1. Awal pertemuan

315 16 1
                                    


Happy reading!!

.
.
.

~~

Deru angin yang berhembus pelan di pantai kala itu sangatlah nyaman, cahaya senja yang masih sedikit terlihat meskipun sudah hampir tenggelam dibalik langit yang sudah mulai sedikit gelap yang berarti akan menggantikannya dengan rembulan malam itu, masih tampak terlihat indah.

Sosok pemuda dewasa yang tengah duduk diatas pasir pantai tanpa alas tampak sangat nyaman merasakan hembusan angin yang berdesir pelan tersebut, ia memejamkan matanya sambil menikmati suasana tenang kala itu. Tidak tau sudah berapa lama ia berada disitu, intinya ia tidak ingin pulang terlebih dahulu sebelum ia melihat matahari berganti dengan rembulan.

Ia tidak terlalu menyukai rembulan, yang ia suka hanyalah senja. Senja redup dan sudah pasti akan selalu tergantikan dengan segera oleh rembulan yang terang, ada alasan mengapa ia lebih menyukai senja yang redup daripada rembulan yang selalu bersinar.

Mahendra, sosok pemuda yang berusia 20 tahun. Ia baru saja pulang dari tempatnya bekerja, dan hal seperti ini sudah biasa ia lakukan setelah pulang kerja, sebelum akhirnya ia harus pulang ke rumah. Suasana tenang seperti ini menurutnya lebih nyaman ketimbang ia harus langsung pulang ke rumah, bukan ia tidak menyukai suasana rumah. Hanya saja ia hanya butuh sedikit waktu luang untuk ia mengistirahatkan tubuh dan pikirannya ketika lelah.

Keluarganya bisa dibilang sebagai keluarga yang cemara, ia juga akan selalu disambut dengan perasaan yang senang pastinya oleh senyuman hangat dari seorang bunda yang ia sayang. Seringkali ia dimarahi karna selalu pulang terlambat tidak sesuai jam ia pulang bekerja, namun dirinya selalu saja seperti itu setiap harinya, pulang terlambat dan akan sampai ke rumah ketika malam sudah tiba.

Sedang asik menikmati hembusan suasana saat itu, dari belakang ia merasakan ada yang menepuk pundaknya pelan, karena kaget ia pun refleks membuka matanya dan menoleh kearah belakang.

Yang pertama ia lihat adalah sosok pemuda memakai jaket hitam, juga memakai tas ransel yang ia selempangkan di sebelah tangannya, mungkin pemuda itu baru pulang dari kampus pikirnya karena penampilannya memang seperti anak kuliahan.

"Sendiri aja bro? Gue boleh duduk disini?" tanya pemuda itu, belum sempat yang tua menjawab ia langsung saja duduk disampingnya.

Hening, hanya itu yang ada diantara keduanya sekarang. Selang beberapa menit pemuda tadi kembali membuka suaranya sambil mengulurkan tangannya, membuat sosok yang disamping pemuda itu pun tampak kebingungan, ia tidak paham apa maksudnya sampai akhirnya ia mendengus pelan.

"Kenalan" ucapnya singkat, detik itu juga setelah paham pemuda itu juga menjabat tangannya "Haikala, panggil aja gue ikal" ujarnya memperkenalkan diri lebih dahulu.

"Mahendra, panggil gue Mahen aja" setelah itu keduanya melepaskan jabatan tangan itu satu sama lain, dan kembali menatap langit yang sudah menggelap.

"Ngapain disini? Habis putus cinta lo?" tanya Haikal dengan nada mengejek, sementara yang ditanya hanya terkekeh mendengar ucapannya.

"Emang kalo orang ke pantai itu cuman pas putus cinta doang ya?" sahut Mahen malah berbalik bertanya pada Ikal yang kala itu sudah merebahkan tubuhnya diatas pasir dengan beralas tas dikepalanya.

"Ya gak juga, tapi siapa tau aja lo gitu pikir gue" sahutnya lalu meangkat bahu sedikit acuh, ia memejamkan matanya sambil sedikit bersenandung.

ANTARA LANGIT SENJA DAN SEMESTA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang