6

464 52 3
                                    

Bel istirahat kedua berbunyi. Para murid langsung bergegas ke kantin, untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
Namun berbeda dengan Greesel, setelah bel istirahat berbunyi dia langsung pergi ke musholla seorang diri.

Sebenarnya Greesel lapar. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak membawa bekal hari ini. Ingin membeli, Greesel tak punya uang karena ia belum gajian.

Musholla kini masih sepi, hanya ada satu dua orang saja. Karena memang kebanyakan murid akan sholat sesudah mereka makan siang. Greesel membuka sepatu dan kaus kakinya lalu menyimpannya di rak sepatu yang disediakan, tak lupa dia mengambil sepasang sandal untuk dia pakai ke tempat wudhu.

Hanya butuh sekitar 20 menit untuk Greesel menyelesaikan ibadahnya.

Tak terasa waktu bergerak cepat, sekarang waktunya para murid untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Greesel menengadahkan kepalanya, menatap langit yang hari ini mendung. Sebentar lagi pasti hujan. Greesel harus cepat-cepat sampai ke rumah jika tidak ingin seragam satu-satunya ini basah.

Namun sepertinya langit tidak mendukungnya baru 3/4 jalan yang dia tempuh langit mulai menurunkan rintik-rintik nya. Padahal dia sudah berada di depan komplek, dan rumah nya berada di ujung komplek itu. Greesel mencoba mengayuh sepedanya lebih cepat, dengan harapan bajunya tidak terlalu basah kuyup. Namun harapan tinggal harapan, hujan turun dengan lebatnya, sampai di rumah bajunya basah kuyup. Untung dia menggunakan tas yang tahan air, jadi bukunya tetap kering walaupun terkadang ada bagian bukunya yang basah.

" Assalamualaikum " ucapnya saat memasuki pintu belakang rumahnya. Karena orangtuanya tidak mengizinkannya untuk keluar masuk melalui pintu depan.

" Waalaikumsalam, non kok pulang hujan-hujanan ? Kenapa gak neduh dulu non ? " Ucap bi Sumini khawatir, memeluk bahu Greesel dan membawanya masuk ke dapur.

" Tadi Greesel kehujanan didepan komplek bi, jadi nanggung kalo neduh dulu. " Jawab Greesel dengan badan yang mulai menggigil.

" Non langsung mandi ya ! Nanti bibi bawain bajunya kesini sama bikinin non teh hangat, biar gak masuk angin. "

" Iya bi, makasih. " Greesel pergi ke kamar mandi.

15 menit Greesel didalam kamar mandi, dia keluar sudah berganti dengan pakaian yang tadi bi Sumini bawakan untuknya.
Dengan membawa baju seragamnya yang basah dia berniat untuk menggantungnya di teras belakang, semoga seragam satu-satunya ini bisa kering dalam semalam.

" Sini non, biar bibi yang keringkan seragamnya. " Bi Sumini mengulurkan tangannya untuk menerima seragam basah Greesel.

" Gak usah bi Greesel aja. Gantungin baju doang Greesel bisa kok. " Ucap Greesel tersenyum dan kembali berjalan ke teras belakang.

" Kalo cuma digantungin gitu gak akan kering non. Sini sama bibi masukin mesin cuci "

" Gak usah bi, bibi mau dimarahin lagi sama mama. " Ucap Greesel mulai menggantung seragamnya.

Bi Sumini tersenyum, dia bangga kepada anak majikannya ini. Walaupun hidup dengan penuh kepahitan tapi dia tetap bisa tersenyum seperti tanpa beban.

" Bibi udah bikinin non teh hangat sama makanan. Non pasti lapar kan ? Tadi non gak bawa bekal ke sekolah. " Ucap bi Sumini sesaat setelah Greesel selesai menggantungkan seragamnya.

" Ahh iya bi, makasih. " Balas lalu kemudian masuk ke dapur.

Greesel melihat segelas teh hangat dan sepiring nasi beserta lauknya yang berada di atas meja, saat hendak mengambilnya tangan Greesel ditepis dengan kasar oleh tangan lain.

" BIBI, SAYA KAN SUDAH BILANG. KASIH MAKANAN SISA UNTUK ANAK INI. KENAPA BIBI SELALU MEMBANGKANG, BIBI MAU SAYA PECAT ? " Teriakan itu berasal dari seorang wanita yang telah melahirkan Greesel ke dunia ini, SHANIA.

Regret My Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang