2.57

592 56 58
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Cahaya matahari yang menembus dari balik jendela tidak pernah mengalahkan pengaruh dering ponsel dalam membuat seseorang terjaga dari tidur. Chen Yu mengusap mata sebelum benar-benar menerima panggilan yang tampak tidak sabar untuk diangkat. Tidak hanya berdering sekali, sebanyak tiga kali telah ditolak, tetapi pihak di seberang sama sekali tidak mau menyerah. Pada akhirnya, Chen Yu terpaksa menerima panggilan dengan nada rendah agar si manis yang terkapar di dalam dekapannya tidak terganggu.

"Halo?" Suara Chen Yu terdengar sangat parau, antara seperti baru bangun tidur atau sedang sakit.

Di antara dua kemungkinan tersebut, kemungkinan kedua yang tampak cukup realistis mengingat Wang Yibo tiba-tiba dihubungi oleh pihak sekolah kepolisian. Dia tidak pernah mendapati Chen Yu yang bermalas-malasan hingga memutuskan untuk meliburkan diri seenak jidat. Yang dia tahu selama ini adalah sang anak begitu bersemangat dalam hal menggapai impian menjadi seorang polisi. Nilai akademik maupun non akademik selalu menjadi yang tertinggi akibat terlalu pandai dan tidak pernah absen. Entah kenapa hari itu cukup berbeda, Chen Yu tidak masuk sekolah tanpa memberi kejelasan.

"Kenapa kamu menghilang?" Wang Yibo menembak tepat pada inti, tidak berniat basa-basi sebab masih ada pekerjaan penting yang harus dilakukan, yaitu merawat sang istri di pagi hari.

Chen Yu tidak segera menjawab, menengok ke arah Gu Wei yang mulai bergerak dalam tidur. Dia menepuk-nepuk ringan lengan sang kekasih, menyalurkan ketenangan agar lanjut tidur. Sebelum aksi tersebut tuntas dilakukan, pertanyaan kedua kembali dilayangkan, "Bagaimana caramu menjelaskan kejadian ini?"

Nada Wang Yibo begitu dalam dan mengerikan, bahkan membuat Xiao Zhan merasa bergetar ketakutan. Sebagai tindak menghibur, dia mulai mencium bibir lelaki manis itu dengan sangat mesra, mengabaikan interogasi pada Chen Yu sejenak. Namun, dia tidak lagi bisa abai ketika mendengar desahan samar-samar. Semula dia pikir itu berasal dari bibir Xiao Zhan. Ketika ciuman terlepas, desahan yang terdengar seperti rintihan tetap mengudara.

"Ughh … sakit."

Kemudian, Wang Yibo menangkap suara Chen Yu yang berbisik lembut, "Tidurlah lagi."

Dengan bermodalkan dua kalimat tersebut, Wang Yibo dapat mengetahui apa yang terjadi secara garis besar. Dia tidak lagi menanyakan alasan Chen Yu yang menghilang, lebih memilih untuk memberi perintah yang tak terbantahkan, "Pulanglah untuk makan siang di rumah."

Jika sudah bertemu dengan kemarahan yang mengakar pada diri sang ayah, Chen Yu tidak memiliki pilihan lain selain menurut. Dia mengangguk meski tidak dapat dilihat oleh pihak lain. Bibir tebal terbuka hanya untuk mengeluarkan udara kosong. Dia ingin menjawab, tetapi telepon yang ditutup secara sepihak tidak memberinya kesempatan untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Alhasil, dia menutup mulut rapat-rapat. Bersamaan dengan itu, Gu Wei dapat melihat betapa heboh pergerakan jakun yang bergulir liar milik Chen Yu.

"Ada apa?" Gu Wei bertanya dengan sedikit gugup sembari membuat beberapa tebakan di kepala.

Chen Yu memandang sejenak ke arahnya. Lagi-lagi, dia mengecup sang kekasih untuk meredakan ketakutan yang berusaha menguasai diri sendiri. Dia tidak pernah takut pada apa pun sejak kecil selain kepada Wang Yibo. Konflik yang tercipta di antara dia dan Xiao Sa saat masih kecil membuat raut marah sang ayah selalu tertanam di benaknya. Oleh sebab itu, dia tidak ingin membuat masalah serius yang mengharuskannya berurusan dengan Wang Yibo. Namun, kini dia tidak bisa lagi lari dari masalah.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang