03

7 0 0
                                    

"Salah langkah lo bisa ancur"

...

Setelah Bima mengucapkan kalimat tadi, perasaan Satria kembali tak tenang. Ya, memang sudah lama Satria menyimpan perasaannya kepada Karina, yang tentu saja hanya teman temannya lah yang tau. Alasan satria selalu mengganggu Karina hanyalah agar Satria bisa terus berinteraksi dengan Karina. Katakanlah Satria tidak gantle. Bukan, bukan Satria tidak berani terang terangan, hanya saja iya membatasi dirinya dengan Karina yang kenyataannya keyakinan keduanya berbeda. Ini bukan lagi masalah perbedaan perasaan, ini perbedaan keyakinan yang di anut mereka berdua.

Sepulang sekolah Satria tak langsung pulang ke rumahnya. Ia melajukan bleki kebanggaannya pergi ke basecamp tempat geng Madesu berkumpul. Terdapat rooftop yang menyuguhkan pemandangan kota jakarta disana. Namun agak berbeda kali ini. Satria yang biasanya bersikap tengil kini mendadak menjadi murung.

Sesampainya di basecamp yang merupakan sebuah gedung kosong yang disulap menjadi tempat berkumpul para remaja tersebut Satria langsung melangkahkan kakinya menuju ke atas gedung.

"Gue gabisa nahan semuanya Karina, gue sayang sama lo. Tiga tahun Karina gue pendem sedalem mungkin perasaan gue buat lo" lirih Satria bermonolog.

...

3 tahun yang lalu

"hiks.. sakit kaki nana" rintihan gadis cantik tat kala ia terjatuh dari sepedanya.

Dari kejauhan Satria mengamati perempuan cantik yang sedang menangis sambil memegang kakinya, mungkin terluka. Dilihatnya gadis itu tak kunjung berhenti menangis, membuat langkah kecil Satria mendatanginya.

"kaki lo berdarah!! ayo bangun gue bantu obatin" ucap Satria seraya menarik tangan gadis itu.
"lo kalo gabisa naik sepeda mending gausah main, kan jadinya jatoh" cecar Satria lagi. Gadis itu merasa dirinya direndahkan hanya karena ia terjatuh dari sepedanya. Ia menatap sengit kepada lawan bicaranya tersebut.

"gue bisa naik sepeda dan gue bisa obatin kaki gue sendiri. Makasih" ucap Karina dan berlalu meninggalkan Satria. Benar gadis itu adalah Karina.

"lo cantik, sayangnya gue belum kenalan" gumam Satria dengan wajarh tersenyum.

...
flashback off

"Apa gue salah sayang sama lo? Gue salah ya Kar?", tak terasa cairan bening menetes dari mata yang biasanya terlihat tajam itu.
Satria terduduk di bibir gedung, pandangannya menatap ke langit, seolah olah ia sedang mengadu pada semesta.

"Satria sayang sama nana" kali ini Satria menundukkan kepalanya, menatap jalanan sepi dibawah gedung.

Cklek

Pintu rooftop terbuka membuat Satria menolehkan pandangannya kesana. Terlihat keberadaan Bima disana. Sedangkan Zidan dan dua temannya sudah pasti sibuk bermain ps di bawah.

Bima yang mengerti keadaan Satria bergabung duduk di tepi gedung dengan Satria dan menepuk pundak sahabatnya yang tengah menangis.

"Kalo lo emang serius ya buktiin, bukannya nangis" ucap Bima yang mungkin bagi mereka yang tak mengenali Bima akan merasa tersinggung dengan kalimat tersebut.

"3 tahun Bim hahaha" tawa Satria tergelak disana. Bukan tawa bahagia yang dirasakannya, melainkan menertawakan dirinya sendiri yang tidak berani untuk sekedar menunjukan ketertarikannya kepada Karina.

"Gue, temen temen lo yang lain selalu dukung apapun yang lo mau Sat" kembali menepuk pundak Satria.

Bima tau persis, sahabatnya ini sungguh menyayangi Karina. Satria tidak pernah menunjukannya didepan umum. Tapi saat bersama teman temannya atau saat ia sedang sendiri, Satria kerap meneteskan air matanya. Terlalu tinggi tembok yang harus Satria hancurkan jika ia ingin bersanding dengan Karina. Tapi bagaimanapun rasanya Satria sangat ingin bisa membahagiakan Karina. Mungkin untuk saat ini Satria membiarkannya berjalan seperti semestinya.

BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang