Pagi Harinya, kelima anak itu sudah berada diluar rumah. mereka bersiap untuk berangkat sekolah. Baru saja pada ingin berangkat Danila berbicara
“Ayah, aku ingin sesuatu” Danila menatap Ayah
“Apa yang kamu inginkan?” Ayah bertanya.
“Aku.. ingin Kak Fiza, Kak Hani, Alicia dan Zara berangkat bersama kita..” Danila mengharapkan kalau permintaannya di turuti oleh Ayah.
“Tidak. Mereka berangkat sendiri saja.” Ayah dengan suara lantangnya.
“Ayolah ayah..” Danila merengek “Sudah Danila, Kita berangkat sendiri saja.. kamu diantar ayah…” Hani tersenyum
“Tapi…” Danila menghela nafas “Sudah kak.. Its okay.. Kakak sama ayah aja.. aku sama mereka kak..” Zara meyakinkan Danila.
“Huh baiklah..” Danila kembali menghela nafas kemudian memasuki mobil bersama Ayah.. sementara Fiza dan Hani menggunakan motor.. lalu Alicia serta Zara menaiki transportasi umum yakni stasiun kereta api..
~Fiza POV~
Selama perjalanan ke sekolah, aku sedikit melamun.. Aku sungguh tidak fokus pada saat ini.
“Ayah.. Apakah pantas hari ini kau masih harus pilih kasih? Lebih baik saling menyemangati dan menyayangi kita dengan sama rata..” pikirku..
Kemudian Hani menepuk pundakku “Kak.. kita kelewatan..” Hani menyadarkanku, hal itu membuatku terkejut. Kemudian aku memberhentikan motorku.
“Maaf… Kakak tidak fokus…” Aku menghela nafas dan Hani menatapku lewat spion.
“Tidak apa-apa kak.. Sekarang putar balik saja kak” Hani tersenyum, Aku mengangguk kemudian aku putar balik kearah sekolah.~Zara POV~
Setelah aku dan Alicia berada di stasiun kereta api. Aku menyenderkan kepalaku ke pundak Alicia sambil berpikir..
“Ayah, Kenapa kamu harus pilih kasih? Aku sungguh kecewa.. Hatiku baru saja retak karena apa yang baru saja kamu ucapkan pada kami, Ayah..” Pikirku.
“Dek..? Are you okay?” Tanya Alici sambil membelai Rambutku..
“Yes, kak.. uhm..” Aku menghela nafas..
“Kalau ada apa-apa cerita aja ya.. kakak, disini sama kamu” Alicia tersenyum tipis
“Iya kak..uhm.. yaudah deh, kak.. aku hanya sedang kecewa sama perkataan ayah aja kak..” Aku menatap Alicia
“Oh.. lupakan saja perkataan ayah yang tadi, dek.. Jangan di pikirkan..” Alicia tersenyum
“Oh, yaudah deh kak..” Aku menghela nafas dan mencoba melupakan itu.
~Danila POV~
Saat perjalanan ke sekolah. Di mobil, aku diam saja. Jujur saja aku sedikit tidak suka dengan apa yang Ayah katakan tadi. Aku terus diam sambil mendengarkan musik di earphoneku.
~My Father’s Eyes~
(Eric Patrick Clapton)“Just a toe rag on the run”
“How did I get here?”
“What have I done?”
“When will all my hopes arise?”
“How will I know him?”
“When I look in my father eyes”
“My Father eyes.”
“When I look in my father eyes (look into my father eyes)”
“My Father Eyes”Saat aku mendengarkan lagu itu, Ayahku menepuk pundakku yang membuatku terkejut
“Eh! Aduh.. ada apa ayah..?” tanyaku sambil memegang dadaku.
“Hm? Tidak, itu sudah sampai di sekolahmu.” Jawab Ayahku
“Oh…Yaudah, tidak usah membuatku terkejut juga!” Aku menghela nafas.
“Haha, maaf… Yaudah sekarang sana masuk sekolah.” Ayah tersenyum
“Iya, Ayah.. Danila pergi dulu ya” Aku tersenyum lalu aku keluar dari mobil dan berjalan memasuki area sekolah.
Saat aku berjalan di koridor, pikiranku lagi-lagi terlintas pada ucapan ayah tadi pagi, hal itu membuatku risih dan sedikit mengacak-acak rambutku dengan frustasi. Tiba-tiba seseorang menghampiriku. “Rambutmu… kenapa di berantakin..?” Seseorang itu aku menoleh dan menghela nafas
“Gini loh, Del..” Aku menghela nafas lagi dan menceritakan semua yang terjadi saat aku berangkat sekolah tadi.
“Oh.. Like that.. udah jangan di pikirin.. nanti ga fokus sama belajar kamu..” Kata Adelia, aku mengangguk mengerti kemudian aku dan Adelia pun berjalan ke kelas.Bersambung…
*FUNFACT*
- Lagu “My Father Eyes” dibuat oleh Eric Patrick Clapton
- Lagu itu di rilis tahun 1998 (secara resmi) Namun Ia membawakan Lagu itu pada tahun 1992.
- Saya sengaja menambahkan lagu itu karena ada hubungannya dengan seorang Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different Life
أدب المراهقينFive girls who have different lives in their families. langsung lihat saja ke ceritanya dan minimal vote lah yah ^_^