"Dan kau tahu bagian terbaiknya dimana? Saat aku bermain petak umpet, sebuah kantong koin jatuh di semak lalu ku ambil dan menghamburkan semua isinya," ucap wanita misterius tersebut saat memainkan gelas di tangan.
Collin's mendapati wanita tersebut mulai mabuk saat tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya. Anehnya, ia tak bosan dengan semua cerita itu. Sebaliknya, ia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengannya.
Berdecak cepat, ia mengambil gelas dari tangan wanita tersebut dan menaruhnya di meja. Kedekatan kembali terjadi di antara mereka. Lelaki itu berdiri di depannya, menelengkan kepala ke satu sisi saat memperhatikan sikapnya. "Apa ini cara baru dalam merayu seorang pria?"
Wanita itu mengerutkan alisnya dalam tak mengerti. "Hah?"
"Mabuk," jawabnya jujur. "Apa kau diajari untuk mabuk supaya bisa menggoda pria?"
Ekspresi jijik jelas terlihat di wajahnya dan membuat Collin's terbahak puas. "Kenapa kau melihatku begitu?"
Tak langsung menjawab, wanita itu malah mendorong dadanya agar menjauh. Ia membuat gerakan melingkar dengan telunjuk yang terarah ke kepalanya. "Kau gila ya?"
Pertanyaan tersebut membuat Collin's kembali tertawa dan lelaki itu memegangi perutnya yang kesakitan. Sudah berapa lama ia tertawa sepuas ini? Entahlah, ia tak ingat.
Wanita tersebut memilih mengambil lagi gelas dan menuang minumnya saat menunggu tawa lelaki itu reda. Dilihatnya lelaki asing itu dengan tatapan prihatin sebelum menatap ke arah lain.
Ia mendapati sebuah rak buku kecil yang ada di sudut dan membaca semua judulnya. Kebanyakan isinya soal politik dan perkembangan zaman. Tapi ada beberapa bagian soal bisnis. Dan itu yang menarik perhatiannya.
Tak menunggu tawa lelaki itu mereda, ia mencoba mengambil buku saat berjinjit dengan kakinya. Sebelah tangan memegang tepian rak saat tangan lain menjangkau buku.
Menyadari kalau tingginya tak sampai, ia menarik kursi terdekat dan menaruhnya di dekat rak saat naik ke atas kursi.
Dengan mudah ia mengambil buku itu saat berbalik ke belakang dan menemukan kalau lelaki gila itu tak lagi tertawa.
Sebaliknya, lelaki itu berada di belakang dan mengangkat kedua tangannya di udara.
"Apa yang kau lakukan?"
Tak menjawab, lelaki itu maju dan memegang pinggangnya mantap saat membantu dia turun. Mungkin lebih tepat lelaki itu menggendongnya di udara.
"Ada buku yang menarik?" tanya pria itu sementara ia mengangguk membenarkan.
"Aku menemukan buku bisnis."
Anggukan cepat sebagai respon lelaki tersebut. "Kau menyukainya?"
"Tidak," jawabnya cepat. "Tapi aku harus mempelajarinya lebih dalam. Keberatan kalau aku membacanya?"
Collin's terdiam lama dan menelisik sikap wanita tersebut. Tak ada tanda-tanda kalau wanita itu mengerti apa buku yang saat ini ia pegang. Tapi tak ada tanda sebaliknya pula.
Menarik, mungkin dia harus mengetes apakah ini trik lain untuk menarik perhatiannya atau tidak. Entah dia paham dasar berbisnis atau tidak, ia akan tahu begitu buku tersebut dibuka.
"Tentu. Kau mau duduk disini?"
"Boleh." Jadi wanita itu duduk dan mulai membaca halaman pertama saat lelaki itu diam mengamatinya.
Rambut pirang ikal dengan anak rambut yang sebagian mencuat. Leher jenjang dengan titik keringat yang menurun ke balik gaun. Bulu matanya cukup lentik dengan alis yang sedikit tebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
A BRIDE FOR EARL
Fiction HistoriquePertemuan pertama mereka tak bisa dianggap baik. Pertemuan kedua mereka juga tak bisa dianggap sopan. Tapi pertemuan ketiga mereka adalah bencana. James Collin, Earl terhormat yang menjadi incaran semua wanita muda. Ia tak pernah kekurangan wanita...