1. Suasana Dinner Kali ini

55 8 0
                                    

Pada Malam Hari, kelima gadis sedang makan malam dengan sang Ayah. Awalnya tidak ada percakapan apapun, tapi Ayah memulai percakapan dengan suara lantangnya.

“Besok, Danila sekolah setengah hari saja, ya” ucap ayah. Hal itu membuat Danila bertanya-tanya

“Mengapa?” Tanya Danila bingung.

“Kamu kan harus rutin check-up ke dokter, Danila..” Jawab Ayah dan Danila hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

“Oh ya, Fiza, Kali ini kamu harus belajar. Saya tidak mau tau, nilaimu harus sempurna.” kata Ayah. Kemudian Fiza yang mendengarnya merasa kesal. Akhirnya Ia memukul Meja dengansangat keras.

*BUGH!!* Suara pukulan di meja

“WHY?! Aku tidak mau. Nilai setinggi itu, ayah pikir itu belum sempurna?!!” Fiza bicara dengan suara marahnya.

“Ya, Tentu saja. Menurut ayah itu belum sempurna” Ayah menatap Fiza dengsn intens.

“ARGH!! Shit!!” Fiza berdiri dan pergi ke kamarnya.

“Terserah intinya kamu harus belajar!” Ayah menghela nafas

Sementara Danila, Hani, Zara, dan Alicia hanya menatap dengan wajah terkejut.

“Kak..” Zara merasa takut dengan perubahan sikap Fiza tadi. Zara memeluk Alicia

“Sudah tidak apa, ada kakak, ada kak Hani, sama kak Danila.. Tidak perlu takut.” Alicia mencoba menenangkan Zara dan membelai rambut Zara..

Hani yang melihatnya, memutuskan untuk menghampiri Fiza.
Danila yang melihat Hani berdiri. Ia juga ikut berdiri.

“Kak.. mau kemana?” Tanya Danila

“Oh, kakak mau ke kak Fiza dulu. Kamu tidak perlu ikut.” Jawab Hani
tersenyum.

“Yaudah deh..” Danila kembali duduk dan Hani bergegas pergi ke kamar Fiza.

“Sudahlah Danila.. tidak perlu mengkhawatirkan tentang kakakmu” Ucap Ayah setenang mungkin.

“Baiklah.. Huh..” Danila menghela nafas berat.

Kemudian Danila melanjutkan makan malamnya yang di penuhi dengan kekhawatiran sementara Zara dan Alicia masih saling berpelukan.

~Hani POV~


Aku menghampiri kamar Fiza. Aku mengetuk pintunya dengan hati-hati

*Tok-tok* Aku mengetuk, Namun Fiza tak kunjung membuka pintu. Aku terus mengetuk pintu kamarnya hingga pintu dibuka dengan keras oleh Fiza. Hal itu membuatku terkejut.

“Kak..?” Aku berkata dengan shock

“Ngapain kamu?! Ganggu aja tau ga?!!” Fiza berkata dengan suara marahnya dan juga keras.

“Kak.. aku.. aku cuma khawatir sama kakak..” Aku menundukkan kepalaku

“Khawatir??! Gaada gunanya lo khawatirin gue!!” Fiza kembali dengan suara kerasnya.

“Tapi kak..Huh..” Aku terus menundukkan kepalaku

“Gaada tapi-tapian, sekarang lo pergi ke kamar lo sendiri dan jangan ganggu gua. PAHAM?!!” Fiza langsung menutup pintunya sementara aku menghela nafas dan perlahan pergi meninggalkan kamar Fiza dengan wajah sedih.

Di kamar, Aku menghela nafas dan memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Akhirnya seseorang mengetuk pintu kamarku
*Tok-tok jebret* Suara pintu di ketuk

“Masuklah” Sahutku dengan suara rendah

“Hai kak, kok murung?” Seseorang datang dan duduk di sampingku ternyata itu Alicia.
“Gapapa, cuma lagi sedih saja..” Aku menghela nafas berat

“Cerita aja kak, Jangan di pendam.” Alicia memegang kedua bahuku..

“Serius dek, gapapa.. cuma lagi sedih..” Aku menatap Alicia

“Bohong kamu, kak.. keliatan dari matamu.. kalau kakak emang lagi ga baik-baik aja.. ayo kak cerita aja jujur sama aku..” Alicia menghela nafas..
Tanpa berlama-lama.. aku meneteskan air mataku.. perlahan aku juga mulai menangis.. kemudian aku mulai memeluk Alicia..

“Its Okay.. keluarkan semuanya kak.. menangislah, jangan kau pendam..” Alicia memeluk balik aku

Tangisanku mulai tidak terkontrol.. Aku mengeluarkan semua emosional yang baru saja terjadi dan juga yang lama..

“Gapapa kak, keluarkan saja semuanya..” Alicia mencoba menenangkanku yang semakin tak terkontrol.

Aku terus menangis tanpa berhenti. Sementara Alicia terus memnenangkanku. Satu jam berlalu. Kini tangisanku sudah berhenti.

“Huh, Thanks ya dek.. Kakak jadi cukup lega hehe.. maaf karena tadi kakak jadi merepotkan kamu..” Aku menunduk malu..

“Tidak apa-apa kak. Kakak kalau butuh pendengar atau apapun itu tinggal ke aku aja ya kak.” Alicia tersenyum.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.. Aku menundukkan kepalaku karena wajahku memerah, aku merasa malu karena.. Alicia, yang lebih muda dariku terlihat lebih kuat di bandingkan diriku yang rapuh.

“Haha.. Lucu sekali kalau wajah kakak memerah, seperti tomat..” Alicia tersenyum gemas..

“Yaudah kalau kakak belum siap cerita.. aku pergi ke kamar dulu ya kak..” Alicia tersenyum kemudian ia langsung keluar dari kamarku.

“Oh.. Baiklah.. sampai bertemu besok..” Aku melambaikan tanganku pelan, kemudian aku menutupi wajah merahku kembali.

~Zara POV~

Kini aku dan Danila berada di kamarku.. tentu saja.. aku mendengar percakapan Fiza dan Hani tadi, yang membuatku sedikit takut.

“Kak..” aku memanggil Danila dengan suara rendah.
“Kenapa dek?” Sahut Danila kepadaku.

“Kapan kak Fiza berhenti marah-marah lagi kak..? aku sungguh takut..” Aku menundukkan kepalaku kemudian.. aku merasakan tangan Danila yang membelai rambutku dengan lembut.

“Kakak juga tidak tahu secara pasti, tapi mudah-mudahan sudah berhenti ..” Danila terus membelai rambutku yang membantu membuatku sedikit tenang.

“Kuharap begitu kak..” Aku meghela nafas berat.. Selang beberapa waktu, Akhirnya aku menjadi tenang karena Danila terus membelai rambutku..

“Makasih kak udah buat aku tenang” Aku menghela nafas
“Iya dek, sama-sama..” Danila Tersenyum.



























Bersambung……

Hai haii, aku balik lagi setelah sekian lama kesibukan di rl. Nah In sya Allah, aku update lebih banyak chapternya di hari yang sama yaa


Tunggu terus update dari cerita ini! 😁

A Different LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang