• Unknown Virus - Draft

255 14 5
                                    

East blue districk, 08:30 am

Dia berjalan tergesa-gesa dengan gawai pintar yang ia tempelkan di telinga kanannya, mata coklatnya melirik ke kanan lalu kiri sebelum menyebrangi jalanan ramai penuh kendaraan, dia berdecak saat seseorang yang ia telepon belum juga mengangkat panggilannya hingga ia melakukan panggilan ulang 2 sampai 5 kali lagi sampai benar-benar diangkat.

"Ada apa?" Buka seseorang disana dengan nada datar, seolah tak tahu bahwa ia terus berusaha menghubunginya beberapa kali. Bibirnya melengkung kebawah, cemberut karena kesal.

"Kau dimana?" Pertanyaan yang tak harus ia tanyakan sekarang malah ia keluarkan, seraya menunggu taxi di halte punggungnya tersandar pada tiang penahan atap. Ia masih menunggu jawabannya.

"Apa maksudmu 'dimana'?"

"Baiklah..." Ia termenung sebentar sebelum akhirnya mengambil nafas berat dan mengganti pertanyaannya "kapan kau pulang?"

"Kenapa kau tidak berlibur saja dengan teman-temanmu? Ini musim panas yang menyenangkan bukan?"

"Ya, mereka melakukannya.... Bersama keluarga dan suami mereka dengan konteks bulan madu untuk pengantin baru. Bellemere dan paman Mihawk bahkan bertanya dimana suami mu itu? Kapan kalian akan berbulan madu? Bagaimana bisa kalian berpisah setelah menikah? Dan bla... Bla... Blaa." Cibirnya dan akhirnya terungkap apa yang ia ingin ucapkan, sedangkan seseorang di seberang hanya terdiam mendengarkan.

"Jangan mengeluh, Nami." Ya, tentu saja, hanya itu yang bisa suaminya katakan sekarang.

Dia sekarang bertugas di luar kota, mengurus kasus kriminal berat seperti teroris yang beberapa waktu lalu menggemparkan beberapa kota termasuk kota mereka ini sehingga kantor kemiliteran menugaskan tentara-tentara khusus ke kota penuh teror itu dan akhirnya membuat pasangan baru seperti dirinya terpisah dengan suaminya. Menyebalkan? Tentu saja.

"Aku akan bereskan kasus ini secepat mungkin dan pulang. Mengerti?" Ujarnya meyakinkan.

"Aku mengerti, hanya saja... Ini sudah dua Minggu lebih, aku-" Nami tak bisa melanjutkan kata-katanya ketika tenggorokannya kering membuatnya tercekat.

"Aku lebih merindukanmu, sayang."

Akhirnya ia bisa bernafas lega lagi, ia tersenyum "kau pantas mendapatkannya, brengsek. Cepatlah pulang atau aku sendiri yang akan menemuimu" balas Nami sambil terkekeh.

Dibalas kekehan dari seberang dan balasan "jangan gila, baiklah waktuku sudah habis, aku akan tutup teleponnya"

"Tunggu Zoro" Nami mengigit bibir bawahnya dan menunduk dalam lalu melanjutkan ucapannya "aku mencintaimu."

Helaan nafas lega terdengar dari ponselnya, Nami bisa menebak bahwa suaminya itu sedang tersenyum sekarang,

"Aku mencintaimu juga, Nami. Sampai jumpa."

Tuk....

Panggilan berakhir. Begitu cepat baginya, belum ada 25 menit mereka mengobrol, waktu begitu berjalan dengan cepat membuatnya tak bisa menikmati waktu dengan Zoro sedikit pun. Namun mau bagaimana lagi, suaminya sibuk dan ia harus mengerti. Sudahlah, ayo kita fokus pada pekerjaannya juga sekarang.

Taxi berhenti tepat di hadapannya saat ia melambaikan tangan, dengan cepat ia masuk kedalam lalu pergi menuju rumah sakit terbesar yang ada di kota mereka.

Setelah membayar taxi atas tumpangannya sampai tujuan dia segera bergegas masuk dan bertemu dengan banyak suster yang langsung menyapa nya namun ia segera menuju resepsionis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR DREAM - (Draft!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang