H&S 7

341 41 0
                                    

Tandai Typo⚠️

Jangan lupa meninggalkan jejak dengan Follow + Voment!

⛔Dimohon Bijak dalam membaca⛔

Enjoy
&
Happy Reading♡












Kini mereka sedang berjalan kembali ke kelas Bara dan Nando karena sedang jam kosong dan hampir seluruh guru menghadiri rapat yang tiba tiba.

Zen merasakan hp nya bergetar di dalam saku celananya, dia langsung mengambil dan melihat nama yang tertera dilayar ada seutas senyum tipis yang terlihat di kedua bibirnya.

"Sorry gue mau angkat telfon" ucapnya dan langsung berlalu pergi.

"Lah main pergi aja tu bocah" kesal nando

"Udahlah sapa tau aja penting" balas reza

"Cabut" ucap Bara yang berjalan duluan setelah melihat bayangan zen menghilang.

Dan sekarang zen sedang berjalan ke arah rooftop, sesampainya di atas sana zen kembali menelfon orang yang tadi menghubunginya.

"Hey girllll" ucap orang yang berada di telfon

"Hey amy" balas zen yang tanpa sengaja menggunakan mode suara saat dia menyamar sebagai zeyfan.

"Wait..what? Is that ur voice?" Tanya amy yang cukup kaget.

"Why u call me?" Zen memilih mengabaikan pertanyaan itu daripada harus menjelaskan panjang lebar.

"C'mon narra i miss u so bad since u move to Indonesia after graduation from collage without telling me anything!" Amy sudah menahan kekesalannya yang sudah di tumpuk sejak lama.

"Sorry" iya hanya itu yang zen ucapkan untuk amy.

"You just say sorry?! How could you!" Zen yang mendengarkan teriakan dari sebelah sana menjauhkan hp nya sedikit demi kesehatan telinganya.
"Whatever, now do you already have boyfriend huh?" Lanjut amy dengan nada menggoda di akhir kalimat.

"Why I need boyfriend when I have my pikachu?" Balas zen.

"Goshh... you still like that thing" pasrah amy.

"Owh i wanna tell u something, our collage will be held a reunion so... i hope you to come here okay?" Lanjut amy

"Sorry I can't, I have something important to deal in here" Balas zen merasa bersalah.

Saat tengah asik melepas rindu lewat telfon bersama sahabatnya itu, zen mendengar pintu rooftop yang terbuka dan melihat gadis dengan penampilan yang kacau dengan wajahnya yang memancarkan kebencian,sedih,sakit hati menjadi satu. Gadis itu berjalan ke arah berlawanan dari tempat zen yang berdiri sehingga gadis itu tidak melihatnya.

Zen yang melihat gadis itu hanya bisa terdiam walaupun di seberang sana amy sudah mengeluarkan kalimat sakral yang membuat telinganya sakit.

Sedetik kemudian gadis itu melewati pembatas beton yang tidak terlalu tinggi dan selangkah lagi dia akan jatuh ke bawah jika tangannya tidak bertahan pada pembatas. Tidak ada yang menghentikannya karena di bawah sana juga sepi, wajah keputus asaan semakin merekah di ekspresi gadis itu dan bersiap akan mengakhiri hidupnya sendiri.

Grepp!

Zen yang sedari tadi hanya sebagai penonton langsung mematikan telfonnya dan berlari ke arah gadis itu dan menatapnya tajam. Untung saja zen dapat menahannya dan mengangkat tubuh gadis itu kembali ke area aman.

"Don't be stupid" Sarkas zen yang berniat akan meninggalkan gadis itu setelah menyelamatkannya.

"Kenapa?" Tanya gadis itu yang langsung menghentikan langkah zen.

"Kenapa lo gak biarin aja gue jatoh? Kenapa lo nyelamatin gue?! Kenapa!" Sentak gadis itu dan mulai menundukkan kepalanya karena cairan bening itu sudah tumpah dari kedua pelupuk matanya.

Zen yang mendengar itu seketika berbalik dan menatap datar gadis di depannya.

"Trus gue harus diem aja? Dan jadi saksi bunuh diri lo?" Tanya zen kembali.

Gadis itu meremas rok bagian bawahnya kuat dan badannya mulai bergetar.

Bukan itu maksud zen sebenarnya tapi dia hanya kesal bahwa gadis di depannya sangat tidak tau berterima kasih.

Dengan langkah gontai zen kembali mendekati gadis itu.

"Denger, gue gak tau masalah apa yang lo alami tapi dengan cara lo yang kek tadi gak bakal ngerubah apapun" zen mencoba memberikan gadis itu nasehat agar merasa tenang tapi sepertinya tidak, gadis itu malah semakin terisak dibuatnya.

Zen yang melihat hal itu langsung menarik pelan pinggang gadis itu dan merengkuh badan kecil itu di dalam pelukannya. Setau dirinya ini adalah hal paling ampuh untuk menenangkan orang, tidak ada salahnya kan di coba?.

"Nangis aja, jangan ditahan suaranya ntar sesak" ucap zen lembut sembari mengelus surai hitam gadis itu.

Gadis itu menangis kencang didalam dekapan zen dan membalas pelukan itu tak kalah erat. Zen yang merasakan hal itu sebenarnya cukup senang namun dadanya serasa semakin sesak karena terbalut lilitan yang menekan dadanya.

Beberapa menit kemudian gadis itu mulai tenang dan melepaskan rengkuhannya pada zen, bisa zen lihat wajahnya yang sembab.

"Udah tenang?" Tanya zen memastikan

"Umm udah, makasih" ucap gadis itu lirih.

"Kenapa lo sampe nekat kayak tadi?" Tanya zen. Jujur saja dia penasaran tapi kalau memang tidak ingin di jawab ya tidak dipaksa juga.

"Gue cuma capek aja, gk di rumah(panti) gk di sekolah nasib gue sama aja" ucap gadis itu membuat salah satu alus zen terangkat.

"Lo emang gak pernah liat gue?" Tanya gadis itu heran, pasalnya satu sekolag tau bahwa dia adalah langganan bullying di sekolah.

"Gue gak tertarik buat perhatiin sekitar" jawab zen seadanya.

Gadis itu tersenyum kecil dan memandang langit biru yang sangat cerah di hari itu.

"Nama gue Rayanka bisa di panggil aya, hampir semua orang di sekolah ini tau gue seorang murid beasiswa yang tinggal di panti asuhan dan selalu jadi bulan bulanan tiara dkk" jelas aya dengan senyum yang tidak luntur walaupun kisahnya menyakitkan.

"Gue ceritain ini bukan berarti minta di kasihanin yaa, dan jangan liat gue dengan kasihan lo itu" tekan aya yang melihat raut wajah bersalah di wajah zen. Zen hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon.

"Makasih sekali lagi udah nyelamatin gue, dan maaf tadi sempat bentak lo. Gue udah ngerasa mendingan kok setelah nangis dan cerita keluh kesah gue" ucapnya dengan senyum.

"Nama gue Zen" ucap zen tiba tiba dengan memandang aya lekat.

"Eh?"

"Cuma kasih tau nama gue, duluan" ucap zen menepuk pelan puncak kepala aya, dan langsung pergi dari rooftop.

Aya yang mendapatkan serangan mendadak seperti itu meraba kedua pipinya, dia yakin kalau wajahnya sekarang sudah seperti tomat.

Andai kamu tau nak yang tadi itu cewek :v -author

"Woii zen ngapain lu masuk kelas lagi?" Tanya Nando yang melihat zen akan masuk ke kelas.

"Kan belum pulang" jawab zen

"Udah pulang ege, noh tas lo ada sapa pak bos" jelas reza.

Zen yang akan mengambil tasnya dari Bara terhenti.

"Gue aja yang bawa" zen yang mendengar itu tentu tidak akan menolak dan malah senang karena tidak perlu repot repot membawa tas itu di punggungnya.

"Markas" lanjut Bara dan dianggukin yang lain sementara zen menatap heran pada mereka.

To be continue
See u in next chapters!⏩

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang