Chap. 6 [Siapa?]

28 5 1
                                    

"Ketidaktahuan memang menyebalkan."
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

🧷🧷🧷

Laki-laki dengan rambut ikal itu berjalan dengan dagu terangkat, bukan karena keangkuhannya, juga bukan karena keburukannya.

Lalu apa?

Bukankah konyol bila ingin tak di pandang sepele namun berjalan dengan menunduk seperti orang bodoh dan tak menarik sekalipun untuk di anggap ada?

Menunduk karena merasa tidak percaya diri, merasa bodoh, merasa fisik yang tidak menarik? Nikmatilah resiko terburuknya jika masih berpikir seperti itu.

"Yeahhh, Arkan!" Ananta berseru memanggil dan menghampirinya, merangkul bahunya.

"Kenapa?" Ucap Arkan melirik Ananta.

"Sekalian ke kelas lo, gue mau mampir bentar. Soalnya hari ini gue nggak bisa ketemu kalian." Keduanya memasuki kelas, kelas Ananta dengan dua teman lainnya tak sama. Ananta sendiri berada di kelas X IPS5, berbeda dengan Arya dan Arkan yang berasal di kelas yang sama, kelas X IPA3.

"Kamu ada kegiatan apa?"

Arya terlihat baru saja mendudukkan dirinya sendiri di bangku tempat duduknya. Terlihat lebih baik dari hari sebelumnya yang di penuhi raut wajah tak mengenakkan.

Tepukan kecil Ananta berikan pada Arya yang menatapnya sejak awal ia masuk. "Yah, sebenarnya gue cuma mau bilang kalau gue nggak bisa main bareng kalian hari ini. Karena.."

"Karena apa? Yang ngomongnya setengah-setengah mimpi di lihatin cewe rambut acak-acakan, mata lebar gede, mulut kebuka lebar, tinggi--"

"Stop! Yang bener kalau ngomong, gue parnoan, bego!" Kalimat dengan akhir makian itu membuat Arkan tak nyaman yang akhirnya menendang tulang kering Ananta.

"Kamu juga." Arkan menatap laki-laki yang meringis itu dengan sinis.

"Iya-iya. Itu, biasanya 'lah. Ketua OSIS, ya, 'kan." Itu benar-benar menjengkelkan.

"Dih, monyet. Cuih, otak lo benerin dulu, noh. Bikin greget kerjaannya." Raut jijik terpampang jelas di wajah Arya.

"Ngapain di benerin? Masih mikir nih gue." Tak tersinggung atas respon Arya, Ananta kembali bersikap menyebalkan.

"Jadi, cuma karena urusan OSIS? Beneran nggak ada yang lain?" Arkan muak dengan keduanya dan memilih angkat suara. Anggukan dari Ananta memperjelas semuanya.

"Ya, udah. Pergi sana, urusan kamu pasti banyak 'kan? Saya jadi muak liat kamu masih di sini."

Itu menyakitkan, tapi Ananta paham. Arkan selalu begitu. Hanya terlalu serius dan tak bisa di ajak bercanda.

"Iya, huuu. Pergi lo sana."

"Dih, anying. Malah ikutan."

🧷🧷🧷

Lena menghela napas panjang, itu semua membuatnya terganggu. Setelah keadaannya mulai pulih, ia memilih kembali bersekolah. Ryland bilang bahwa kejadian tempo hari akan di selesaikan olehnya. Tapi Lena juga ingin tahu, bukankah seharusnya ia memang harus tahu? Tapi juga Ryland hanya bilang untuk tak terlalu memikirkan itu. Belajarlah yang baik katanya.

Absolute EXISTENCE [A Person's Hatred]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang