Bagi Sera, hari senin merupakan hari yang sangat menyebalkan. Upacara yang membosankan dan melelahkan membuat ia malas untuk berangkat ke sekolah. Tapi apa boleh buat, kedua orang tua Sera menasehati Sera agar Sera tetap rajin belajar dan bisa membantu perekonomian keluarganya kedepannya. Mau tidak mau, Sera harus tetap ke sekolah dan menuntut ilmu agar cepat lulus dan membantu ayahnya dalam mencukupi kebutuhan keluarga.
Sesampainya disekolah, ternyata Sera telat 15 menit untuk melaksanakan upacara. Yah, Sera telat karena macetnya jalanan Jakarta, dimana pagi hari adalah waktunya orang-orang berangkat kerja dan juga sekolah. Sera pun harus menghadap BK dan menghadap ketos sekolahnya yang merupakan kekasih Sera.
" Ger, maafin aku karna telat. Jalanan macet banget, mana aku mau hampir ketabrak motor lagi.", ujar Sera.
" Ya aku tau, makanya lain kali datang itu lebih awal biar kamu ga kejebak macet.", ujar Gerandra, kekasih Sera.
" Jadi, aku ga bakal dihukum kan? Please Ger..", Sera memohon kepada Gerandra.
" Mana bisa kaya gitu Sera. Aku harus bertindak adil terhadap semua siswa/i disini. Maaf ya sayang. Btw, nanti pulang sekolahnya bareng aku ya dan tunggu aja diparkiran kaya biasa.", ujar Gerandra sambil mengusap pucuk kepala Sera. Sera hanya bisa mengangguk. Gerandra pun tersenyum melihat sifat kekasihnya yang menurutnya sangat lucu.
Ternyata berlalu sudah hukuman dan pelajaran yang Sera lalui, jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Sera pun bergegas ke parkiran untuk menemui kekasih nya dan pulang bersama. Sera pun akhirnya menemui kekasihnya sambil melambaikan tangannya.
" Halo sayang, mau langsung pulang atau keliling dulu?", ujar Gerandra.
" Gimana kalo kita keliling Jakarta sampai jam 6 sore? Kamu mau?", tanya Sera sambil naik ke atas motor.
" Of course, Seraku..", jawab Gerandra sambil mengendarai motornya. Sera yang mendengar kata "Seraku" merasa kupu-kupu diperutnya berterbangan. Ia tersenyum bahagia karena memiliki kekasih seperti Gerandra yang mengerti dirinya.
Benar, Sera merasa bahagia dengan hal yang berhubungan dengan Gerandra. Mau itu dalam hal kecil ataupun besar yang penting menyangkut kekasihnya ia bahagia. Dimana kekasihnya lebih mengerti diri Sera dibandingan dirinya sendiri.
Waktu pun terus berjalan, akhirnya mereka memutuskan untuk mampir ke salah satu cafe favorit mereka. Mereka memasuki cafe tersebut lalu duduk dan memesan yang mereka inginkan.
" Sera, gimana hari ini? Kamu capek?", tanya Gerandra.
" Yaiya dong, mana kamu hukum aku berdiri 1 jam depan ruang BK trus ada mapel MTK. Beuhh double kill ini mah.", ujar Sera sambil merenggut.
" Maaf ya sayang, kan aku cuman mau bersikap adil aja kok. Jangan marah ya..", ujar Gerandra sambil memegang kedua tangan Sera.
" It's okay, Ger. It's fair, right? Mau gimana pun kita harus profesional. I'm fine.", ujar Sera sambil membalas genggaman kekasihnya.
" Thanks you, Seraku. Terimakasih udah bisa untuk ngertiin aku."
" My pleasure, Ger.."
Usai berbincang banyak, tiba-tiba hp Gerandra berdering lalu permisi sebentar kepada Sera untuk pergi ke kamar kecil. Tetapi, Sera sudah menunggu 1 jam di cafe tersebut dan tidak melihat tanda-tanda dari kamar kecil kalo Gerandra sudah keluar atau tidak dari kamar kecil tersebut. Tiba-tiba hp Sera berdering dan ternyata Gerandra menelpon dirinya.
* Percakapan di telfon :
"Sayang kamu masih di cafe?"
" Iya aku masih di cafe. Kamu dimana? Kok ga keliatan sama sekali?"
" Maafin aku, aku ninggalin kamu sendiri di cafe, karna mama telfon aku sayang buat nyuruh aku jemput di mall. Maafin aku sayang.."
" It's okay, but lain kalo kabarin aku ya. Jangan kaya gini. Kalo kamu tadi ngabarin aku, pasti aku langsung pulang kerumah dan ga perlu nunggu kamu disini sendiran."
" Iya Seraku, maafin aku ya sayang. I love you.."
" I love you too, Ger.."
tuttt
Sera menutup telfonnya dan merasa kecewa terhadap sikap Gerandra seperti ini. Rasanya ia ingin menangis di tempat dan itu mustahil bukan? Memalukan! Menangis di depan umum merupakan hal yang sangat memalukan bagi Sera. Akhirnya Sera memutuskan untuk pulang kerumah menggunakan Grab.