Prolog!

373 35 3
                                    


**


"Gue pamit tidur ya? Kalo gue udah gak bangun, jangan sampai ada satu pun air mata yang keluar dari mata kalian" ujar sosok yang sudah terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit itu, banyak alat-alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya.

Wajah pucat itu sepertinya sudah tidak ada lagi terpancar kata kehidupan, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan menangis karena tak kuasa.

Keenam orang yang berada di sisi brangkar tersebut sudah tidak bisa membendung air mata mereka lagi. Semua menangis ketika kalimat itu keluar dari mulut sosok tersebut, tidak! Mereka tidak siap jika sosok itu harus pergi sekarang! Mereka masih membutuhkan sosok tersebut, mereka sangat-sangat membutuhkannya!

Salah satu dari mereka segera menggenggam tangan yang sudah tak berdaya itu sambil terus menangis tersendu "Jangan bang! Lo gak boleh tidur, kalo lo tidur nanti lo gak bakal bangun!" ujarnya, ia menunduk sambil tak kuasa menahan sesak di dadanya.

"Kemana lo yang katanya mau sembuh bang? Kemana lo yang punya niat buat selalu sama-sama bareng kita? Sampai tua nanti, sampai rumah kita bisa bersebelahan, lo mau ingkar ke kita?"

"Maaf..." lirihnya hanya satu kalimat itu yang keluar dari bibir pucat sosok tersebut, lalu ia mengisyaratkan agar keenamnya mendekat, kemudian tangan rapuh itu berusaha meraih satu-persatu tangan keenamnya dan ia letakkan tepat di dadanya.

"Janji ya? Setelah ini kalian harus bahagia, kalian harus sembuh sama-sama, jangan sampai ada tangis diantara kalian semua" ucapnya tertahan ketika merasakan sedikit sesak, ia menghirup pasokan oksigen sebentar lalu melanjutkan ucapannya "Jangan lupa wujudkan impian gue yaa? Gue udah gak kuat, selamat bertemu di kehidupan selanjutnya.." setelah mengucapkan kalimat tersebut,  tangan yang semula menggenggam tangan keenamnya terjatuh tak berdaya, matanya tertutup tenang, suara monitor ICU menjadi bukti, bahwa sosok tersebut sudah tidur untuk selamanya.

Melihat hal itu, keenamnya sudah tak kuasa lagi. Mereka menangis sejadi-jadinya memeluk sosok yang sudah tak bernyawa tersebut.


--


"Dia pergi, dia pulang lebih dulu, dia sudah tertidur untuk selamanya, dia sudah tenang  dan tidak akan ada lagi rasa sakit yang harus dia rasakan. Salah satu sosok sang pencinta senja kini telah tidur dengan tenang, layaknya senja yang akan hilang dan tergantikan oleh rembulan malam, Mahendra"




-TBC-

ANTARA LANGIT SENJA DAN SEMESTA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang