris. Lucunya, Changbin adalah teman dekat Chris dan Darla juga baru mengenal Changbin saat ia putus.

Darla begitu terpukul karena ternyata selama berpacaran Chris menyelingkuhinya. Ia memergoki Chris dengan cara yang paling menyakitkan yang bahkan ia tidak mau ingat.

Tak hanya Darla yang kecewa, Changbin juga sangat menyayangkan perbuatan sahabatnya itu. Apalagi saat Chris meninggalkan Darla begitu saja. Changbin merasa kasihan pada gadis itu, padahal ia tidak pernah mengenalnya secara pribadi.

Pertemanan Darla dan Changbin semakin erat sejak mereka secara tidak sengaja bertemu di club malam. Darla merasa stress berat saat itu dan ia melampiaskannya dengan minum terlalu banyak.

Ia datang ke club sendirian. Saat kesadarannya hampir hilang, dua orang pria tak dikenal menghampiri mejanya untuk berkenalan.

Darla tidak yakin dengan ingatannya karena mabuk berat saat itu. Tapi yang jelas, intensi kedua pria itu tidaklah baik terutama saat mengetahui Darla hanya seorang diri disana. Satu hal yang Darla ingat, salah satu dari mereka meraba tubuhnya.

Darla merasa jijik jika mengingat-ingat hal tersebut. Ia merasa marah dan sedih karena tidak berdaya.

Beruntung Changbin yang berada di sana pada saat itu melihatnya. Ia segera memanggil petugas untuk menindak dua pria itu. Awalnya ia juga tidak mengenali Darla. Ia hanya ingin membantu. Namun ia sendiri sedang tidak ingin terlibat dalam keributan.

Setelah kedua pria itu diamankan, Changbin menghampiri untuk memastikan keadaannya. Saat itulah, ia menyadari kalau perempuan itu adalah Darla, mantan kekasih sahabatnya.

Yang terjadi setelahnya adalah hal yang membuat hubungan mereka semakin dekat. Changbin mengantar Darla pulang dan menawarkan diri untuk menjadi temannya.

Malam semakin larut. Darla yang hanya mengenakan kaos tipis dan celana jeans itu mulai merasa tidak nyaman berada di luar. Ia bangkit dari duduknya, berniat mengajak Changbin untuk pindah tempat.

"Pindah yuk, dingin." Darla mengulurkan tangan bermaksud membantu Changbin bangun.

Changbin meraih uluran tangan itu dan bangun dari duduknya. Namun tanpa diduga ia malah memutar tubuh Darla untuk membelakanginya.

"La, darah lo nembus."

Darla merasakan jantungnya seperti turun ke perut. Pipinya memanas. Walau sebenarnya hal tersebut tidaklah tabu, tetap saja ia merasa malu. Apalagi di hadapan seorang laki-laki.

"Aduh, gimana nih. Sorry banget kalo bikin lo jijik."

"Gue beliin pembalut ya?"

"Tapi celana gue juga kotor."

Mereka terdiam, berusaha memikirkan solusi dari masalah tersebut.

"Gue ada jaket di mobil. Sementara tutup pake itu dulu. Lo tunggu di mobil, biar gue yang beli."

Darla tak menjawab apa-apa karena setelahnya, Changbin sudah menggenggam tangannya dan memimpinnya pergi.

Sipped - Seo Changbin (Backstory "Boo!")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang