Bab 6

173 24 1
                                    

Sebuah deringan ponsel di pukul tiga dini hari, membangunkan Andras. Meraih ponsel dalam keadaan setengah sadar, nama yang tertera membuatnya tersentak.

“Rose …?”

Tak segera mendengar respon, meresahkannya. “Rose, are you there?”

“Aku dengar kamu akan menikah besok.”

Suara serak yang memilukan hati. Sengaja tak mengabari karena pasti akan menghadirkan tangis. Sementara sang pujaan hati, harus berkonsentrasi penuh selama tur dunia.

“Maafkan aku. Seperti yang kita diskusikan, ini hanya pernikahan untuk mendapatkan status.”

Rose tak kuasa menahan isakan, cinta dan impian seakan bertempur sengit. Pada akhirnya Andras tetap harus menikahi wanita lain meskipun dengan kondisi khusus. Apa pun ceritanya, ia akan tercatat sebagai wanita kedua. Sebuah kenyataan pahit demi menjaga mimpi. Di sisi lain juga merasa sangat jahat, telah membuat Andras menunggu lama. Di titik ini semua seakan sia-sia saja.

“Rose, aku tetap memegang janji. Menunggumu sampai selesai.”

Mata Andras berkaca-kaca, mendengar isakan berubah menjadi raungan putus asa. Nada jaringan terputus terdengar jelas. Rose sengaja melakukan itu karena belum sanggup menerima kenyataan.

Primrose Melody adalah seorang balerina yang sedang membangun karir. Mulai berlatih balet sejak berusia empat tahun, lulusan dari Vaganova Academy of Russian Ballet. Mengenalnya sejak lima tahun lalu dalam sebuah pertunjukan balet di Amerika. Telah memantapkan pilihan, mengharuskan Andras bersabar menunggunya mewujudkan mimpi.

Tidak ada larangan menikah, hanya saja long distance marriage bukan pilihan mereka. Andras tidak bisa meninggalkan bisnis di Jakarta demi bisa menetap bersama. Sementara Rose tidak siap mengorbankan karir yang dirintis dengan penuh perjuangan dan air mata.

***

Rose melepaskan kostum balet dengan isakan yang belum berhenti. Mengingat dukungan keluarga sampai memutuskan pindah ke Moskow untuk mendampinginya yang mendapatkan beasiswa, berhenti berkarir di kancah internasional, sama saja dengan mengkhianati mereka. Berasal dari keluarga sangat sederhana, di awal langkah mewujudkan mimpi, untuk membeli pointe shoes saja, orang tuanya harus berutang.

Uang untuk membiayai kursus adalah hasil dari pekerjaan paruh waktu yang dilakoni papa sebagai penjaga malam, setelah seharian menjadi buruh pabrik. Mengawali langkah dengan tertatih-tatih, tekad kuat beserta kedisiplinan berlatih membawanya memenangkan kejuaraan di tingkat internasional. Membuka kesempatan mengecap pendidikan balet di sekolah terbaik. Sejak saat itu ia tak terhentikan, melesat tinggi, menunjukkan bukti bahwa pengorbanan keluarga tidak sia-sia.

Mungkinkah seorang pria yang memang sangat ia cintai, begitu berharga sampai bisa menghentikan langkah? Satu jawaban pasti, belum siap berkorban sedalam itu. Tangisan kembali pecah membuatnya terlelap dalam linangan air mata.

***

Sosok yang berdiri di depan cermin terlihat anggun, menebarkan aura seperti pengantin sungguhan. Kebaya brokat warna pink pastel dengan rok lilit batik warna soft pink melekat sempurna di tubuh langsing dengan lekukan proporsional. Rambut tersanggul berhiaskan veil panjang yang juga berfungsi untuk menyembunyikan raut wajah sedih.

Tara tidak sedang baik-baik saja. Sejak kemarin perasaan bimbang menggempur kuat, ketakutan telah salah mengambil langkah membuatnya tidak bisa beristirahat, menikmati sehari waktu luang jelang pernikahan. Sempat mengurung diri untuk menangis, dada papa yang tiba-tiba kembali nyeri, ampuh menghempas semua kebimbangan dengan terpaksa. Semoga saja di prosesi akad nanti, tidak sampai menangis histeris.

SUAMI SATU MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang