— 𝘼𝙉𝘼𝙎𝙀𝙍𝘼 —
"Adik."
Kaluna menoleh, ia menatap dongkol ke arah Anasera yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya. Dia berhenti mengunyah kripik singkong yang menjadi camilan malam ini.
"Semua Ibu pendiam?"
Kaluna menggelengkan kepalanya.
"Ibu di rumah lama jarang bicara sama Ana, Ibu sungguhan yang sekarang juga sama."
Kaluna mengulurkan satu bungkus camilan kepada Anasera, niatnya tentu ingin berbagi. Anasera tak menolak, ia mengambil sekitar dua kripik dari dalam bingkisan lalu melahapnya. Kedua sudut bibir Kaluna terangkat membentuk senyum, dia senang saat punya teman mengobrol mulai sekarang.
"Adik suka mengobrol dengan Ibu?" tanya Anasera. Dia masih penasaran.
"Iya," jawab Kaluna. "Bunda biasanya suka mendongeng sebelum Luna tidur."
"Oh, ya?" sahut Anasera senang. "Kalau begitu, sebelum tidur nanti kita akan mendengarkan dongeng dari Ibu?"
Kaluna mengangguk mantap. "Iya. Dongeng favorit yang selalu Bunda baca adalah... Cinderella."
Kinanti datang dengan membawa nampan berisi dua gelas susu, ia menaruhnya satu persatu di meja.
"Terima kasih, Bunda~" ungkap Kaluna dengan senyum yang manis. "Kak Ana, susu baik untuk pertumbuhan, supaya nanti bisa jadi tinggi."
"Wah~" kagum Anasera. "Terima kasih, Ibu. Ana tidak pernah dibuatkan susu sama Ibu di rumah itu, Ibu bilang susu hanya untuk anak kecil."
"Kak Ana itukan masih kecil, seperti anak kucing!" seru Kaluna.
"Tapi tidak sekecil kamu," ucap Anasera sambil menjulurkan lidahnya. "Terima kasih, Ibu~"
"Setelah ini langsung gosok gigi, lalu tidur," kata Kinanti.
"Bunda, bacakan dongeng buat Kak Ana, katanya Kak Ana mau dengar," ujar Kaluna. "Kak Ana tidur sama Luna, kan? Supaya nanti bisa dengar dongeng bersama-sama."
"Tidak ada dongeng malam ini," ucap Kinanti. "Dan kalian tidak akan tidur satu kamar, kalian punya kamar masing-masing."
"Yah~" keluh Kaluna.
"Tidak apa-apa, Adik." Anasera berucap seraya tersenyum. "Kan, besok pagi kita ketemu lagi, nanti kita main."
Kaluna mengangguk lucu, dia benar-benar senang saat ada teman di rumah. Sebelumnya, dia menjalani hidup yang sepi, sebab Bunda Kinanti selalu kelihatan lelah setelah bekerja, makanya Kaluna selalu main sendirian. Sebenarnya Kaluna bisa cari teman di luar, tapi karena orang-orang di sekitar selalu memandang negatif Bunda Kinanti, Kaluna jadi tidak punya teman.
"Bunda, malam ini Kak Ana tidur sama Luna saja, boleh?"
"Tidak," tolak Kinanti dingin. Nada bicaranya benar-benar tidak bersahabat sejak Anasera datang ke rumah ini. "Habiskan susunya, pergi gosok gigi dan tidurlah."
Anasera tak menunda, ia segera meneguk segelas jangkung susu buatan Bunda Kinanti sampai habis. Ia menyeka cairan putih yang tertinggal di bibir bagian atasnya, lalu tersenyum.
"Bukan seperti itu cara minum yang benar," tegur Kinanti. "Pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi, lalu tidur."
"Baik, Ibu!" seru Anasera bersemangat. "Kaluna, Kakak duluan, dah~"
Kaluna melambaikan tangannya, lalu setelah Anasera hilang dari pandangan ia mulai meneguk susunya. Kinanti menghela napas panjang, dia lantas duduk di sofa dan tertunduk sembari memijat pangkal hidungnya. Pening kepalanya, ada tambahan biaya hidup yang mengharuskannya bekerja lebih ekstra. Tak menyalahkan Anasera, tetapi keadaan ekonominya sungguh tak stabil.