୨⎯ Todoroki vs Todoroki⎯୧

182 16 3
                                    

Dalam waktu yang cukup panjang, Todoroki termenung di kamarnya, mencoba membuat semua masuk akal.

Tangannya bergerak menyapu bekas luka di mata kiri.

"Aneh, aku sama sekali ... tidak ingat."

Todoroki merasa seperti baru bangun dari istirahat yang begitu lama. Ia merasa baru saja terlahir kembali saat bangun tidur tadi.

"Siapa pria itu? Kenapa dia bilang kalau aku mencintainya?"

Saat tengah sibuk dengan pikirannya, Todoroki merasakan sakit yang menusuk dan nyeri yang tajam di bagian kiri dadanya. Seperti ada beban berat yang diletakkan di atasnya.

Nafasnya menjadi terengah-engah, dan dia merasa seolah-olah udara yang ditariknya tidak cukup. Wajahnya pucat, dan keringat dingin mulai menetes di dahinya.

Ketika dia meremas dadanya, setiap sentuhan terasa seperti disambar petir, dan rasa sakit semakin intens. Kedua matanya mencoba menahan air mata, mencerminkan kesakitan yang mendalam.

"Argh—"

Suaranya terdengar gemetar saat dia mengerang, dan rasanya seakan-akan jiwanya terseret keluar.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

Jadi mulai dari sini Todoroki-nya ada dua. Biar gak bingung bacanya, kita kasih perbedaan penyebutan.

Todoroki = Jiwa dari masa lalu.
Shoto = Jiwa dari masa depan.

Oya, ada adegan fight, maafin kalau kelihatan kaku. (⁠ ̄⁠ヘ⁠ ̄⁠;⁠)

.

.

.

Shoto membuka matanya, tubuhnya serasa ringan dan seakan melayang di udara. Detik berikutnya ia menyadari, jika saat ini ia berada di sebuah kehampaan putih.

"Yahoo~"

Suara gadis itu menyadarkannya, ia segera mengubah posisinya menjadi duduk dan mendapati gadis berpenampilan gothic lolita tengah melambaikan tangan ke arahnya. Tokisaki Kurumi.

Shoto mengerutkan keningnya, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Bukan hanya itu, yang membuatnya lebih terheran adalah sosok yang berada di sebelah Kurumi.

Sosok yang mirip dengannya.

Semuanya sama, bahkan pakaiannya juga. Hanya ekspresi mereka yang berbeda.

Shoto masih gagal paham. Ia bangkit berdiri, berjalan perlahan ke arah dua orang itu. Bibirnya bergetar, ingin mengatakan sesuatu.

"Apa kau bingung?" Saat Todoroki dan Shoto berhadapan, Kurumi berdiri di antara keduanya.

Ia menepukkan tangannya, kemudian memutar tubuh, wajahnya sangat riang. "Naahh! Tiba saatnya pertarungan hidup mati Todoroki vs Todoroki! Yeyyy..!" seru Kurumi antusias.

"Siapa kau?" tanya Shoto, mencoba mengabaikan Kurumi yang saat ini merengut kesal karena diabaikan.

Todoroki meletakkan satu tangannya di pinggang, kemudian memiringkan kepalanya. Bersikap sesantai mungkin. "Aku Todoroki Shoto."

"Tidak! Aku Todoroki Shoto!" sanggah Shoto dengan nada suara yang meninggi.

Todoroki tertawa, merasa lucu lantaran berdebat dengan dirinya sendiri. "Kita berdua adalah Todoroki yang hidup di masa yang berbeda."

Shoto terdiam, membiarkan Todoroki melanjutkan kalimatnya.

"Sebenarnya aku tak mau melakukan ini, tapi salah satu dari kita harus tiada."

Mata Shoto membulat. Apa maksudnya 'tiada'? Ia melirik ke arah Kurumi, meminta penjelasan. Gadis itu tengah memanyunkan bibirnya, seolah bersiul. Menyadari dirinya tengah ditatap, ia menjentikkan jarinya. "Begitulah situasinya."

Entah dari mana datangnya, di tangan Todoroki kini sudah terdapat dua buah pisau yang nampak mengkilat. Ia melemparkan salah satunya Shoto.

Pisau itu ditangkap dengan indah. "Aku masih tidak mengerti, kenapa kita harus saling membunuh?"

Dengan tatapan datar nan dingin, Todoroki mengacungkan pisaunya. "Karena aku menginginkan tubuhmu."

Meski jawaban Todoroki terdengar agak ambigu, tapi Shoto masih bisa mengerti maksudnya. Dia ingin mengambil alih tubuhnya.

"Untuk apa?"

"Untuk bersama Bakugo tentu saja."

"Bakugo ...? Pria pirang itu?"

Todoroki menyeringai, tubuhnya meluncur ke depan dengan kecepatan kilat, menghunus pisau layaknya pedang.

Shoto, dengan refleks yang cepat, segera menahan pisau itu dengan senjatanya sendiri agar tidak menembus leher. Mata mereka bertemu, saling berusaha untuk mendominasi lawan.

Shoto berusaha bertahan, tangan kirinya memegang pisau, sementara tangan kanannya menekan pergelangan tangan Todoroki, mencoba untuk menghadang serangan pisau.

Mereka saling mendorong, pisau mereka bergesekan ketika bertemu, menciptakan cipratan bunga api yang berkilauan di udara.

Todoroki lagi-lagi menyeringai dengan kejam, matanya berkilat saat ia mengangkat pisaunya dengan gerakan yang tajam dan cepat, menciptakan dentingan besi yang menggema.

Tangannya berayun, mengincar leher lawannya dengan tekad membunuh. Shoto yang lincah mencoba menghindari setiap serangan. Namun, upayanya menjadi semakin sulit dengan setiap gerakan Todoroki yang mematikan.

Todoroki tidak memberikan kesempatan bernafas sedikit pun untuk Shoto, serangannya terus berdatangan dengan intensitas yang meningkat.

Ya, mau bagaimanapun juga, keahlian teknik dan kemampuan fisik sangat dibutuhkan di sini. Untuk perbandingan Pangeran Kerajaan dan Anak SMA Biasa, sudah tentulah Pangeran yang lebih baik dalam hal ini.

Perlahan tapi pasti, Todoroki mulai melibatkan kemampuan fisiknya yang luar biasa. Kakinya menyapu ke bawah, hendak menumbangkan Shoto yang saat ini keseimbangannya terganggu oleh serangan-serangan tadi.

Saat kaki Todoroki menyapu ke bawah, udara bergetar, dan itu cukup untuk mengguncang keseimbangan Shoto. Pria itu jatuh ke tanah dengan punggung mendarat terlebih dahulu, suara erangan pendek terdengar

Tak melewatkan kesempatan, Todoroki lantas menendang pisau yang ada di tangan Shoto hingga terlempar begitu jauh.

Ia kemudian berdiri di atas Shoto dengan senyum sadis yang terukir di wajahnya, matanya berkilat penuh nafsu kemenangan. Kedua kakinya memagari tubuh Shoto yang telentang.

"I win, your body will be completely mine."

Todoroki mengangkat pisaunya ke atas, dan kemudian menukikkannya ke bawah, menciptakan kilatan tajam yang membelah udara.

Namun, Shoto tidak menyerah begitu saja. Ia menahan bilah tajam itu dengan tangan kosong. Darah mengucur dari sana, menciptakan ringis kesakitan dari bibirnya.

Wajahnya memerah dengan keringat berjatuhan, serta nafas yang tak teratur. Pikirannya mulai mengacau ke mana-mana. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Not that easy...," ujarnya lirih. Ia tak yakin bisa menang pada pertarungan ini, tapi setidaknya ia tak mati konyol lantaran pasrah begitu saja.

Wajah Todoroki yang semula terlihat bengis, lantas berubah menjadi datar dengan salah satu sudut bibir yang tertarik naik.

Lalu dengan mudahnya Todoroki menekan pisau itu masuk hingga menembus jantung Shoto.

"No, it's easy."

To Be Continued

Past To Future [TodoBaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang