୨⎯ Strange⎯୧

280 18 9
                                    

Last Chapter. (⁠づ⁠ ̄⁠ ⁠³⁠ ̄⁠)⁠

.

.

.

Suasana kelas 1-A nampak tenang saat Aizawa tengah mengabsen semua murid satu persatu.

"Tokoyami Fumikage?"

"Hadir."

"Todoroki Shoto?"

Suara deritan kursi terdengar, itu Iida Tenya, si Ketua Kelas.

"Murid atas nama Todoroki Shoto tidak dapat mengikuti pembelajaran, dikarenakan sakit, Pak."

Bakugo mengerutkan keningnya, ia menatap bangku kosong di depannya. Seminggu berlalu sejak kejadian di UKS. Sudah ia duga, jika Todoroki pasti akan sakit, cepat atau lambat.

Mungkin ia harus menjenguknya sepulang sekolah nanti, mengingat dia jugalah salah satu penyebab Todoroki sakit.

Sepulang sekolah, Bakugo langsung meluncur ke rumah Todoroki, setelah mengganti pakaian tentunya.

Yang membukakan pintu untuk Bakugo adalah Fuyumi. Gadis itu langsung menyambut dengan ramah dan mempersilahkannya masuk.

"Shoto? Ah, dia memang sedikit aneh hari ini. Pagi tadi ia tiba-tiba mengatakan jika tidak ingin ke sekolah dan sampai sekarang belum keluar dari kamar juga."

Bakugo mengerutkan keningnya. "Boleh aku memeriksanya?"

Setelah mendapatkan persetujuan dan arahan dari Fuyumi, Bakugo lantas bergegas menuju lantai atas.

Ia menatap pintu kamar Todoroki kemudian menghela nafas sebelum mengetuknya.

"Tinggalkan aku sendiri."

Bakugo sedikit terkejut mendengar suara parau Todoroki, seakan ia begitu terluka dan tenggelam dalam kesedihan.

"Ini aku ... Bakugo."

Setengah menit berlalu sebelum pintu terbuka, menampilkan wajah pria yang tengah tersenyum dengan lembut.

Senyum yang dipaksakan.

Bakugo dapat melihat dengan jelas sisa-sisa air mata di pipi pria itu. Apa yang terjadi hingga membuatnya menangis?

Todoroki menarik lengan Bakugo untuk masuk ke kamar dan langsung memeluknya erat. Suara berderit terdengar saat pintu tertutup dengan sendirinya.

Nafas Todoroki terdengar berat di telinga Bakugo, tubuhnya pun sedikit bergetar. Perlahan ia gerakkan tangannya untuk membalas pelukan hangat pria itu.

Benar saja, suhu tubuhnya panas.

"Hei, kau baik-baik saja?"

Todoroki diam beberapa saat. "Tidak sebaik itu," jawabnya dengan suara yang teredam.

"Ha, makanya lain kali jangan asal cium! Ketularan kan jadinya."

Bakugo tidak berniat menanyai lebih jauh. Jika ia sakit, cukup menemani dan merawatnya, 'kan?

Todoroki mengurai pelukan mereka kemudian menatap lurus ke arah mata Bakugo.

"Apa kau ingin sesuatu? Mapo tofu? Aku beliin. Apapun yang kau mau."

Bakugo heran. Todoroki memang sudah sering mentraktirnya, tapi kali ini, entah mengapa terasa berbeda.

Ragu-ragu ia menjawab, "Um ... mapo tofu saja."

"Sungguh? Kau tidak ingin makan di restoran bintang 5 di luar sana? Atau setidaknya sesuatu yang sedikit lebih mewah? Dengar, ini mungkin bisa jadi keinginan terakhirmu."

Past To Future [TodoBaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang